Ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan PTK antara
lain: Refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1. Refleksi Awal
Refleksi awal
yaitu pengajar merefleksikan masalah-masalah yang ada di kelasnya. Permasalahan pembelajaran bisa
disebabkan oleh permasalahan kelas, yaitu apabila mayoritas siswa mengalami dan
permasalahan individu bila hanya satu dua anak yang mengalami. Gejala
permasalahan kelas yang mudah dikenali antara lain prestasi rendah, kelas
pasif, partisipasi rendah, motivasi belajar siswa rendah dan lainnya.
Kadang-kadang ide datang dari orang lain untuk melakukan PTK dengan mengajak
guru di sekolah. Kegiatan refleksi awal ini terdiri dari identifikasi masalah,
analisis masalah, perumusan masalah, dan perumusan hipotesis tindakan.
Identifikasi masalah yaitu menemukan masalah yang mengganggu proses belajar dan menghalangi tercapainya tujuan. Caranya adalah Renungkan, pikirkan, dan refleksikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan yang berdampak pada kurang optimalnya proses dan hasil belajar. Pengajar juga perlu mengidentifikasi kelebihan dan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan sebagai acuan tindakan yang akan dilakukan.
Analisis masalah yaitu membandingkan atau mempertimbangkan masalah mana yang diprioritaskan atau mendesak untuk segera diatasi dan juga strategis. Masalah yang perlu dipilih adalah masalah yang sangat strategis, masalah yang sangat mendesak untuk segera diatasi, dalam penaganannya dapat dilakukan oleh pengajar dan sesuai dengan prioritas
Perumusan masalah yaitu tindakan merumuskan semua permasalahan yang telah diidentifikasi dan di analisis secara cermat dan teliti dan dituangkan dalam sebuah kalimat atau pertanyaan. Rumusan masalah hendaknya jelas, spesifik dan operasional. Dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan Masalah dirumuskan secara jelas, tidak mempunyai makna ganda, Masalah dapat dituangkan dalam kalimat tanya, Rumusan masalah pada umumnya menunjukan hubungan antar dua atau lebih variabel, Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik yaitu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, dan Menunjukan secara jelas subjek penelitian
Identifikasi masalah yaitu menemukan masalah yang mengganggu proses belajar dan menghalangi tercapainya tujuan. Caranya adalah Renungkan, pikirkan, dan refleksikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan yang berdampak pada kurang optimalnya proses dan hasil belajar. Pengajar juga perlu mengidentifikasi kelebihan dan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan sebagai acuan tindakan yang akan dilakukan.
Analisis masalah yaitu membandingkan atau mempertimbangkan masalah mana yang diprioritaskan atau mendesak untuk segera diatasi dan juga strategis. Masalah yang perlu dipilih adalah masalah yang sangat strategis, masalah yang sangat mendesak untuk segera diatasi, dalam penaganannya dapat dilakukan oleh pengajar dan sesuai dengan prioritas
Perumusan masalah yaitu tindakan merumuskan semua permasalahan yang telah diidentifikasi dan di analisis secara cermat dan teliti dan dituangkan dalam sebuah kalimat atau pertanyaan. Rumusan masalah hendaknya jelas, spesifik dan operasional. Dalam merumuskan masalah perlu diperhatikan Masalah dirumuskan secara jelas, tidak mempunyai makna ganda, Masalah dapat dituangkan dalam kalimat tanya, Rumusan masalah pada umumnya menunjukan hubungan antar dua atau lebih variabel, Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik yaitu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, dan Menunjukan secara jelas subjek penelitian
Hipotesis tindakan yaitu dugaan
terhadap tindakan yang akan dilakukan nantinya. Hipotesis dikembangkan
berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis yang baik harus dapat
diuji secara empiris, artinya dampak tindakan yang dilakukan dapat diukur baik
secara kualitatif ataupun kuantitatif.
2. Kegiatan Perencanaan
2. Kegiatan Perencanaan
Bila penyebab
utama permasalahan kelas ditemukan, maka langkah berikutnya yaitu merencanakan
tindakan. Rencana tindakan ini disusun untuk menguji secara empiris hipotesis
tindakan yang telah dirumuskan. Tindakan harus berdasarkan teori-teori belajar,
metode, strategi mengajar yang telah ada dan dari hasil penelitian sebelumnya
mengenai tindakan tersebut. Rencana tindakan berupa langkah-langkah
tindakan secara sistematis dan rinci. Peneliti perlu menentukan kriteria keberhasilan dari
tindakan yang akan dilakukan agar ada target yang akan dicapai. Rencana
tindakan meliputi: materi (bahan ajar), metode atau teknik mengajar, teknik dan
instrumen observasi dan evaluasi, kendala yang mungkin timbul pada saat
implementasi, dan alternatif pemecahannya
3. Kegiatan Pelaksanaan
Setelah
menyusun rencana tindakan, kegiatan berikutnya adalah mengimplementasikan
tindakan dan mengamati hasilnya.
Rencana tindakan diimplementasikan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran guru
seperti yang direncanakan. Rencana tindakan yang merupakan prosedur suatu
metode, strategi pembelajaran tertentu ini akan dilaksanakan dalam konteks
sekolah tersebut dan tiap sekolah berbeda. Pada tahapan ini, rancangan strategi
dan skenario pembelajaran diterap- kan.
Skenario tindakan harus dilaksanakan
secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan
tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut
dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata
pelajaran tertentu. Pada tahap inilah pengajar berperan ganda, yaitu sebagai
praktisi (pelaksana pembelajaran) dan sekaligus sebagai peneliti (pengamat).
4. Kegiatan Observasi
Tahapan
ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa- naan tindakan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung
dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia
bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar
siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil
kuis, presensi, nilai tugas dan lain-lain) tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atau antusias siswa. Observasi juga bisa
dilakukan alat perekam mekanik-elektronik.
5. Refleksi
Refleksi adalah
evaluasi secara jujur oleh tim dan kolaborator terhadap proses dan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Refleksi dimaksudkan untuk
mengindentifikasi kekurangan baik proses maupun hasilnya yang belum menunjukkan
hasil maksimal. Bila sudah ditemukan kekurangannya, maka tim perlu mencari
kekurangan dan menentukan solusi. Rancangan tindakan pada siklus berikutnya
harus sudah disesuaikan dengan hasil refleksi. Perbaikan tindakan akan terus
dilakukan sampai pada keadaan saturasi.
Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya. Refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan
Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti empiris), serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka konseptual). Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan siklus berikutnya. Refleksi yang tajam dan terpercaya akan diperoleh masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan tindakan berikutnya. Kadar ketajaman refleksi ditentukan oleh tingkat ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan
. B. Prosedur Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
PTK
bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan
pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari
pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan
pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar.
Pembahasan
berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan
fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelak- sanaan tindakan yang diikuti
dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila
diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tinda lanjut. Upaya tersebut
dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang
ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya. Sesudah menetapkan
pokok permasalahan secara mantap langkah berikutnya adalah:
- Perencanaan tindakan
- Pelaksanaan tindakan
- Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
- Refleksi (analisis, dan interpretasi)
Hasil
refleksi siklus pertama akan mengilhami dasar pelaksanaan siklus kedua.
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan
PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat tahap kegiatan. Hasil
refleksi siklus pertama akan dapat diketahui keberhasilan atau hambatan dalam
hasil tindakan, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahannya untuk
menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan yang dilakukan dalam siklus
kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang
ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam
siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk
siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti
yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan
peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang
tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa
siklus harus dilakukan, namun setiap penelitian minimal dua siklus dan setiap
siklus minimal tiga pertemuan.
1. Penetapan Fokus
Permasalahan
Sebelum
suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian
untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran
yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan
peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan
merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki
dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
- Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
- Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
- Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
- Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
- Apakah suasana dalam proses belajar mengajar kondusif?
Secara umum karaktersitik suatu
masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.
- Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran.
- Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.
- Masalah tersebut sangat merisaukan dan mendesak untuk segera diatasi.
- Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan agar masalah yang dipilih
untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan
sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih
lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan
untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.
- Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?
- Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
- Adakah hasil penelitian pendukung dari masalah yang akan dipecahkan
- Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjut- kan
dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga
dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang
dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian
terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya.
Analisis masalah dipergunakan untuk
merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan
peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai
dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang
diajukan.
Pada
tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan
dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang
jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan
masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai
berikut.
- Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
- Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
- Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
- Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS?
2. Perencanaan Tindakan
Setelah
masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan
yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke
dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara
optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu
dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis
tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
Secara rinci, tahapan perencanaan
tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut.
- Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan masalah. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
- Mentukan cara yang tepat untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan.
- Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan langkah pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data yang sesuai.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pada
tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan penutup diterapkan. Skenario tindakan harus
dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru,
pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan.
Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan
dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana
(skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK.
1. Dirancang penerapan metode
tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan: A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian
kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, dll oleh
dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara
random, dengan cara yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok;
mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar memahami
materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi.
4.
Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya
dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan
sebagai hasil pembelajaran.
5.
Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan
sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.
4. Pengamatan/Observasi dan
Pengumpulan Data
Tahapan
ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung
dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia
bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan
data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah
disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan
dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data
yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis,
presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
lain-lain.
Instrumen
yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi;
dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif
yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa
selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk lain yang
dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsini dkk.2006.Penelitian Tindakan
Kelas.Jakarta : Bumi Aksara
I
Made Sutama .2006.Guru Sebagai Peneliti. http:/www.forumguru.com/diakses, 10
Oktober 2012.
http://zulkarnaini.net/2008/10/penelitian-tindakan-kelas,
diakses pada 10 Oktober 2012, Pkl. 19.00
http://sarastiana.com/2011/10/05/prosedure-tindakan
-kelas, diakses pada 10 Oktober 2012, Pkl. 19.00
http://www.rosyid.info/2010/06/prosedur-pelaksanaan-ptk,
diakses pada 10 Oktober 2011, Pkl. 19.00
Raka
Joni. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PCP PGSM Dikjen Dikti.
Soedarsono,
(1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Dirjen dikti BP3 GSD Yogyakarta
Suyanto.
(1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Depdikbud
Tim
Pelatihan Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan