Thursday 4 July 2013

INTELEKTUAL MUSLIM




oleh: Hannan Al- Maduriyyah Sampang
jurusan: aqidah filsafat
                       



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Ibnu Sina nama lengkapnya adalah Abu Ali Husein Ibn Abdillah Ibn Sina, atau disebut juga dengan nama Syaikh al-Rais Abu ‘Ali al-Husein bin Abdullah Ibnu Sina, dan Negara-negara barat namanya lebih dikenal dengan sebutan Avicena. Ia dilahirkan di Persia pada bulan Syafar 370 H/980 M. Tentang keahlian Ibnu Sina ada pendapat yang mengatakan sejak kecil ia telah banyak mempelajari ilmu pengetahuan yang ada dizamannya seperti fisika, matematika, kedokteran dan hukum. Sewaktu berusia 17 tahun, ia sudah dikenal sebagai dokter, dan atas panggilan istana ia pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansyur sehingga pangeran tersebut pulih kembali kesehatannya.
Diantara Filosof Islam, Ibnu Sinalah yang paling banyak menulis buku ilmiah, mulai dari soal yang pokok sampai kepada soal-soal yang bersifat cabang. Diantara bukunya yang terkenal ialah al-Syifa yang berisi filsafat dan terdiri atas empat bagian yaitu; logika, fisika, matematika dan metafisika. Kitab ini terdiri dari delapan belas jilid tebal. Selanjutnya ia menulis kitab al-Qanun fi al-Thib. Sedangkan Tasawuf berarti memasuki setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang tercela.”( Muhammad al-Jurairy ).
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian tasawuf ?
2.      Apa pandangan Ibnu Sina tentang tasawuf ?
3.      Kenapa ibnu sina dikatakan ahli dalam bidang tasawuf ?
C.     TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan dalam bidang tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    TASAWUF IBN SINA
Tasawuf  adalah ajaran (cara dan sebagainya) otak mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar denganNya.[1] Tasawuf, sebagai aspek mistisisme dalam Islam, pada intinya adalah kesadaran adanya hubungan komunikasi manusia dengan Tuhannya, yang selanjutnya mengambil bentuk rasa dekat (qurb) dengan Tuhan. Hubungan kedekatan tersebut dipahami sebagai pengalaman spritual dzauqiyah manusia dengan Tuhan, yang kemudian memunculkan kesadaran bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya. Segala eksistensi yang relatif dan nisbi tidak ada artinya di hadapan eksistensi Yang Absolut.[2]
Salah satu disiplin ilmu yang berkembang dalam tradisi kajian Islam, selain Ilmu Kalam, Filsafat dan Fiqih. Tujuannya: memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. Tasawuf berusaha mengetahui dan menemukan Kebenaran Tertinggi (Allah SWT); dan bila mendapatkannya, seorang sufi tidak akan banyak menuntut dalam hidup ini.[3]
Abu al-Wafa’al-Ganimi at-Taftazani (peneliti tasawuf) menyebutkan karakteristik secara umum, baginya tasawuf mempunyai 5 ciri umum, yaitu:
1)      Memiliki nilai-nilai moral
2)      Pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak
3)      Pengetahuan intuitif langsung
4)      Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena terciptanya maqamat (makam-makam atau beberapa tingkatan)
5)      Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung pengertian harfiah dan tersirat.

Ibnu Sina mendefenisikan jiwa sebagai kesempurnaan awal yang dengannya spesies menjadi sempurna sehingga menjadi manusia yang nyata. Ia membagi jiwa manusia dalam tiga bagian, yaitu jiwa nabati, jiwa hewani dan jiwa rasional.
1)      Jiwa nabati.
Jiwa ini mengandung tiga daya, yaitu:
a.       Daya nutrisi  yang berfungsi untuk mengolah makanan menjadi bentuk tubuh.
b.      Daya pertumbuhan yang berfungsi untuk pengolahan makanan yang telah diserap tubuh agar mencapai kesempurnaan pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
c.       Daya generatif yang merupakan daya untuk pengolahan secara harmonis unsur-unsur makanan yang ada dalam tubuh sehingga menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang sempurna.
2)      Jiwa hewani.
Jiwa ini terdiri dari dua daya: daya penggerak dan daya persepsi.
a.       Daya pengerak yang terbagi atas daya hasrat dan daya motorik.
Daya hasrat yaitu daya yang berfungsi untuk mendorong perealisasian berbagai bentuk khayalan tentang hal-hal yang diinginkan dan tidak diinginkan. Daya ini terdiri dari dua bagian:
-          Syahwat, merupakan dorongan untuk mencapai sesuatu yang menimbulkan kenikmatan.
-          Emosi, yang merupakan dorongan untuk melawan sesuatu yang membahayakan, merusak dan menggagalkan pencapaian tujuan, atau dengan kata lain dorongan untuk mencapai kemenangan. Dalam hal emosi Ibnu Sina menyatakan bahwa situasi emosional mempengaruhi kondisi jiwa yang kemudian akan mempengaruhi kondisi fisik, baik secara spontan maupun bertahap. Sedangkan tentang urutan pengaruh emosi dan perubahan fisik itu ia menyatakan terdapat dua kemungkinan: fisik berubah lalu melahirkan perubahan emosi atau emosi merubah kondisi fisik.
Daya motorik berfungsi melaksanakan hasrat yang muncul dalam bentuk motorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
b.      Daya persepsi yang terdiri dari dua bagian, yakni
-          Indera internal yang terdiri dari:
·         Indera kolektif, yang merupakan akumulasi semua hasil penginderaan eksternal yang menghasilkan pemrosesan secara global.
·         Konsepsi, yang berfungsi untuk menyimpan gambaran hasil indera kolektif dan mempertahankannya walaupun stimulus inderawinya sudah tidak ada.
·         Fantasi, berfungsi untuk mengolah data daya konsepsi, mengklasifikasikannya dan men-diferensiasikannya. Daya fantasi berperan penting dalam mengingat dengan mengolah data parsial menjadi gambaran untuk dikirim ke daya waham. Daya fantasi juga berperan peting dalam berfikir dengan mengolah data parsial menjadi gambaran untuk dikirim ke akal. Tidak kalah pentingnya, daya fantasi juga berperan penting dalam mimpi dengan melakukan peniruan berbagai prilaku untuk memuaskan berbagai dorongan dan hasrat, khusunya yang tidak terrealisir.
·         Waham, berfungsi untuk mempersepsikan berbagai makna parsial non inderawi yang ada pada stimulus inderawi. Dalam hal ini, waham melihat makna parsial dari berbagai bentuk. Misalnya, pemulung melihat puntung rokok sebagai sumber uang. Waham juga merupakan wahana terbentuknya ilham.
·         Memori, berfungsi untuk menyimpan semua data yang dihasilkan dalam waham. Dengan demikian, proses mengingat merupakan hasil kerjasama antara daya waham dan fantasi.
-          Indera eksternal yang terdiri dari:
·         Indera penglihatan.
·         Indera pendengaran
·         Indera penciuman
·         Indera perabaan
·         Indera pengecapan

3)      Jiwa rasional
Jiwa rasional merpakan daya khusus yang dimiliki manusia yang fungsinya berhubungan dengan akal. Dari satu sisi jiwa rasional melaksanakan berbagai prilaku berdasarkan hasil kerja pikiran dan kesimpulan ide. Dari sisi lain ia mempersepsi semua persoalan secara universal. Jiwa rasional terdiri dari dua bagian: akal teoritis dan akal praksis.
a.       Akal teoritis, yang berfungsi untuk mempersepsi gambaran-gambaran universal yang bebas dari materi.
Akal teoritis terdiri dari lima tingkatan:
-          Akal potensial (materi), memiliki potensi untuk menangkap hal-hal yang rasional.
-          Akal bakat, berfungsi dalam pembenaran premis-premis tanpa melakukan usaha dalam pembenaran itu.
-          Akal aktual, berfungsi untuk mempersepsi hal-hal rasional, dan ini terjadi kapan saja.
-          Akal mustafâd, berfungsi untuk mengolah data akal aktual untuk dimanfaatkan.
-          Akal kudus, yang berfungsi untuk memproses hal-hal yang  ada dalam akal aktual secara otomatis (tanpa usaha manusia itu sendiri). Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi yang umumnya hanya dimiliki oleh para nabi.
b.      Akal praksis, yang berfungsi untuk memproses semua data dari akal teoritis untuk memutuskan pengambilan tindakan.





















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari ulasan di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwasannya  pandangan ibn sina terhadap tasawuf ialah sebagai berikut:
Ø  Tasawuf  adalah ajaran (cara dan sebagainya) otak mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar denganNya
Ø  Ibn sina mamandang jiwa sebagai kesempurnaan awal yang dengannya spesies menjadi sempurna sehingga menjadi manusia yang nyata. Ia membagi jiwa manusia dalam tiga bagian, yaitu jiwa nabati, jiwa hewani dan jiwa rasional.
Ø  Ibn sina merupakan salah satu seorang ilmuan tasawuf , karena ia mampu mengaplikasikan akal dan hati kedalam ranah intuitif .


[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit, hal. 1147.
[2] Solihin, Sejarah dan pemikiran Tasawuf di Indonesia, ( Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 1
[3] Hadiyan, “Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat”, disampaikan pada Perkuliahan Tatap Muka Ke-4 Ilmu Tasawuf 8 November 2008. (online) avaible: google.com//download, diakses pada tangal 16 Juli

0 Comments:

Post a Comment