PEDAMPINGAN UNTUK PENGHIDUPAN KEBERLANJUTAN PETANI
KARET DI DESA SUNGAI KUNYIT HULU, KECAMATAN SUNGAI KUNYIT, KABUPATEN PONTIANAK
DAFTAR
ISI
BAB
I : PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Kontek
Problematik ……………………………………. 1
B. Fokus Masalah
Pendampingan …………………… 4
C. Tujuan
Pendampingan …………………………… 6
D. Strategi
Pendampingan …………………………… 7
E. Metode
Penelitian Untuk Pendampingan …………… 8
F. Analisis Stakeholder …………………………………... 16
G. Aktivities
Planing …………………………………... 18
H. Sistematika
Penulisa …………………………………… 20
BAB
II : MENELUSURI DESA SUNGAI KUNYIT HULU …… 22
A. Poret Desa
Sungai Kunyit Hulu …………………… 22
B. Desa Sungai
Kunyit Hulu Sebagai Desa Perkebunan….. 32
C. Kebun Karet Sebagai
Sumber Kehidupan Masyarakat.. 35
D. Rutunitas Komunitas Petani Karet …………………… 38
BAB
III : MENGURAI DERITA MEMBANGUN HARAPAN ……. 39
A. Petani Karet
Dirugikan …………………………… 39
B. Ekonomi Petani
Karet Pasca Harga Karet Turun …… 46
C. Kerja Sampingan Sebagai
Jalan Keluar Petani Karet … 47
D. Kebutuhan Hidup
Petani Yang Terus Meningkat …….. 49
BAB
IV : DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN …………. 51
A. Menganalisis
Masalah Melalui Participatory Rural
Appraisal(PRA) ………………………………………… 51
1.
Langkah-Langkah
Proses Pemecahan Masalah …. 53
2.
Strategi
Pendampingan Terhadap Komunitas …. 63
3.
Membentuk
Komunitas Yang Berdaya …………. 64
4.
Merancang aksi ………………………………… 67
5.
Menjalin kerja
sama dengan dengan stakeholder …. 67
6.
Membangun
Komunitas Melalu Melalui Gapoktan
Darma
Agung ………………………………… 68
BAB
V : REFLEKSI ………………………………………… 69
A. Sebuah Analisa
Perubahan ………………………… 69
B. Konsep
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Islam …. 74
C. Implementasi
Dakwah Bil Hal ………………… 78
BAB
VI : PENUTUP ………………………………………… 82
A. Kesimpulan ………………………………………… 82
B. Saran dan Rekomendasi ………………………… 83
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………… 85
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Kontek
Problematik
Saat ini kehidupan petani karet di Desa Sungai
Kunyit Hulu masih menjerit dikarenakan harga karet menurun yang semula Rp
12.000 perkilogram menjadi Rp 4.000 perkilogram. Menurunnya harga karet membuat
beberapa petani karet mencari penghasilan tambahan, bahkan ada beberapa petani
karet lebih memilih mencari kerja di luar. Karena karet yang sejak dahulu
merupakan mata pencarian tumpuan masyarakat, dengan kondisi seperti ini
pendapatan petani karet menurun.
Banyak petani karet mengeluhkan karena harga karet
menurun. Perkilogram karet hanya dihargai Rp 4 ribu. Persoalan menurunnya harga
karet ini tidak sebanding dengan keperluan petani karet dalam memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari. Sedangkan para penureh karet di Desa Sungai Kunyit
Hulu ada yang perhari petani hanya bisa mengahasilkan karet lima sampai enam kilogram.
Ini tidak cukup untuk kebutuhan hidup. Beras saja belasan ribu per kilogram,
Belum untuk lauk-pauknya.
Di Desa
Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak. Saat ini
petani karet ada yang berhenti menureh kebun karetnya bahkan ada yang menebang
pohon karet yang dimiliki dan menggantikannya dengan tanaman merica,
ditebangnya pohon-pohon karet tersebut karena para petani karet mengalami
kerugian. Maka dari itu, penebangan karet ini terjadi secara berlahan-lahan.
Kebun yang pohon karetnya sudah ditebangi biasanya
digantikan oleh tanaman merica. Para penureh karet tersebut bernggapan bahwa
tanaman merica merawatnya. Ada penureh karet yaitu Qadri(39 th) menuturkan
mungkin dengan beralih tanaman. Penghasilanku bisa meningkat. Jika dibandingkan
hasil karet setahun terakhir ini yang harganya menurun. Di pasaran kami tidak
tahu mengapa harga karet menurun. Padahal tahun 2013 harga karet bagus mencapai
Rp12.000 perkolilogram.[1]
Tapi sekarang harga karet jauh dari yang diharapkan petani hanya dihargai Rp 4
ribu perkilogram. Rata-rata para penureh karet berpindah mencari pekerjaan yang
lebih baik. Seperti bekerja sebagai kuli bangunan dan menjadi buruh tani.
Meskipun penghasilannya tersebut juga tidak memadai buruh tani murah hanya
dibayar tiga puluh ribu rupiah perhari.
Para penureh karet mengharapkan pemerintah daerah
dan provinsi Kalimantan Barat memperhatikan petani karet. Yakni harga karet
murah ini dapat dicarikan solusinya Sehingga beban yang dialami petani karet di
sini dapat diselesaikan. “Kami minta kepada pemerintah daerah supaya menaikan
harga karet seperti biasanya. Supaya kehidupan petani karet yang ada di daerah
pedalaman ini bisa terangkat. Minimal petani karet bisa memenuhi kebutuhan
keluarga, anak dan istri,” pintanya.[2]
Hasil perkebunan karet karet di desa sungai kunyit
hulu yang dihasikan petani menurun dikarenakan harga jual karet menurun. Dengan
demikian masalah mendasar yang dihadapi para petani karet merugi dan berdampak
pada keberlanjutan usahanya. Jika hal ini dibiarkan, dampak besar yang akan
ditimbulkan dapat menambah angka kemiskinan di Kabupaten Pontianak dan
hilangnya gairah petani karet untuk menggarap karet miliknya.
B.
Fokus
Masalah Pendampingan
Insiden yang dialami para penureh karet saat ini di
Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak terdapat
pada pohon masalah di bawah ini :
Began
1
Pohon
Masalah
![]() |
Dari pohon masalah di Atas Desa Sungai Kunyit Hulu,
Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak yang penduduknya bermata pencarian
sebagai penureh karet untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini
harga karet menurun dari semula dihargai Rp 12 ribu menjadi Rp 4 ribu.
Menurunnya harga karet ini mengakibatkan para penureh karet mangalami kerugian.
Kerugian inilah berdampak pada pendidikan di Desa Sungai Kunyit Hulu terbatas,
pemenuhan kesehatan menuru dan para penureh karet tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Menurunnya dikarenakan pabrik-pabrik menetapkan harga karet secara sepihak. Karena
selama ini belom adanya advokasi terhadap para penureh karet, maka dari itu
para penureh karet tidak memiliki kuasa untuk melakukan perlawanan terhadap
pabrik-pabrik.
Menurunnya harga karet juga disebabkan kualitas
karet yang dijual oleh para penureh rendah, karena selama ini di Desa Sungai
Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak belom ada pelatihan
bagaimana cara mengolah karet agar karet yang dijual oleh para penureh memiliki
kualitas bagus. Maka dari itu, karet-karet yang selama ini dijual oleh para
penureh dihargai rendah pula.
Rendahnya harga karet mengakibatkan para penureh
serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. Karena belom ada
sumber ekonomi altenatif untuk para penureh karet. Jadi para penureh karet
hanya menggantukan pendapatan pada karet saja.
C.
Tujuan
Pendampingan
Tujuan
pendampingan yang bertempat di Desa Sungai Kunyit Hulu ini terdapat pada pohon
harapan dibawah ini :
Began
2
Pohon
Harapan
![]() |
D.
Strategi
Pendampingan
Strategi pendampingan ini dilakukan melalui:
1.
Inkulturasi
inkulturasi ini merupakan proses dimana peneliti
melakukan perkenalan dengan masyarakat dalam hal ini ialah masyarakat di desa
sungai kunyit hulu. Inkulturasi ini
dilakukan dengan tujuan membangun kepercayaan masyarat supaya kegiatan-kegiatan
yang dilakukan mendapat dukungan dari masyarakat.
2.
Membangun
Kesepatakan Dengan Komunitas
Membangun kesepakatan ini, sangat urgen dilakukan.
Sedangkan membangun kesepatakan deangan masyarakat ini dilakukan dengan tujuan
agar dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan lapangan masyarakat tidak merasa
terganggu.
3.
Menganalisis problem
Setelah inkulturasi dan membangun kesepatan dengan
masyarakat, disinilah peneliti bersama masyarakat melakukan upaya mencari
penyebab permasalahan yang terjadi di desa sungai kunyit hulu.
4.
Menyusun Rencana
Pemecahan Masalah Melalui FGD
Dalam hal ini peneliti bersama masyarakat
mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang terjadi, menentukan
langkah-langkahnya dan stakeholder yang akan diikutsertakan dalam memecahkan
permasalahan-permasalahanya.
5.
Menentukan local leader
Menentukan local
leader dilakukan bersama masyarakat. Sedangkan menentukan local leader ini
bertujuan agar komunitas memiliki perkumpulan, sedangkan perkumpulan inilah
komunitas akan memiliki kekuatan
6.
Melaksanakan
Aksi Pemecahan Problem Yang Terjadi
Melaksanakan aksi ini dilakukan peneliti bersama
masyarakat dengan kegiatan-kegiatan atau program-program yang telah direncanakan
dan disepakati bersama.
7.
Melakukan
Evaluasi Dan Refleksi
Setelah melakukan aksi peneliti bersama masyarakat
melakukan evaluasi tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dan
merefleksikan perubahan yang terjadi setelah aksi dilaksanakan.
E.
Metode
Penelitian Untuk Pendampingan
Pada proses pendampingan yang akan dilakukan di
Sudimoro ini metodologi yang digunakan adalah teknik PAR (Participatory Action
Riset). Dimana dalam teknik PAR ini merupakan aksi penelitian yang melibatkan
secara aktif semua pihak-pihak yang relevan dalam mengkaji setiap tindakan yang
sedang berlangsung. Dimana dalam hal ini tindakan yang dikaji adalah setiap
pengalaman masyarakat sebagai persoalan dalam rangka melakukan perubahan dan
perbaikan ke arah yang lebih baik. Topik, media, dan konten pembelajaran
berasal dari segala hal yang berasal dari kehidupan masyarakat sendiri.
Sedangkan untuk proses pembelajaran dengan melakukan tindakan-tindakan yang
berkala melalui seringnya uji coba dan diskusi bersama hingga menemukan inovasi
baru yang lebih baik. Fasilitasi yang dilakukan berupa tindakan nyata dan
langsung praktek sesuai dengan topik yang dikaji. Proses pembelajaran yang
dilakukan tidak memisahkan bagaimana melakukan, mempelajari, memahami hingga
menemukan hasilnya dan dilakukan bersama-sama. Sehingga proses pembelajaran
yang dilakukan berasal dari upaya menstrukturkan pengalaman yang telah dialami,
bukan hanya belajar dari buku.
Dalam cara kerja PAR segala tindakan pembelajaran
bersama komunitas, dengan mengagendakan program riset melalui teknik
Participatory Rural Aprasial (PRA) untuk mememahami persoalan masyarakat yang
selanjutnya menjadi alat perubahan sosial.
Penerapan PRA merupakan salah satu strategi
memberdayakan masyarakat perdesaan. Dalam PRA masyarakat berlaku sebagai subjek
dan bukan objek, dan peneliti serta praktisi menempatkan diri sebagai
”insider”, bukan ”outsider”. Masyarakat yang membuat peta, model, diagram,
mengurutkan, memberi nilai, mengkaji, memberikan contoh, mengidentifikasi dan
menyeleksi prioritas masalah, menyajikan hasil, mengkaji ulang dan merencanakan
kegiatan aksi.
Penjadwalan kegiatan PRA dilakukan bersama-sama
masyarakat, bersamaan dengan kegiatan sosialisasi. Sesuai dengan sasaran kegiatan
implementasi model, yaitu diperolehnya kesepakatan rencana aksi dengan stakeholders,
kegiatan PRA ini juga dibarengi dengan kegiatan pelatihan perencanaan pembangunan
desa dengan pola belajar sambil melakukan.
Sambil belajar dam melakukan serta membangun
kelompok-kelompok komunitas sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada.
Teknik-teknik PRA yang dilakukan adalah[3]:
1.
Mapping
(pemetaan)
Mapping
merupakan teknik dalam PRA untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik
dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi wilayah secara umum Desa Sungai
Kunyit Hulu Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak.
2.
Transect
Transect
merupakan
teknik untuk menfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan
keadaan sumberdaya-sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah Desa
Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak di
tempat-tempat yang dianggap cukup memiliki informasi yang dibutuhkan mengikuti
suatu lintasan tertentu yang disepakati.
3.
Timeline
Timeline adalah teknik
penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting yang
pernah dialami pada alur waktu tertentu. Dalam hal ini akan menguraikan latar
belakang penureh karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit,
Kabupaten Pontianak. Alasan melakukan timeline adalah:
a.
Teknik ini dapat
menggali perubahan-perubahan yang terjadi, masalah-masalah dan cara
menyelesaikannya, dalam masyarakat secara kronologis.
b.
Teknik ini dapat
memberikan informasi awal yang bisa digunakan untuk memperdalam teknik-teknik
lain.
c.
Sebagai langkah
awal untuk teknik trend and change.
d.
Dapat
menimbulkan kebanggaan masyarakat di masa lalu.
e.
Dengan teknik ini
masyarakat merasa lebih dihargai sehingga hubungan menjadi lebih akrab.
f.
Dapat untuk
menganalisa hubungan sebab akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah
kehidupan masyarakat, seperti; perkembangan desa, peran wanita, kondisi
lingkungan, perekonomian, kesehatan atau perkembangan penduduk.
4.
Trend and Change
(Bagan
Perubahan dan Kecenderungan)
Bagan
perubahan dan kecenderungan merupakan teknik PRA yang menfasilitasi masyarakat
dalam mengenali perubahan dan kecenderungan berbagai keadaan, kejadian serta
kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Hasilnya adalah bagan atau matriks
perubahan dan kecenderungan yang umum di Desa Desa Sungai Kunyit Hulu,
Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak yang berkenaan dengan masalah
menurunnya harga karet oleh penureh karet Sungai Kunyit Hulu.
5.
Season
calendar (kalender musim).
Suatu
teknik PRA yang dipergunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan
kesempatan dalam siklus tahunan yang di tuangkan dalam bentuk diagram.
Hasilnya, yang digambar dalam suatu kalender dengan bentuk matriks, merupakan
informasi penting sebagai dasar pengembangan rencana program. Kegiatan tahunan
yang dialami para penureh karet Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai
Kunyit, Kabupaten Pontianak yang digambarkan dalam siklus kalender musiman.
6.
Daily Routin (Kalender
harian)
Kalender
harian ini didasarkan pada perubahan analisis dan monitoring dalam pola harian
masyarakat. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam rangka memahami kunci
persoalan dalam tugas harian, juga sebagai alat untuk kegiatan penureh karet di
Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak dalam
kehidupan sehari–harinya.
7.
Diagram venn
Diagram
venn merupakan teknik untuk melihat hubungan masyarakat Desa Sungai Kunyit
Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak dengan lembaga yang terdapat
di Desa Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak.
Dalam pembuatan diagram venn ini bertujuan untuk memfasilitasi diskusi-diskusi
masyarakat untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang ada di desa, serta
menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya untuk masyarakat, dan manfaat
untuk masyarakat.
8.
Diagram alur
Merupakan
teknik untuk menggambarkan arus dan hubungan di antara semua pihak dan
komoditas yang terlibat dalam suatu masyarakat, dan dapat digunakan untuk
menganalisa alur penyebaran keyakinan dan tata nilai keagamaan dalam
masyarakat.
9.
Wawancara Semi
Terstruktur
Wawancara
semi tersetruktur ini merupakan alat penggalian informasi berupa tanya jawab
yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Wawancara ini bersifat semi
terbuka, artinya alur pembicaraan lebih santai.
10.
Analisis Pohon
Masalah dan Harapan
Teknik
analisa pohon masalah merupakan teknik yang dipergunakan untuk menganalisa
permasalahan yang menjadi problem yang telah diidentifikasi dengan
teknik-teknik sebelumnya. Teknik analisa pohon masalah ini dipergunakan untuk
menganalisa bersama-sama masyarakat tentang akar masalah, dari masalah-masalah
yang ada. Dengan teknik ini juga dapat digunakan untuk menelusuri penyebab
terjadinya masalah-masalah tersebut, sekaligus bagaimana disusun pohon harapan
setelah analisa pohon masalah telah disusun secara baik.
Untuk
mendapatkan kinerja yang baik dai dalam evaluasi pembangunan dengan menggunakan
metode participatory rural appraisal(PRA) para perktisi dan fasilitator perlu
mengikuti prinsip-prinsip dasar. Ada beberapa prinsip yang ditekankan dalam
Participatory rural appraisal(PRA), antara lain:
1.
Saling belajar
dari kesalahan dan berbagi penglaman dengan masyarakat
2.
Keterlibatan
semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal
3.
Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai
pelaku
4.
Konsep
triangulasi
5.
Oktimalisasi
hasil
6.
Berorientasi
prakstis
7.
Berkelanjutan
program
8.
Mengutamakan
yang terabaikan
9.
Pemberdayaan (penguatan)
masyarakat
10. Santai
dan oktimal
11. keterbukaan
karena tujuan penerapan metode PRA adalah
pengembangan program bersama masyarakat, penerapannyaperlu senantiasa mengacu
pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas
adalah sebagai berikut[4]:
a.
pengenalan
masalah dan potensi, dengan maksud untuk menggali informan tentang keberadaan
lingkungan dan masyarakat secara umum
b.
perumusan
masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah dan
potensi setempat
c.
identifikasi
alternative pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai
kemungkinan pemecahan masalah melalui musawarah masyarakat
d.
pemelihan
alternative pemecahan masalah yang paling tepat sesuai dengan kemampuan
masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya
e.
perencanaan
penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara kongkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau
f.
penyajian
rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk menyempurnakan ditingkat yang
lebih besar
g.
pelaksanaan dan
pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan
masyarakat
h.
pemantauan dan
pengalarahan kegiatan untuk melihat kesesuaian dengan rencana yang telah
disusun
i.
evaluasi dan
rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang
telah terpecahkan, munculnya masalah lanjutan, dll.
F.
Analisis
Stakeholder
Analisi stakeholders merupakan penyelidikan yang
mendalam terhadap sesuatu peristiwa yang menyangkut pihak pihak terkait dalam
suatu penelitian. Dapat juga diartikan penguraian suatu pokok atas berbagai
bagian dan penelaah bagian tentang pihak terkait yang berhubungan antara satu
sama lain agar memperoleh suatu kesepakatan kepemahaman dan ketepatan dalam
suatu keseluruhan.[5] Secara khususnya
dapat diartikan bahwasanya mengandung makna untuk menganalisis siapa saja yang
terlibat dalam komunitas atau lembaga untuk menunjang penelitian atau
dampingan. Secara spesifik lagi yaitu yang memegang peranan penting atau
terlibat dalam komunitaas dan mempunyai posisi dominan, netral, maupun yang
memiliki posisi yang lemah atau subordinat. Antara lain :
1. Kepala Pemerintahan
Pihak terkait yang bisa di jadikan sebagai
jalan dan penunjang proses pemberdayaan maupun pengembangan untuk komunitas.
Seperti;
-
Dinas Pertanian Dan Perkebunan, dll.
2. Tokoh Masyarakat
Pihak terkait bisa di jadikan sebagai jalan dan penunjang dalam proses
pemberdayaan maupun pengembangan untuk komunitas. Seperti ;
-
Kepala rukun warga
-
Kepala rukun tetangga
-
Tokoh agama
-
Tokoh masyarakat
-
Dll
3. Organisasi masyarakat (GAPOKTAN Darma
Agung)
4. Anggota Masyarakat Dampingan
-
Masyarakat secara umum
-
Pelaku atau para penureh karet dan masyarakat yang
termarjinalkan.
G.
Aktivities
Planing
Tabel
1
Pelaksanaan
Kegiatan Pendampingan
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||
Juni
|
Juli
|
Agst
|
Sep
|
Okt
|
Nop
|
Des
|
Jan
|
||
1
|
Survey lapangan
|
|
|
|
|
ü
|
|
|
|
2
|
Mengurus perizinan
|
|
|
|
|
ü
|
|
|
|
3
|
Riset pendahuluan
|
|
|
|
|
ü
|
|
|
|
4
|
Inkulturasi
|
|
|
|
|
ü
|
ü
|
|
|
5
|
Membangun komunikasi kelompok
|
|
|
|
|
ü
|
ü
|
|
|
6
|
Pengorganisasian Masyarakat:
a)
Riset bersama komunitas
b)
c)
Menentukan masalah bersama
komunitas
d)
e)
Merencanakan solusi tindak
lanjut
f)
g)
Melakukan aksi
h)
i)
Merefleksikan aksi
j)
k)
Perluasan perubahan
|
|
|
|
ü
|
ü
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
|
7
|
Pelaporan:
a)
Bimbingan
b)
Skripsi
|
|
|
|
ü
|
ü
ü
|
ü
ü
|
ü
ü
|
ü
ü
|
F.
Sistematik
Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini merupakan bab yang mengawali tentang judul
proposal skripsi yang diangkat oleh penulis yaitu : konteks problematik, focus
masalah pendampingan, tujuan pendampingan dan
pendakatan peandampingan
BAB II : Menelusuri Desa Sungai
Kunyit Hulu
Pada bab ini merupakan uraian problem-problem hasil
temuan dilapangan.
BAB III : Mengurai Derita Membangun
Harapan Baru
Dalam bab ini berisi narasi deskripsi hasil
catatan-catatan kegiatan kegiatan perencanaan pemecahan masalah dan analisis
potensi sumberdaya masyarakat
BAB IV : Dinamika Prose
Pendampingan
Pada
bab ini penulis implimentasi kegiatan-kegiatan bersama masyarakat.
BAB V : Refleksi
Dalam bab ini penulis menguraikan perubahan yang
terjadi setelah adanya pendampingan terhadap komunitas petani karet.
BAB VI : Penutup dan Rekomendasi
BAB II
MENELUSURI DESA SUNGAI KUNYIT HULU
A.
Poret
Desa Sungai Kunyit Hulu
Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan salah satu desa
yang berada di Wilayah Administrasi Kecamatan Sungai Kunyit Hulu Kabupaten
Pontianak yang letaknya 7 km meter dari kantor kecamatan sungai kunyit hulu dan
untuk mencapai ke sana menempuh waktu 15 menit. Sejauh mata memandang desa sungai kunyit hulu merupakan desa yang
penuh dengan lahan pertanian dan perkebunan.
Desa sungai kunyit hulu kecamatan sungai kunyit
kabupaten Pontianak ini, memiliki luas wilayah = 29,29 km2.[6]
Disa ini, di keliling oleh lahan pertanian dan lahan perkebunan.
Gambar:
Peta Desa Sungai Kunyit Kulu

Gamabar
I : Peta Desa Sunagi Kunyit Hulu,
Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak
Desa sungai kunyit hulu ini memili luas wilayah 29,
29 km2.[7]
Desa ini di apit oleh tanamanan masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu yaitu
tanaman karet dan tanaman merica. Yakni di antara dua tanaman yang menjadi mata
pencaharian masyarakat sungai kunyit hulu seajak turun temurun ini. Desa Sungai
Kunyit Hulu berbatasan desa-desa lain yaitu sebelah utara berbatasan dengan
desa bukit batu, sebelah timur berbatasa dengan langsung dengan hutan, dan
sebelah selatan berbatasan dengan desa mandalok dan sebelah barat berbatasan
dengan desa sungai kunyit dalam.
Table
II:
Batas
Geografis Desa Sungai Kunyit Hulu
Batas desa
|
Batas
|
Wilayah
|
Sebelah utara
|
Desa bukit
batu
|
Kecamatan
sungai kunyit
|
Sebelah timur
|
Kecmatan
Sadaniang
|
Kecamatan
sungai kunyit
|
Sebelah
selatan
|
Desa mandalok
|
Kecamatan
sungai kunyit
|
Sebelah barat
|
Desa sungai
kunyit dalam
|
Kecamatan sungai
kunyit
|
Jumlah penduduk
di Desa Sungai Kunyit Hulu
tercatat menetap dan setengah menetap di wilayah Desa Sungai Kunyit Hulu mencapai 2.726 orang,
terdiri atas 1371 orang laki- laki dan 1355 orang perempuan. Desa Sungai
Kunyit Hulu terbagi menjadi tiga dusun
yaitu desun sekip I, dusun sekip II dan dusun Semanyar. Dengan demikian, jumlah penduduk yang
menetap di desa sungai kunyit hulu tersebar dusun tersebut.
Penduduk yang telah menetap di Desa Sungai Kunyit
Hulu pada umumnya membangun tempat tinggal di sebelah kanan dan k iri jalan
secara tersebar. Penduduk yang hidup membangun tempat tinggal atau rumah berupa
rumah panggung di yang kebanyakan belakang rumahnya lahan pertanian dan
perkebunan. Kegiatan bertani dan berkebun bagi penduduk Desa Sungai Kunyit Hulu.

Gambar
: Rumah Panggung Di Desa Sunga Kunyit Hulu
Sedangkan sistem mata pencaharian masyarakat Desa
Sungai kunyit Hulu pada umumnya perkebunan yaitu kebun karet dan lada dan
sebagian kecil mereka bersawah. Tanaman yang dihasilkan adalah padi, kacang dan
jagung. Tanaman padi dan palawija hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi masyarakat, bila ada lebihnya maka tanaman itu dijual ke pasar. Masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu juga
menanam kunyit, jahe dan cabe dan
tinggal di sekitar lahan pertanian mereka.
Dalam kaitannya
dengan mata pencaharian, penduduk
di Desa Sungai Kunyit Hulu yang mayoritas bertani karet daan lada. Kegiatan ekonomi
lokal di Desa Sungai Kunyit Hulu perlu mendapat
perhatian dari Pemerintah Daerah, sebagai upaya meningkatkan pendapatan
keluarga dan mengurangi jumlah kelompok masyarakat miskin. Jumlah keluarga miskin di Desa Sungai Kunyit Hulu
dapat dikurangi melalui pendampingan terhadap masyarakat di Desa
Sungai Kunyit Hulu.
Desa Sungai Kunyi Kunyit Hulu memiliki luas lahan
pertanian seluas 75 ha dan perkebunan sebesar 15,5 ha untuk lebih jelasnya
lihatlah table yang telah dipaparkan di bawa ini:
Tabel
III:
subsektor
pertanian
No
|
Jenis tanaman
|
Luas ha
|
1
|
Padi dan palawija
|
20 ha
|
2
|
Jagung
|
20 ha
|
3
|
Kedelai
|
1 ha
|
4
|
Buah-buahan
|
20 ha
|
5
|
Sayur-sayuran
|
15 ha
|
pada awalnya pada masyarakat di desa sungai kunyit
hulu di sebut sebagai masyarakat petani yaitu petanian yang mula-mula di garap adalah
kebun karet. Menurut Sayyadi (75) bahwa di sepanjang Dusun Sekip II Desa Sungai
Kunyit Hulu merupakan sebuah karet sebagai mata penvaharian masyarakat di sini.
Di dusun ini dahulunya hanya ada tiga rumah yaitu rumahnya mbah Mukram, mbah
Ra’i dan mbah Jumar.[8]
Dan sekarang sudah banyak menjadi perumahan warga, akan tetapi di dusun ini
masih ada sisa-sisa kebun karet yang masih menjadi sumber ekonomi masyarat di
Desa Sungai Kunyit Hulu.
Table
IV
Subsektor
perkebunan
No
|
Jenis perkebunan
|
Luas ha
|
1
|
Kelapa
|
4 ha
|
2
|
Karet
|
10 ha
|
3
|
Kopi
|
1,5 h
|
Sesuai dengan ke adaan alam Desa Sungai Kunyit Hulu,
masyarakat desa mencari nafkah untuk keluarga dengan bergantung pada alam
sekitarnya. Hal ini dikarenakan, bahwa masyarakat mencari nafkah untuk
keberlangsungan hidup keluarganya sesuai dengan aset-aset yang dimiliki.
Aset-aset yang dimiliki masyarakat yaitu lahan-lahan perkebunan, dengan
demikian masyarakat desa sungai kunyit hulu bermata pencaharian sebagai petani.
Pertanian yang mayoritas dikerjakan oleh masyarakat
desa sungai kunyit hulu ialah sebagai penureh karet dan menanam lada kedua
tanaman ini yang menjadi mayoritas sumber kehidupan masyarakat desa sungai
kunyit hulu.

Gambar I: tanaman lada yang selama
ini menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat desa sungai kunyit
hulu
Menanam tanaman lada merupakan salah satu mata
pencaharian masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu Kecamatan Sungai Kunyit
Kabupaten Pontianak. Tanaman lada ini, ditanam oleh masyarakat sungai kunyit
sebagai tabunngan, dikarenakan panenya hanya 2 kali dalam setahun. Sedangan
memproduksi hasil panennya ada 2 jenis yaitu lada putih dan lada hitam. Kedua
cara memproduksi lada ini tentu mempengaruhi pada harga jua dan harga jualnya
tentu lebih tinggi lada putih dibandingkan lada yang diproduksi hitam.

Gambar II: Tanaman Karet Yang
Secara Turun Temurun Menjadi Sumber Kehidupan Masyarakat Desa Sungai Kunyit
Hulu
Perkebunan karet
sumberdaya yang bersifat
fisik biasanya lebih
dikenal dengan sumberdaya alam. Dalam
hal ini keadaan bentang alam di Desa
Sungai Kunyit Hulu itu sendiri. Sejatinya alam di desa sungai kunyit hulu
sangat mendukung pengembangan usahatani perkebunan karet. Seperti yang
diungkapkan oleh H. anwar Musleh (37
tahun), [9]
salah satu tokoh
masyarakat setempat, bahwa
duhulunya Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan daerah yang banyak
perkebunan karet terutama di Dusun Sekip 2, Desa Sungai Kunyit Hulu.Walaupun saat
ini jumlah pemilik
perkebunan karet sudah banyak
yang berkurang, namun masih memiliki peringkat pertama dibantingkan
sumberdaya alam yang menjadi mata pencaharian masyarakat Desa Sungai Kunyit
Hulu. Potensi ini tentu saja masih
bisa dikembangkan jika
masyarakat secara sadar
tahu akan pentingnya pengembangan wilayah mereka sebgai
sentra pendampingan.
Dalam Data BPS
Desa Sungai Kunyit Hulu Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak tahun 2014,
bahwa luas tanaman karet tahun ini ialah 10 ha.[10]
Dengan demikian, masyarakat di desa Sungai Kunyit Hulu bekerja sebagai petani
karet. Namun karet hasil produksi masyarakat dihargai rendah. Renhdahnya harga
karet mengakibatkan komunitas petani karet mengalami kerugian dalam artian
antara tenaga yang yang dikeluraga oleh komunitas petani karet tidak sebanding
dengan hasil yang didapat oleh komunita petani. Namun, nalaupun karet dihargai
rendah, masyarakat desa sungai kunyit masih bertahan memprduksi karet, karena
karet tersebut merupakan salah satu komuditas yang langsung menghasilkan uang
setiap hari selama musim kemarau. Maka dari itu, komunitas petani karet di desa
sungai kunyit hulu masih tetap bertahan menggarap kebun karetnya.
Kebun karet merupakan salah satu komoditas hasil
perkebunan yang mempunyai peran penti dalam
kebiatan perekonomian di Desa Sungai Kunyit Hulu. Karet di Desa Sungai
Kunyit Hulu juga salah satu komoditas yang dijual oleh komonitas petani yang
cukup penting sebagai penghasilan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Sebelum harga karet turun dari Rp. 12.000
perkelogram komunitas petani karet merupakan salah satu komunitas yang
sejahtera. Kesejahteraan hidu yang dinikmati komunitas petani karet tersebut
berubah arah ketika karet yang dihasilkan komunitas petani karet dihargai Rp.
4.000 perkelogram.
Namun pasca harga karet turun Rp. 12.000 menjadi Rp.
4.000 keadaan pada komunitas petani karet berubah drastis. kini komunitas
petani karet di desa sungai kunyit hulu hanya bisa pasrah dengan persoalan
turunnya harga karet tersebut.
Table
V
Data
Jumlah Penduduk Tahun
2014
Jumlah
|
Jenis
|
Kelamin
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
penduduk tahun ini
|
1.371 orang
|
1.355 orang
|
Jumlah
penduduk tahun lalu
|
|
|
Prentase
perkembangan
|
|
|
Table di atas merupakan jumlah penduduk di Desa
Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak tahun 2014
iala 1.371 laki-laki penduduk laki-laki dan 1.355 penduduk perempuan. Jumlah penduduk ini tentu heterogen dalam
segi pecaharian untuk memenuhi kebubutuhan hidup masing-masing, akan tetapi
mayoritas masyarakat di desa sungai kunyit hulu bermata pencaharian sebagai petani karet.
Adapun dalam mengdentifikasi penduduk di desa sungai
kunyit hulu berdasarkan mata pencahariannya dapat dijelaskan dalam table
berikut:
Table VI
Data penduduk berdasarkan mata
pencaharian
Jenis
pekejaan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
jumlah
|
Petani
Pegawai
negeri sipil
Pegawai
swasta
Pedagang
keliling
Pembantu
rumah tangga
TNI
Polri
Pengusaha
kecil menengah
|
576
8
23
11
1
1
3
|
576
2
17
15
1
2
|
1.152
10
40
26
1
1
1
3
|
Jumlah
|
623
|
613
|
1.236
|
Dilihat dari tabel di atas, jumlah terbesar adalah
penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian atau
berprofesi sebagai petani sebanyak
1.152 orang yang terdiri
dari petani sendiri
sebanyak 903 orang dan buruh
tani sebanyak 159
orang, menyusul diurutan
kedua adalah bermata pencaharian sebagai
pedagang keliling sebanya 26
orang, kemudian diurutan
ketiga bermata pencaharian lain-lain
sebanyak 56 orang
dan diurutan keempat
bermata pencaharian sebagai buruh bangunan sebanyak
13 orang, sedangkan
mata pencaharian dengan jumlah penduduk paling kecil adalah TNI dengan
jumlah sebanyak 1 orang dan Polri sebanyak 1 orang, pengusaha kecil menengah sebanyak
3 orang, pengangkutan sebanyak
19 orang, pengusaha sebanyak 37 orang, pegawai negeri
sipil sebanyak 10 orang dan pegawai swasta sebanyak 40 orang.
Pada awalnya masyarakat di desa sungai kunyit hulu
merupakan masyarat penghasil komuditi yaitu karet, lada, kopi, pinang dan lain
sebagainya. Komuditi-komuditi inilah yang dahulu menjadi sumber mata
pencaharian masyarakat di desa sungai kunyi hulu. Akan tetapi di antara
komuditi-komuditi tersebut masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu lebih
memprioritaskan komuditi karet.
B. Desa Sungai
Kunyit Hulu Sebagai Desa Perkebunan
Di Desa Sungai Kunyit Hulu salah satu desa di
kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak yang merupakan penghasil
komuditas-komoditas perkebunan yaitu karet, lada, kopi, pinang dan lain
sebagainya. komuditas-komuditas tersebut, cukup banyak diusahakan masyarakarat
Desa Sungai Kunyit Hulu. Sedangkan di antara komuditas-komuditas yang ada,
masyarakat desa Sungai Kunyit Hulu lebih cenderung pada komuditas karet
dikarenakan komuditas karet tersebut dapat dipanen selama musim kemarau. dapat
dimaklumi mengapa pentingnya komoditas karet ini dikembangkan sebagai salah
satu komoditi unggulan di Desa Sungai Kunyit Hulu mengingat dari sekian banyak
komoditi perkebunan, perkebunan karet memiliki lahan terluas dan terbesar di
Desa tersebut, hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi komoditas karet
untuk di kembangkan guna menopang perekonomian rakyat.
Luas areal dan hasil perkebunan menurut jenis
komoditas dapat dilihat table di bawa ini :
Table VII
Data luas hasil perkebunan menurut
jenis komuditas
Jenis
Komuditas
|
Luas (ha
|
Hasil (kw/ha)
|
Kelapa
|
4
|
2500
|
Kopi
|
1.5
|
500
|
Pinang
|
2
|
1000
|
Lada
|
5
|
3000
|
Karet
|
10
|
25.000
|
Dari table di atas dapat dilihat jenis usaha
perkebunan karet yang memiliki lahan terluas serta jumlah produksi yang paling
banyak dari komoditi-komoditi perkebunan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa
besarnya produksi komoditas karet untuk dikembangkan guna menopang perekonomian
rakyat. Bila dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, maka usaha tani
perkebunan karet ini mampu menyerap mayoritas petani karet di Desa Sungai
Kunyit Hulu. Besarnya jumlah petani yang menggantungkan hidupnya pada komoditas
perkebunan karet ini, sudah barang tentu merupakan aset yang harus di
manfaatkan, sebagai upaya meningkatkan hasil produksi karet dalam rangka
meningkatkan kualitas komoditas karet, disamping sebagai aset juga merupakan sebagai
beban tanggung jawab bagi pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan komonitas petani.
Ironisnya sektor pertanian yang merupakan menyerap
tenaga kerja terbesar dan tempat menggantungkan harapan hidup sebagian besar
masyarakat khususnya di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit,
Kabupaten Pontianak itu justru menghadapi masalah yang cukup kompleks. Salah
satu masalah antara lain mencakup
rendahnya harga jual karet. Rendahnya harga jual karet yang terjadi tentu
komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu mengalami kemerosotan
pendapatan. Hal ini bila dibiarkan secara terus-menerus, akan menjadi sebab
semakin melebarnya persoalan pendapatan
para komunitas petani karet dengan kebutuhan sehari-hari. . Masyarakat Desa
Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak mengusahakan
tanaman karet sebagai tanaman utama. Desa dengan penduduk 3.068 jiwa ini,
sebanyak 759 kepala kelurga di antaranya bekerja sebagai petani karet. Sebagai
tanaman utama yang di usahakan, maka ketergantungan terhadap pendapatan dari
hasil penjualan karet ini sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka.
Meskipun Desa Pulau Pandan merupakan salah satu desa
penghasil karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten
Pontianak, namun kenyataan menunjukkan tidak semua masyarakat petani karet
hidup dalam kondisi yang lebih baik, banyak di antara mereka tergolong
miskin.
C. Kebun Karet
Sebagai Sumber Kehidupan Masyarakat
Mayoritas masyarakat di desa sungai kunyit memiliki
kecendrungan sikap yang bergantung pada perkebunan karet. Hal ini dikarenakan
ketebatasan pengetahuan, masyarakat seakan-akan takluk pada dan tunduk pada
alam dalam segala segi kehidupan. Bagitu pula dengan mata pencaharian yang
mereka kerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-seharinya. Selain itu,
semakin tahun semakin banyak bertambah penduduknya ini tentu mempengaruhi
pencaharian masyarakat di sana.
Mayoritas masyarakat di desa sungai kunyit hulu,
lebih banyak memiliki lahan perkebunan. Perkebunan tersebut berfungsi sebagai
sumber ekonomi mayoritas masyarakat. Dengan demikian, masyarakat di desa sungai
kunyit hulu hidup bergantung pada perkebunan. Sedangkan hasil panen dari
perkebuinan yang masyarakat produksi mengalami penurunan harga, baik harga
pinang, lada, dan karet.
Untuk dilebih jelsanya tentang kepemilikan lahan
perkebunan di desa sungai kunyit hulu, kecamatan sungai kunyit, kabupaten
Pontianak. Dapat dilihat table VI di bawah ini:
Table VIII
Data penduduk memiliki lahan
perkebunan
Jumlah
keluarga yang memiliki lahan perkebunan
|
500 keluarga
|
Tidak memliki lahan perkebunan
|
25 keluarga
|
Memiliki kurang dari 5 ha
|
80 keluarga
|
Memiliki 10-50 ha
|
55 kelurga
|
Memiliki 50-100 ha
|
60 keluarga
|
Memiliki 100-500 ha
|
39 keluarga
|
Jumbelah total kelurga perkebunan
|
769 keluarga
|
data penduduk memiliki lahan perkebunan Di Desa
Sungai Kunyit Hulu tahun 2014. Hal ini tentu menggambarkan bahwa masyarakat di
desa sungai kunyit hulu, bermata pencaharian sebagai penggarap kebun. Karena
desa sungai kunyit hulu merupakan desa yang kaya akan aset perkebunannya.
Adapun dalam menidentifaksi luas hasil perkebunan
menurut jenis komuditas yang berdasarkan mata pencaharian masyarakat di Desa
Sungai Kunyit Hulu kecamatan sungai kunyit kabupaten Pontianak dapat di
jelaskan dalam tabel berikut:
Data luas hasil perkebunan menurut jenis komuditas
yang telah dipaparkan di atas menunjukan bahwa masyarakat di Desa Sungai Kunyit
Hulu lebih banyak bermata pencaharian sebagai petani karet. Hal inilah yang
menimbulkan masalah terhadap masyarakat pada saat harga karet turun dari Rp
12.000 turun menjadi Rp 4.000.
Dari gambaran analisis masyarakat di Desa Sungai
Kunyit Hulu terhadap biaya usaha tani yang dikeluarkan dapat disimpulkan bahwa
dari segi materi secara umum masyarakat sudah mampu membuat anggaran untuk
usaha taninya. Akan tetapi dari segi pemasaran, masyarakat kurang mampu membaca
memprediksikan kondisi harga pasar yang akan terima oleh petani. Hal ini
seringkali membuat petani menderita kerugian.
D.
Rutunitas
Komunitas Petani Karet
Petani karet di desa sungai sungai kunyit hulu ini
tidak jauh berbeda dengan petani karet pada umumnya. Ketika musim kemarau,
mereka menggarap kebun karet yang dimiliki, mereka bekerja dari dini hari
hingga pagi bahkan sampai siang hari.
BAB III
MENGURAI DERITA MEMBANGUN HARAPAN
A.
Petani
Karet Dirugikan
Turunnya
harga karet yang terjadi saat ini menimbulkan masalah-masalah terhadap para
petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu. Masalah-masalah yang yang disebabkan
oleh turunnya harga karet yang semula Rp. 12.000 menjadi Rp. 4.000 tersebut
membuat masyarakat Sungai Kunyit Hulu mangalami penurunan pendapatan
sehari-sehari sehingga masyarakat di Sungai Kunyit Hulu bagian besar mencari
penghasilah sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarga bahkan ada yang bekerja
sebagai buruh bangunan.
Dengan
mangalami penurunan pendapatan sehari-sehari para petani karet khususnya di
Desa Sungai Hulu serba menurun dari
segala aspek kebutuhan hidup, baik aspek ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Menurun segala aspek kehidupan kelurga petani Akar penyebab terjadainya
masalah-masalah tersebut harus segara dianalisis dan dicari penyebab utama
permasalahannya. Peneliti pada bagian ini akan mamaparkan aksi yang dilakukan
oleh tim pendamping sebagai langkah awal untuk menganalisis dan memecahkan
permasalahan yang terjadi di Desa Sungai Kunyit Hulu.
Peneliti
bersama para petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, melakukan diskusi tentang
turunnya harga karet yang mengakibatkan para petani karet mangalami penurunan
pendapatan sehari-sehari. Menurut salah seorang petani karet, kamsur (32 th)
sebenarnya harga karet turun dari yang semula Rp 12.000 menjadi Rp 4.000
dikarenakan yang menjadi penetap harga karet yang dihasilkan petani adalah
pabrik. Pabriklah yang menentukan harga karet yang dihasilkan oleh para petani.[11]
Sedangkan petani tidak mempunya kekuatan atau kuasa dalam hal tawar-menawar
harga karet. Ketidak berdayaan para petani karet dalam menentukan harga
peneliti merasa
bagan:
POHON MASALAH

Dari
pohon masalah di Atas Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit,
Kabupaten Pontianak yang penduduknya bermata pencarian sebagai penureh karet
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini harga karet menurun
dari semula dihargai Rp 12.000 perkelogram turun menjadi Rp 4.000 perkelogram.
Menurunnya harga karet ini mengakibatkan para penureh karet mangalami kerugian.
Kerugian inilah berdampak pada pendidikan di Desa Sungai Kunyit Hulu terbatas,
pemenuhan kesehatan menuru dan para penureh karet tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Menurunnya
dikarenakan pabrik-pabrik menetapkan
harga karet secara sepihak. Karena selama ini belom adanya advokasi terhadap
para penureh karet, maka dari itu para penureh karet tidak memiliki kuasa untuk
melakukan perlawanan terhadap pabrik-pabrik. Menurunnya harga kare juga
disebabkan kaulitas karet yang dijual oleh para penureh rendah, karena selama
ini di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak
belom ada pelatihan bagaimana cara mengolah karet agar karet yang dijual oleh
para penureh memiliki kualitas bagus. Maka dari itu, karet-karet yang selama
ini dijual oleh para penureh dihargai rendah pula.
Rendahnya
harga karet mengakibatkan para penureh serba kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-sehari. Karena belom ada sumber ekonomi altenatif untuk
para penureh karet. Jadi para penureh karet hanyan menggantukan pendapatan pada
karet saja.
Dari
realitas penyebab dan akibat permasalahan turunnya harga karet yang terjadi
saat ini membuat kualitas hidup petani karet menurun khususnya Di Desa Sungai
Kunyit Hulu, maka harapan yang diinginkan oleh para petani karet agar masalah
pemenuhan kebutuhan hidup teratasi
adalah seperti dalam pohon harapan berikut:
bagan
:
POHON HARAPAN
![]() |
|
Dilihat
dari pohon kharapan di atas bahwa naiknya harga karet seperti semula merupakan
harapan semua para petani khususnya di Desa Sungai Kunyit Hulu. Harapan para
petani akan terlaksana dengan syarat para petani karet meningkatkan produksi
dan kuliatas karet lebih baik jika para petani karet khususnya di desa sungai
kunyit hulu masih mengharapkan kebun karet sebagai mata pencaharian(penopang)
ekonomi keluarga. Peningkatan produksi dan kualitas karet harus dilakukan oleh
para petani karet khususnya di Desa Sungai Kunyit Hulu secara instensif dengan
memperhatikan hal-hal pokok budidaya yang meliputi penggunaan bibit unggul
sesual lokasi, pemupukan, pengganggu
tanaman penyadapan dan pengolaan secara baik.
Pengolahan
produksi dan kualitas karet menjadi masalah utama yang terjadi di Desa Sungai
Kunyit Hulu, masalah ini merupakan kendala utama, pada umumnya pera petani
karet di desa sungai kunyit hulu mayoritas masih menggunakan bibit lokal dengan
daya hasil rendah, kurang perawatan terutama pemupukan dan penyadapan yang
kurang teratur sehingga produksi dan kualitas karet menurun. Pananganan setelah panen biasanya hanya juga
seadanya sehingga kulitas karet kurang terjaga.

Foto
: salah Satu Produksi Karet Yang Mempunyai Kualitas Tidak Bagus
Masalah
memproduksi karet yang memiliki karet kualitas kurang baik ini sering terjadi
di desa sungai kunyit hulu, masalah ini terjadi dikarenakan cara petani dalam
memproduksi karet yang salah, terutama dalam penggunaan kadar air dan dan
kotoran. Masalah-masalah yang terjadi terhadap para patani pada umumnya
disebabkan kurangnya atau masih rendahnya pemahaman petani tentang cara-cara
memproduksi karet agar karet mempunyai kualitas karet lebih baik.
Melihat
masalah-masalah yang terjadi di Desa Sungai Kunyit Halu tersebut, tampaknya
akan sulit bagi petani karet untuk kehidupan di masa depan tanpa adanya
penelitian dan pendampingan guna untuk melakukan cara-cara memproduksi karet
yang memilimki kualitas baik supaya bersaing dengan produksi karet-karet luar desa
sungai kunyit hulu. Oleh karena itu, peran fasilitator dan pihak-pihak terkait
lainya sangat dibutuhkan.
Sebenarnya
penelitian dan pendampingan yang dilakukan sebagai upaya yang bertujuan untuk
menjadikan para penureh karet menjadi berdaya dalam artian para penureh karet
mampu mempraduksi karet yang dihasilkan secara mandiri sehingga kualitas karet
yang dihasilkan hasilnya memiliki daya saing dengan hasil-hasil produk
karet-karet luar dan hasilnya langsung bisa dirasakan para petani dalam jangka
panjang.
B.
Ekonomi
Petani Karet Pasca Harga Karet Turun
Persoalan
kehidupan komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit hulu pasca harga turun
menjadi polemik. Pada dasarnya kehidupan ekonomi petani karet di desa sungai
kunyit hulu merupakan petani yang makmur dan sejahtera akan pendapatan petani
karet. Petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu juga tergolong komunitas yang hidup
tergantung pada hasil karet yang diproduksi sendiri, namun petani karet di desa
sungai kunyit hulu juga memiliki sikap pragmatis atau petani karet tersebut
berorientasi pada hasil dengan penggarap kebun karet yang dimilikinya.
Pasca
harga karet turun dari yang semula Rp 12.000 menjadi Rp 4.000, para petani
karet di Desa Sungai Kunyit Hulu nyatanya masyarakat petani yang termasuk jauh
diri kesejahteraan, sehingga mencari kerja sampingan sering kali menjadi jalan
keluar bagi pendapatan sosial ekonomi petani. Maka ketika digolongkan pada
kehidupan yang dikatakan sejahtera, para petani di Desa Sungai Kunyit Hulu
dengan menggelengkan kepala tergolong masyarakat yang dimiskinkan atau
dirugikan, para petani karet di desa sungai kunyit hulu memiliki harapan besar
akan kehidupan yang sejahtera. Dengan demikian, petani karet di desa sungai
kunyit hulu berharap bahwa harga karet kembali pada harga yang semula. Namun
hal tersebut nyatanya malah membuat mayoritas para petani karet di Desa Sungai
Kunyit Hulu mencari kerja sampingan guna untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari, dalam artian mayoritas para petani karet menjadi buruh bangunan
dan buruh serabotan yang murahan.
C.
Kerja
Sampingan Sebagai Jalan Keluar Petani Karet
Merosotnya
pendapatan komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, menyebabkan para
komunitas petani karet mencari kerja lain sebagai pendapatan tambahan untuk
mencukupi kebutuhan hidup seahari-sehari. Hal tersebut terjadi dikarenakan
harga jual produksi karet semakin menurun. Sedangkan harga kebutuhan pokok
semakin mahal.
Merosotnya
pendapatan komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu yang di sebabkan
turunya harga karet ternyata tidak mampu membuat taraf hidup komunitas
petani karet meningkat. Masih banyak banyak komunitas petani karet yang
mengalami kesulitan dalam menjalani hidup, dalam hal ini adalah kesejahteraan
ekonomi. Banyak komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu berada
dalam garis kemiskinan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya berbagai
kebutuhan hidup, baik kebutuhan sekunder maupun kebutuhan primer dan juga
karena terjadinya krisis ekonomi yang tidak kunjung terselesaikan. Inilah yang
membuat komunitas petani karet di
Desa Sungai Kunyit Hulu mersa dimiskinkan oleh permanan harga dan semakin
kewalahan dalam memperbaiki perekonomian.
Kemerorosotan
pendapatan komunitas para petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, juga
disebabkan oleh tengkulak-tengkulak (toke-toke)
yang ada di dalam desa itu sendiri mau tengkulak-tengkulak (toke-toke) yang dari luar. Hal ini
terjadi dikarenakan akses transportasi antara desa sungai kunyit hulu dengan
pabrik-pabrik karet membutuhkan jarak
tempuh yang terjalalu jauh, (kurang lebih 3 jam). Dengan demikian, banyak dari
komunitas petani karet menjual hasil produksi karet pada toke-toke terdekat.
Gambar
Diagram alur hasil FGD Bersama Komunitas Petani Karet
Tentang Distribusi Karet Yang Dihasilkan
Petani [12]

Dari
diagram alur di atas dapat dilihat bahwa para petani karet dalam lebih memilih
menjual karet hasil produksi pada tengkulak-tengkulak(toke-toke) dibangdingakan
menjual langsung pabrik. Hal ini terjadi dikarenakan jarak tempuh antara lokasi
(Desa Sungai Kunyit Hulu) dengan pabrik karet membutuhkan jarak tempuh kurang
lebih 3(tiga).
D.
Kebutuhan
Hidup Petani Yang Terus Meningkat Sedangkan
Masyarakat
di desa sungai kunyit hulu yang bermata pencarian utama sebagai petani karet,
memiliki pola ketergantungan terhadap satu mata pencarian saja. Pola
ketergantungan tersebut tentu berdampak negatif bagi kelangsungan hidup
komunitas petani karet. Hal ini disebabkan karena ketika harga karet anjlok,
maka perekonomian masyarakat dasa sungai kunyit hulu pun mengalami keterpurukan
yang nantinya akan diiringi oleh serangkaian masalah akan teimbul dalam
masyarakat karena himpitan beban ekonomi.
Masalah-masalah
yang terjadi dikarenakan kondisi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Sungai Kunyt Hulu belum menunjukkan
kemajuan yang lebih baik. Sejauh yang peneliti temukan di lapangan kondisi ini
disebakan karena adanya pola ketergantungan masyarakat terhadap satu
matapencarian yaitu di sektor pertanian dengan komoditi utama karet. Sehingga
apabila sektor tersebut terganggu, maka sebagian besar masyarakat desa sungai
kunyit hulu pun akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena tidak
adanya sumber mata pencarian alternatif.
BAB IV
DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN
A.
Menganalisis
Masalah Melalui Participatory Rural Appraisal(PRA)
Penelitian
yang menggunakan pendekatan Particiatory
Rural Apraisal(PRA) merupakan
salah satu model penelitian yang menitikberatkan pada proses penelitian sebagai
proses perubahan sosial. Perubahan sosial sama artinya dengan transformasi sosial yang memuat tiga tolak ukur yakni
adanya Local Leader sebagai motor penggerak dari perubahan yang merupakan
bagian dari masyarakat itu sendiri, adanya komitmen bersama dalam masyarakat
dan munculnya institusi-institusi baru
berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Penelitian
ini menekankan pada pendefinisian masalah, memperbaiki apa yang salah, fokus
pada apa yang kurang dan pada yang timpang sehingga proses pemberdayaan dapat
dilakukan secara obyektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Filosofinya,
ketika seseorang lapar maka cari apa yang menyebabkannya lapar, entah karena belum makan atau ada sistem yang
menyebabkan makanan tidak sampai kepada orang yang lapar tersebut. Kemudian
merangkai solusi tentang bagaimana memberi makan sesuai porsinya, lalu
memberikan makanan tersebut kepada orang
yang lapar. Cara ini memang cenderung tradisional mengingat
berkembangnya pendampingan berbasis aset. Namun ini mampu menjawab persoalan
yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar merupakan
masyarakat tradisional dan juga masyarakat yang seringkali terlibat dalam
kondisi pelik seperti persoalan turun harga hasil pertanian masyarak pedesaan.
Penanganan
persoalan turunnya harga hasil pertanian di pedesaan tersebut tentu saja lebih
optimal jika menggunakan pendekatan ini, mengingat pendefinisian masalah sangat
erat kaitannya dengan masalah-masalah dipedasaan. Karena masalah-masalah yang
terjadi dipedasaan selalu menyisahkan segudang persoalan yang bahkan membuat
kualitas masyarakata semakin menurun karena terkena imbas dari turunnya harga
harga hasil pertanian masyarakat. Sehingga untuk mengurangi resiko menurunnya
kehidupan masyarakat dilakukan penetian bersama masyarakat sebagai pemberdayaan
masyarakat pedesaan.
Pelaksanaan PRA di Desa Sungai Kunyit Hulu
digunakan untuk mengkaji perekonomian
masyarakat berupa mata pencaharian, sumber daya alam dan sumber daya manusia,
mengkaji kehidupan sosial masyarakat, mengkajipendidikan dan kesehatan. Hasil
dari pengkajian ditemukan dari sabagian petani karet tentang keadaan atau
kondisi berbagai aspek kehidupan desa, sejumlah masalah dan kebutuhan
yang diungkapkan komunitas serta sejumlah potensi lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk kegiatan pengembangan
masyarakat. Setelah kegiatan di atas disusun program kerja olehmasyarakat
berdasarkan identifikasi potensi, masalah dan kebutuhan.Kegiatan PRA hanya diikuti oleh fasilitator dan komunitas
petani karet Desa Sungai Kunyit Hulu. Hal ini disebabkan lokasi desa jauh di
pedalaman. Secara ringkas penulis menjelaskan kepada peserta maksud dari
PRA dilakukan agar adanya pemahaman yang sama antara peneliti dan
komunitas petani karet. Pada kesempatan tersebut peneliti juga memaparkan hasil
penelitian dan pelaksanaan program kegiatan komunitas petani karet yang sedang
berlangsung di Desa Sungai Kunyit Hulu.
Setelah pembukaan singkat disampaikan, penulis
meminta peserta untuk menulis masalah dan kebutuhan yang dirasakan dan dialami
masyarakat berdasarkan bahasa yang digunakan mereka sendiri, di kertas yang
telah dibagikan. Akantetapi dalam pelaksanaannya warga kurang memahami dan
hasil tulisan yangdisampaikan kurang jelas, sehingga kegiatan PRA diubah bentuk
penyampaiannya. Berdasarkan pertimbangan efektivitas, peneliti meminta warga mengutarakan
masalah dan kebutuhan yang mereka alami, selanjutnya penelitimenulis di kertas
yang telah disiapkan. Hal tersebut dapat Fasilitator pahami karena sebagian
komunitas petani karet Desa Sungai Kunyit Hulu kurang memahami tulis dan baca.
Dari kegiatan PRA tersusun masalah yang sederhana berdasarkan pendapat peserta.
Pada kegiatan tersebut fasilitator menyaring dan menggolongkan pendapat peserta
dalam FGD tentang hubungan antar masalah. Penyusunan rencana program dipimpin
langsung oleh fasilitator. Warga memberi masukan dalam pembuatan program yang
sesuai dengan kondisi dan potensi desa serta kebutuhan masyarakat.
B.
Mencari
Solusi Dalam Menangani Masalah
1. Langkah-Langkah
Proses Pemecahan Masalah
a) Inkulturasi
Inkulturasi
merupakan langkah awal dalam proses melakukan pemberdayaan terhadapap komunitas
sehingga komunitas yang didampingi mengerti siapa diri kita dan tujuam kita.
tahap inkulturasi dalam proses pendampingan ini, bagi fasilitator proses ini
merupakan tahapan dimana fasilitator dapat membangun trust building dan
menjalin hubungan simbiosis
mutualisme dengan masyarakat.
Pada tahap pra pendampingan, peneliti memfokuskan pada pengamatan ke
lokasi pendampingan dengan menitikberatkan pada kondisi komunitas petani karet
pasca turunnya harga karet dari Rp. 12.000 menjadi Rp. 4.000 dan dampak yang
terjadi terhadap komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu, kecamatan
sungai kunyit, kabupaten Pontianak setelah terjadi penurunan haraga karet yang
sudah kurang lebi setahun. Setelah melakukan beberapa kali wawancara dengan
komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu, peneliti menemukan fakta
yang berupa keluhan-keluhan para komunitas petani karet bahwa penghasilan yang
didapat komunitas petani karet tidak sesuai dengan harga kebutuhan hidup
sehari-hari. Akan tetapi walaupun antara
penghasilan yang didapat dan pengeluaran sehari tidak sebanding, para
petani karet masih bertahan menggarap kebun karet yang dimilikinya dengan
alasan kami salami ini hidup dengan bekerja seperti ini.
Dalam pra pendampingan miming hal tersulit bagi fasiltator ialah dalam
menciptakan trust building dalam
masyarakat, maskipun fasilitator penduduk asli di lakasi dampingan tersebut
yaitu penduduk asli di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit,
Kabupaten Pontianak. Namun setelah pandamping atau fasilitator meyakinkan
komunitas petani karet dengan memperlihatkan proposal skripsi yang berjudul :
Pendampingan Untuk Keberlanjutan Penghidupan Petani Karet Di Desa Sungai Kunyit
Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak baru mereka percaya akan
adanya pendampingan yang akan dilaksanakan di lakasi yang tepat di Desa Sungai Kunyit
Hulu.
Pada tanggal 25 oktober 2014, fasilitator ke kantor Desa Sungai Kunyit
Hulu untuk meminta izin pelaksanaan pendampingan terhadap komunitas petani
karet pasca anjloknya harga karet dari Rp. 12000 perklogram menjadi Rp. 4.000
perklogram di desa ini. Dengan mengajukan proposal skripsi yang peneliti
ajukan, bapak misnawar, Ama sebagai kepalan desa sungai kunyit hulu membri izin
terhadap pendamping atau fasilitator.

Gambar
: Saat Fasilitator Mengajukan Permohonan Izin Pendampingan
Setelah mendapatkan izin dari kepala desa fasilitor mulai melaksanakan
pendampingan dengan duduk sambil berbincang bersama komunitas petani karet dan
juga ikut ke kebun-kebun karet pada saat petani menggara kebun karet. Dan
fasilitator belajar cara petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan
Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak.

Setelah itu, pasilitor sering berkumpul bersama masyarakat desa Sungai
Kunyit Hulu dan mendengar keluhan-keluhan masyarakat tentang masalah anjloknya
harga karet yang terjadi. anjloknya harga karet dari Rp. 12.000 peklogram
menjadi Rp. 4.000 perklogram tersebut menyebabkan para komunitas petani mengeluh.
b) Pengorganisasian
Masyarakat Untuk Agenda Riset
Dalam melakukan proses fasilitasi dan atau kegiatan bersama masyarakat, jadwal
kegiatan sehari-hari harus menjadi perhatian fasilitator, yaitu kapan adanya waktu
luang di kalangan kaum bapak dan kaum ibu, sehingga program yang dilaksanakan
tidak mengganggu aktifitas keseharian masyarakat.
Dalam pengorganisasian masyarakat, fokus yang diutamakan adalah
gagasan-gagasan yang muncul dari masyarat itu sendiri. Gagasan dalam agenda
riset meliputi problematika yang dihadapi masyarakat, potensi dan korelasi
antara kemanfaatan potensi sebagai solusi dari permasalahan.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, fasilitator bersama masyarakat
melakukan agenda Focus Group Discussion
(FGD) sebagai langkah utama dalam mengidentifikasi persoalan, mengidentifikasi
potensi-potensi, membangun kesadaran melalui riset bersama masyarakat, juga
membangun gerakan dalam menyelesaikan problematika yang dihadapi.

Gambar : FGD bersama Masyarakat Sungai Kunyit Hulu
FGD yang dilakukan
oleh fasilitator bersama
masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu sangat intensif mengingat pentingnya kesejahteraan komunitas
petani karet pasca harga juga jual keret yang di hasilkan para petani anjlok
dari Rp. 12.000 perklogram menjadi Rp. 4.000 perklogam. FGD pertama dilakukan di rumah Bapak Sadiram
bersama masyarakat. FGD ini dilakukan bersama masyarakat agar masyarakat mampu
menganalisaan masalah-masalah yang selama ini terjadi di Desa Sungai Kunyit
Hulu. Sedangkan FGD dilakukan melalui pemetaan Desa, akan tetapi yang menjadi
pokok bahasan dalam FGD ini adalah kesejahteraan petani karet pasca harga karet
anjlok. Setelah itu FGD selanjutnya melibatkan 8 orang yang merupakan para petani karet dari yang ada dalam
masyarakat. Yang kemudian FGD menjadi proses yang kerap kali dilakukan
terutama melibatkan petani karet dan pemuda.
c) Perencanaan
Tindakan Untuk Perubahan
Dari
Focus Group Discussion (FGD) yang
kerap kali dilakukan bersama masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu, Fasilitator
bersama masyarakat merencanakan tindakan-tindakan untuk perubahan. Perencanaan
tindakan-tindakan untuk perubahan ini merupakan upaya-upaya bersama masyarakat
dalam menghimpun gagasan-gagasan yang muncul dari masyarakat itu sendiri. perencanaan
tindakan-tindakan ini dilakukan melalui focus
grup discussion (FGD) yang direalisasikan pada senin malam, tanggal 22
desember 2014 yang bertempat di rumah bapak Muhajir tepatnya di Dusun Sekip II
Desa Sungai Kunyit Hulu. Dalam FGD ini melibatkan 11 orang yang mewakili para
petani dan tokoh masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu yang ada dalam yang ada
dalam masyarakat dan merancang proses perubahan melalui pembentukan-penbentukan
perkumpulan bermasis komunitas yang bertujuan meningkatkan tarap hidup masyarakat
Desa Sungai Kunyit Hulu yaitu:
§ Pemahaman tentang manajemen paguyuban komunitas yang berupa
beresan.
Bagi masyarakat Desa
Sungai Kunyit Hulu, istilah beresan ini ialah suatu paguyuban dimana setiap
warga masyarakat ditarif uang semampunya dan uang tersebut bisa diambil apabila
ada kebutuhan mendadak.
§ Peningkatan kapasitas peguyuban beresan
§ Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
§ Peningkatan ekonomi alternative dengan mengoktimalkan
pemanfaatan aset desa
d) Melancarkan Aksi
Strategis
Aksi
strategis dapat direalisasikan berdasarkan penyusunan program yang diagendakan
dalam perencanaan bersama komunitas. Aksi strategis bertujuan untuk
mensinergikan antara isu-isu strategis yaitu kekuatan komunitas dan kerja sama
yang dibangun baik dengan masyarakat itu sendiri maupun pihak lain yang
menyukong pelaksaan aksi dalam melakukan perubahan yang lebih baik.
Dalam
konteks masalah-masalah yang di hadapi komunitas petani karet di Desa Sungai
Kunyit Hulu pasca harga jual karet yang di hasilkan petani anjlok. Implementasi
program dalam aksi dilakukan dengan mengoktimalkan peran serta masyarakat
secara partisipatif dalam mengalisa dampak maupun solusi yang diinginkan dari
sebuah kebijakan yang dikelurkan oleh pemerintah. Dengan kata lain, ada dua
garis besar yang dilakukan dalam pencapaian aksi yakni menciptakan lembaga baru
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagaimana ide transformasi, juga
melakukan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan
alternative berbasis masyarakat.
e) Monitoring dan
Evaluasi
Program
pendampingan terhadap komunitas petani karet yang dilaksanakan di Desa Sungai
Kunyit Hulu untuk meningkatan sumber daya manusia yang agar dapat sesuai dengan
sasaran yang diharapkan maka perlu dilaksanakan monitoring dan evaluasi selama
pelaksanaan dan di akhir pelaksanaan program. Monitoring dan evaluasi dimaksudkan
untuk memantau proses pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi komunitas petani
karet dan sumber daya manusia bagi komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit
Hulu berdasarkan perencanaan
yang telah disusun. Membandingkan antara perencanaan dengan pelaksanaanya
secara operasional dan mengetahui efektivitas dan ketepatan hasil perencanaan
dan pelaksanaanya.
Evaluasi dimaksudkan yang dimaksud
adalah untuk mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai,kendala yang dihadapi
dan usaha pemecahannya. Dalam evaluasi dinilai pengaruh program terhadap
kesejahteraan warga komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu.Untuk
kegiatan monitoring dan evaluasi melibatkan semua pihak yang terkait. Kegiatan
monitoring dan evaluasi dapat diketahui manfaat program dan bagaimana
pelaksanaan yang terjadi dilapangan, apakah sesuai dengan target tujuan,
kelemahan, hambatan danp ermasalahan sehingga perlu perbaikan dan solusi pemecahan
masalah untuk keberhasilan program.
Jadwal monitoring dan evaluasi
disesuaikan dengan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan yang telah
disusun. Monitoring dilaksanakan sepanjang pelaksanaan kegiatan,
sehingga bila ada hambatan dan permasalahan
segera dapat dicarikan solusinya. Sedangkan evaluasi dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan, dan tergantung lamanya waktu kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh semua
pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan. Untuk warga komunitas
petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu monitoring dilaksanakan oleh fasilitator dan
komunitas petani karet sebagai bentuk partisipasiaktif dan pengawasan internal.
Di akhir program, evaluasi secara menyeluruh
dilaksanakan secara bersama-sama dalam suatu forum pertemuan dengan
mengikutsertakan semua stakeholder untuk memperoleh umpan balik dan saran
perbaikan dari semua pihak. Dengan demikian akan diperoleh kesadaran bahwa
keberhasilan yangdicapai merupakan keberhasilan semua pihak, sedangkan apabila
ada kekurangan merupakan tanggung jawab bersama untuk dapat diperbaiki pada kelanjutan
program pemberdayaan yang akan datang.
Began
Analisa Pohon Harapan Pendampingan
Terhadap Komunitas
Petani Karet Di Desa
Sungai Kunyit Hulu

2. Strategi Pendampingan
Terhadap Komunitas
Strategi
pendampingan terhadap komunitas ini merupakan ciri khas yang dimiliki
fasilitator. Maka fasilitator bersama komunitas mampu dan lebih kongkrit.
Sebagai fasilitator dalam memfasiliatasi proses pemecahan masalah yang terjadi
di komunitas
Tujuan
strategi pendampingan yang digunakan ialah:
a) Mengoptimalka
Komunitas-Komunitas Strategis Dalam Masyarakat
Dalam
konsep pemberdayaan need-based, penyadaran merupakan elemen penting
dalam memahami potensi-potensi yang
dimiliki masyarakat. Kehidupan komunitas petani karet Desa Sungai Kunyit
Hulu menurun pasca harga jual karet anjlok, hal tersebut menimbulkan masalah
dalam komunitas itu sendiri.
Dengan
timbulnya masalah tersebut fasilitator bersama komunitas Petani Karet Desa Sungai Kunyit Hulu
b) Terciptanya
Komunitas Petani Karet Secara Turun-Temurun
Problem
yang dihadapi komunitas petani karet pasca harga karet anjlok memang sangat
berdampak negatif, Hal ini membuat para petani karet manjadi malas menggarap
kebun karet yang dimiliki. Selain malas menggarap kebun karet yang dimiliki
juga ada sebagian dari mereka yang menebang kebun karet yang dimilikinya.
persoalan ini merupakan persoalan yang
rentan untuk keberlanjutan komunitas petani karet kedepannya. Maka dari itu Keberlajutan
komunitas petani karet merupakan tujuan dari pendampingan ini.
3. Membentuk
Komunitas Yang Berdaya
Dari
permasalahan yang sudah ada yang telh dipaparkan pada bab sebelunya, maka
peneliti sebagai fasilitator memulai pendektan terhadap komunitas petani karet
di desa sungai kunyit hulu dengan tujuan mendapatkan prtisipasi dari mereka.
Dalam hal ini peneliti tidak serta merta melakukan seorang diri melainkan
bekerja sama dengan merek. Peneliti mengawali proses pengorgnisasian komunitas
dari bapak muhammad yasin salah satu petani karet yang juga menjadi salah satu
tokoh masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu. Peneliti awalnya menjelaskan
keluhan-keluhan yang didengar dari komunitas petani karet di desa sungai kunyit
hulu dan tujuan peneliti untuk membantu komunitas dalam menyelesaikan
permasalahan mereka. Setelah peneliti menjelsakan, bapak muhammad yasin
tersenyum saja dan mengatakan coba kumpulkan dulu merek, ini ide bagus dari
peneliti. Dengan bantun dri tokoh masyarakat ini, peneliti berharap komunitas
dapat ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan.
Kemudian pada hari setelah masyarakat
dikumpulkan peneliti bersama bapak Muhammad Yasin menjelaskan maksud dan tujuan
kepada masyarakat yang hadir. Kemudian peneliti juga menympikan tujun linnya
yaitu pembentukan komunitas petani karet yang berdaya. Pemebentukn kelompok ini
memiliki tujuan untuk membngun hubungan sesama komunitas petani karet setempat.
Pembentukan kelompok ini merupkan cara yng dipilih peneliti sebagai awal dari
dalam komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu guna mendapatkan
partisipasi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Setelah peneliti menyampaikan maksud dan
tujuan kepada masyarakt yang telaah dikumpilkan peneliti juga menjelaskan
kegitan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam pembentukan kelompok ini.
Dalam forum tersebut, peneliti juga tidak lupa untuk menjelaskan tentang
pengenalan wilayah di desa sungai kunyit hulu Sampai masalah-masalah kepada
peserta. Peneliti berusaha secara gamblang dan rinci dengan menggunakan bahasa
lokal dan menghindarkan bahasa akademi yang tidak dimengerti oleh merek.
Penggunaan bahasa lokal yang digunakan peneliti dihrapkan dapat mempermudah
mereka dalam memahmi penjelasan yang disampaikaan oleh peneliti sehingga mereka
dapat berjalan dengn komunikatif.
langkah selanjutnya, peneliti mangajak
komunitas petani karet berdiskusi untuk membentuk sebuh kelompok petani karet
yang akan membantu peneliti selam pelaksanaan pendampingan di desa sungai
kunyit hulu. Kemudin beberapa peserta diskusi menanyakan mengenai mamfaat
pembentukan kelompok petani karet ini bagi masyarakat setempat. Peneliti
kemudian menanggapi pertaanyan dari peserta diskusi. Peneliti menjelaskan
secara singkat dengan bahasa yang sederhana bahwa kedepanya kelompok petani
karet ini berperan sebagai motivator, dan penggerak masyarakat agar sellu aktif
dalam setiap kegitan yang akan di selenggarakan bersama-sama denga masyarakat
atau secara singkatnya, kelompok petani karet ini sngat bermanfaat baik bagi
peneliti maupun bagi masyarakat. Karena melalui kelompok ini masyarakat dan
peneliti akan saling belaajar dan saling bekerja sama untuk sebuh tujuan yang
diingingkan.
Diakhir diskusi, peneliti menawarkan kepada
pesert untuk bergabung dalam sebuah kelompok petni karet. Diantara sekian
banyak peserta, tidak semaunya bergbung dengan kelompok ini. Namun peneliti
juga tidak akan memaksanakan agar semua
peserta yang hadir bergabung dengan kelompok tersebut.ketikan tawaran ini
dilontarkan oleh peneliti, hanya 11 orang yang mau bergbung dalam kelompok
petani karet yaitu bapak Muhammad yasin, bapak fikri, bapak sarwi, bapak
Mudeni, bapak Diram, bapak Mursidi, bapak Elwi, bapak Kamsur, Abd Qowi, Bapak
Musta’in dan bapak Syafi’i. setelah itu, dilanjutkan dengan ketua kelompok
petani karet yaitu bapak Muhammad Yasin sebagai ketua, bapak syafi’i sebagai seketaris
dan bapak Diram sebagai bendahara.
Pada tanggal 21 desembar 2014 peneliti
bersama kmunitas berdiskusi untuk membahas masalah yang dihdapi. Dalam diskusi
ada salah satu peserta menanyakan manfaat tentang pembentukan kelompok petani
karet ini, akan tetapi peneliti langsung menanggapi pertanyaan yang dilontarkan
oleh peserta diskusi dengan bahasa yang mudah dimengerti. Peserta lainnya juga ikut
aktif dalam diskusi itu dan juga ada yangmengatakan bahwa semenjak harga karet
turun dari Rp. 12.000 perklogram menjaadi harga 4.000 peklogramnya, masyaraakat
mengeluhkan karena tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup kelurga sehaari-hari.
4. Merancang aksi
Terbentuknya komunitas petani kaaret ini
merupakan bukti keseriusan mereka dalam menghadapi masalah-maasalaah yng
ditimbulkn pasca turunnya hrga karen dari Rp. 12.000 perklogram menjadi harga
Rp. 4.000 perklogramnya. Hal pertama yang dilakukn peneliti bersama masyarakat
adalah melakukan diskusi mengenai berbgai masalah yang menimpa mereka pasca
harga karet turun.
5. Menjalin kerja
sama dengan dengan stakeholder
Dalam
proses pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator bersama komunitas petani
karet tentu membutuhkan pihak-pihak terkait yang bergerak sebagai motor penggerak
dan memonitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan terhadap
komunitas, sehingga proses yang dibentuk dengan peran serta masyarakat dapat berjalan continyu atau terus
menerus dan semakin
berkembang. Selain berperan sebagai motor penggerak, pihak-pihak
stakeholder juga berperan dalam
membentuk jaringan-jaringan sosial yang
menyokong kemandirian komunitas.
Adapun
pihak-pihak yang dimaksud adalah pemerintah desa sebagai pemegang otoritas
terbesar di desa Sungai Kunyit Hulu, juga
memegang peranan penting dalam
menangani problematika pasca
turunnya harga karet dari Rp. 12.000 perklogram menjadi Rp. 4.000
perklogram yang timbul. Disamping itu, peranan
local leader juga menjadi tonggak keberhasilan pemberdayaan masyarakat. Local
leader dalam hal ini adalah Bapak Muhammad Yasin yang merupakan tokoh masyarakat dan
tokoh-tokoh pemuda yang yang termasuk petani karet di desa sungai kunyit hulu.
6. Membangun
Komunitas Melalu Melalui Gapoktan Darma Agung
Proses
pengorganisasian dilakukan melalui fucus
Grup Discussion (FGD) bersama komunitas petani karet dengan mengedepankan
terbentuknya komunitas yang berdaya. Hal ini dilakukan sebagai upaya fasilitaor untuk menanamkan pengetahuan dan penydaran
komunitas petani karet. Dalam pengorganisasian komunitas petani karet ini juga
membahas potensi-potensi yang ada.
Membangun komunitas melalui Gapotan Darma
Agung yang dimaksud ialah sebuah upaya
yang dilakukan Gabungan Kelompok Tani(GAPOKTAN) Dama Agung Desa Sungai Kunyit
Hulu dalam mengembangkan potensi anggota kelompoknya untuk bersama-sama maju
dalam proses mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan berproses yang dimaksud
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seluruh anggota dengan penuh
kesadara untuk memperkuat dan mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka
Sedangkan tujuan membangun komunitas melalui gapoktan
desa sungai kunyit hulu ini adalah untuk meningkatkan kemanpuan mereka dalam
menghadapi berbagai permasalahan dan kebutuha. Sehingga implentasinya menuntut
terus menerus.
BAB V
REFLEKSI
A.
Sebuah
Analisa Perubahan
Pendampingan
terhadap komunitas petani karet yang dilaksanakan di Desa Sungai Kunyit Hulu,
Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak selama dua Bulan Sembilan Hari
terlihat ada perubahan dan perkembangan pada petani petani karet. Perubahan dan
perkembangan ini terlihat dari pola pikir para petani karet yang dahulunya
mereka hanya terfokus pada kebun karet yang dimiliki. Namun setelah adanya
pendampingan, mereka sudah ada mampu mengoktimalkan aset-aset yang dimiliki dan
juga mampu merespon persoalan yang terjadi terhadap diri mereka.
Selain itu, yang dahulunya mereka menjual karet pada pada tengkulak-tengkula(toke-toke) terdekat setelah adanya
pendampingan mereka sudah ada yang menjual langsung karet yang telah dipruduksi ke
pabrik. Namun, para petani karet masih ada yang memilih tetap menjual pada tengkulak-tengkulak(toke-toke) terdekat. Seperti salah satu petani karet, ia
mangatakan kalau menjual karet ke pabrik langsung terlalu jauh. Namun
anjloknya harga karet yang terjadi sekerang, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang semakin hari semakin meningkat, bahkan beberapa dari
mereka sudah beralih pekerjaan lain. Hal ini dapat dilihat sebagai suatu perubahan,
walaupun perubahan yang terjadi bukan perubahan yang signifikan. Perubahan yang
terjadi pada sikap petani karet dikarenakan adanya dorongan dari luar dan juga
dari dalam diri mereka sendiri. Mereka termotifasi untuk melakukan perubahan
kearah yang lebih baik.
Perubahan ini terlihat jelas dari pola pikir para
petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu yang tidak menginginkan anak-anak
mereka juga nantinya menjadi petani seperti orang tuanya. Tidak seperti
pemikiran petani karet dahulu yang dengan tidak langsung pun sudah menurunkan
ilmu dan lahan yang mereka miliki agar ke depan anaknya bisa jadi petani juga
seperti mereka. Pemikiran petani sudah kearah pemikiran masa depan.
Selain dari pola pemikirannya. Perubahan juga terjadi
pada cara pengolahan karet mereka walaupun masih dengan menggunakan cara yang
tradisional tetapi sudah memiliki ilmu yang didapat dari saling belajar sesama
petani.
Desa
Sungai Kunyit Hulu merupakan sebuah desa sangat potensial kekayaan alamnya
untuk dikembangkan seperti karet, kunyit, jahe, lada, singkong, kelapa, ubi
kayu, pinang, mangga, nanas, padi, sawit dan sayur-sayuran. Karena di desa
Sungai Kunyit Hulu mempunyai tanah yang subur. Apabila kekayaan alam tersebut
diolah dengan baik oleh masyarakat sungai Kunyit Hulu maka tentu masyarakat
sungai kunyit akan sejahtera dan tarap hidup masyarakat akan terangkat. Namun
kekayaan alam yang mereka miliki tersebut hanya mereka jual hanya dengan harga
semurah mungkin dikarenakan mereka tidak bisa mengulah sendiri. hal inilah yang
membutuhkan pendampingan lanlutan yang lebih mendalam, sehingga mereka lebih berdaya
dan masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu sejahtera.
Masyarakat
yang tinggal di Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan masyarakat yang hidup
dipinggiran hutan yaitu hutan karet yang selama turun-temurun sebagai pekerjaan
mayoritas masyarakat yang paling utama untuk menghidupi kebutahan hidup
keluarganya sehari-hari. Sedangkan kehidupan masyarakat di Desa Sungai Kunyit
Hulu sangat dipengaruhi oleh harga karet yang selama ini menjadi mata pencarian
mayoritas masyarakat Sungai Kunyit Huru. Turunnya harga karet dari yang asalnya
Rp 12.000 perklogram menjadi Rb 4.000 perklogramnya yang terjadi dari akhir
tahun 2013 sampai saat ini, menimbulkan masalah dalam kehidupan mereka.
Komunitas
petani karet, yang semula pasrah terhadap hasil karet yang telah produksi dihargai
murah, setelah adanya pendampingan mulai sadar untuk mengetahui
lebih dalam tentang
karet itu sendiri. Sebenarnya
pengetahuan mengenai kualitas karet tersebut para petani lebih tahu. Namun
pengetahuan yang dimiliki oleh komunitas petani karet di Desa Sungat Kunyit
Hulu hanya sebatas omongan yang kadang komunitas itu sendiri kurang percaya
diri akan kebenaran pengetahuannya. Karena bagi mereka rendah atau mahalnya
harga karet bukan tergantung pada kualitas barangnya melainkan harga tergantung
pada pabrik. Maka dari itu, karet yang dikhasilkan oleh para petani di hargai
murah.
Pendamping
atau fasilitator disini memposisikan
diri sebagai menunjuk jalan bagi komunitas
petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, agar komunitas petani karet
lebih membuka pikiranya. upaya-upaya yang dilakukan fasilitator ialah mengajak
kominitas petani karet berdiskusi bersama. Sadangkan diskusi yang dilakukan
bersama masyarakat, fasilitator hanya sebagai pendamping diskusi, sedangkan
komunitas yang menjadi pesertanya. Hal tersebut dilakukan agar komunitas mampu
menggali potensi yang dimilikinya. dengan demikian masyarakat akan sadar dan
mempu memanfaatkan aset yang dimiliki secara mandiri.
Selama
melakukan pendampingan di Desa Sungai Kunyit Hulu, banyak sekali pengalaman
berupa tantangan yang menadi pelajan penting selama melakukan proses
mendampingi. Sebelum melakukan proses
pendampingan, terlebih dahulu harus membangun kepercayaan (trust)
dengan komunitas petani karet di
. Dalam membangun trust ini
pendamping harus mengikuti kegiatan sehari-hari pedagang sawo, memperkenalkan diri
dengan para pedagang
satu-persatu, kadang juga membantu pedagang menata dan menunggu
daganganya di lapak seharian
Desa
Sungai Kunyit Hulu merupakan sebuah desa sangat potensial kekayaan alamnya
untuk dikembangkan seperti karet, kunyit, jahe, lada, singkong, kelapa, ubi
kayu, pinang, mangga, nanas, padi, sawit dan sayur. Karena di desa sungai
kunyit hulu mempunyai tanah yang subur. Apabila kekayaan alam tersebut dioleh
dengan baik oleh masyarakat sungai kunyit hulu maka tentu masyarakat sungai
kunyit akan sejahtera dan tarap hidup masyarakat akan terangkat. Namun kekayaan
alam yang mereka miliki tersebut hanya mereka jual hanya dengan harga semurah
mungkin dikarenakan mereka tidak bisa mengulah sendiri. hal inilah yang
membutuhkan pendampingan lanlutan yang lebih mendalam, sehingga mereka lebih
berdaya dan masyarakat desa sungai kunyit hulu sejahtera.
Masyarakat
yang tinggal Di Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan masyarat yang hidup dipinggiran
hutan yaitu hutan karet sebagi pekerjaan mayoritas masyarakat yang paling utama
untuk menghidupi kebutahan sehari-hari. Sedangkan kehidupan masyarakat di desa
sungai kunyit hulu sangat dipengaruhi oleh harga karet yang selama ini menjadi
mata pencarian mayoritas masyarakat. Turunnya harga karet yang terjadi dari
akhir 2013 sampai saat ini, dari yang asalnya Rp 12.000 peklogram menjadi harga
Rb 4.000 perklogramnya.
B. Konsep
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Islam
pemberdayaan
tidak dapat dilepaskan dari persoalan kemiskinan sebagai objek dari
pemebrdayaan itu sendiri. Pemberdayaan mempunyai filosifi dasar sebagai suatu
cara mengubah masyarakat dari yang tidak mampu menajdi berdaya, baik secara
ekonomi, sosial, maupun budaya. Sedangkan kemiskinan dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang.
Namun
sikap-sikap di atas mempunyai pengaruh besar terhadap rendahnya kemampuan
masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam dirinya sendiri. Dengan
melihat kenyataan di atas dapat ditarik sebuah benang merah penilaian adanya
kebijakan yang salah dalam pembangunan ekonomi pada tingkat makro sehingga
pemerataan pembangunan dari konsepsi keadilan sosial tidak mengenai sasaran.
Kemudian
penyimpangan dari pola tingkah laku dan nilai dasar norma yang berlaku dalam
hal ini nilai-nilai dasar Islam. Persoalannya menjadi jelas, tinggal yang kita
perlukan adalah analisis bagaimana Islam memberikan solusi terhadap
permasalahan tersebut.
Ada
dua hal mendasar yang diperlukan dalam mewujudkan pemberdayaan menuju keadilan
sosial tersebut. Pertama adalah pemahaman kembali konsep Islam yang mengarah
pada perkembangan sosial kemasyarakatan, konsep agama yang dipahami umat Islam
saat ini sangat individual, statis, tidak menampilkan jiwa dan ruh Islam itu
sendiri. Kedua, pemberdayaan adalah sebuah konsep transformasi sosial budaya.
Oleh karenanya, yang kita butuhkan adalah strategi sosial budaya dalam rangka
mewujudkan nilai-nilai masyarakat yang sesuai dengan konsep Islam.
Kemiskinan
dalam pandangan Islam bukanlah sebuah azab maupun kutukan dari Tuhan. Namun
disebabkan pemahaman manusia yang salah terhadap distribusi pendapatan (rezeki)
yang diberikan. Al-Qur’an telah menyinggung dalam surah Az-Zukhruf ayat 32.
óOèdr& tbqßJÅ¡ø)tƒ
|MuH÷qu‘ y7În/u‘
4 ß`øtwU $oYôJ|¡s%
NæhuZ÷t/ öNåktJt±ŠÏè¨B
’Îû Ío4quŠysø9$#
$u‹÷R‘‰9$# 4
$uZ÷èsùu‘ur öNåk|Õ÷èt/
s-öqsù <Ù÷èt/
;M»y_u‘yŠ x‹Ï‚Gu‹Ïj9
NåkÝÕ÷èt/ $VÒ÷èt/
$wƒÌ÷‚ß™ 3
àMuH÷qu‘ur y7În/u‘
׎öyz $£JÏiB
tbqãèyJøgs† ÇÌËÈ
Artinya :
Apakah
mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.
Perbedaan
taraf hidup manusia adalah sebuah rahmat sekaligus pengingat bagi kelompok
manusia yang lebih berdaya untuk saling membantu dengan kelompok yang kurang
mampu. Pemahaman seperti inilah yang harus ditanamkan di kalangan umat Islam,
sikap simpati dan empati terhadap sesama harus di pupuk sejak awal. Ini sejalan
dengan firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat 7.
!$¨B uä!$sùr&
ª!$# 4’n?tã
¾Ï&Î!qß™u‘ ô`ÏB
È@÷dr& 3“tà)ø9$#
¬Tsù ÉAqß™§=Ï9ur
“Ï%Î!ur 4’n1öà)ø9$#
4’yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur
Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$#
ö’s1 Ÿw
tbqä3tƒ P's!rߊ
tû÷üt/ Ïä!$uŠÏYøîF{$#
öNä3ZÏB 4
!$tBur ãNä39s?#uä
ãAqß™§9$# çnrä‹ã‚sù
$tBur öNä39pktX
çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù
4 (#qà)¨?$#ur ©!$#
( ¨bÎ) ©!$#
߉ƒÏ‰x© É>$s)Ïèø9$#
ÇÐÈ
Artinya :
apa
saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk
rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya
saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.
Kedua
ayat di atas menunjukkan bahwa kemiskinan lebih banyak diakibatkan sikap dan
perilaku umat yang salah dalam memahami ayat-ayat Allah SWT, khususnya
pemahaman terhadap kepemilikan harta kekayaan. Dengan demikian, apa yang
kemudian disebut dalam teori sosiologi sebagai kemiskinan absolutâ sebenarnya
tidak perlu terjadi apabila umat Islam memahami secara benar dan menyeluruh
(kaffah) ayat-ayat Tuhan tadi.
Kemiskinan
dalam Islam lebih banyak dilihat dari kacamata non-ekonomi seperti kemalasan,
lemahnya daya juang, dan minimnya semangat kemandirian. Karena itu, dalam
konsepi pemberdayaan, titik berat pemberdayaan bukan saja pada sektor ekonomi
(peningkatan pendapatan, investasi, dan sebagainya), juga pada faktor
nonekonomi. Rasulullah SAW telah memberikan suatu cara dalam menangani persoalan
kemiskinan. Konsepsi pemberdayaan yang dicontohkan Rasulullah SAW mengandung
pokok-pokok pikiran sangat maju, yang dititikberatkan pada menghapuskan
penyebab kemiskinan bukan padapenghapusan kemiskinan
semata seperti halnya dengan memberikan bantuan-bantuan yang sifatnya sementara
(temporer). Demikian pula, di dalam mengatasi problematika tersebut, Rasulullah
tidak hanya memberikan nasihat dan anjuran, tetapi beliau juga memebri tuntutan
berusaha agar rakyat biasa mampu mengatasi permasalahannya sendiri dengan apa
yang dimilikinya, sesuai dengan keahliannya.
Rasulullah
SAW memberi tuntutan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dan menanamkan
etika bahwa bekerja adalah sebuah nilai yang terpuji. Karena konsepsi
pemberdayaan dalam Islam adalah bersifat menyeluruh (holistik) menyangkut
berbagai aspek dan sendi-sendi dasar kehidupan. Rancangan model pemberdayaan
yang harus dibangun pun harus mengacu pada hal-hal tersebut.
C. Implementasi
Dakwah Bil Hal
Melalui
dakwah bil-hal ini masyarakat akan
terdorong untuk lebih arif dan bijaksana dalam menggali potensi-potensi yang
mereka miliki. Disamping itu, melalui dakwal bil-hal terhadap masyarakat dapat
dilakukan secara terus menerus sehingga dakwah bil-hal atau dakwah pemberdayaan
masyarakat ini bisa berkesinambungan secara turun temurun. Dengan harapan,
masyarakat mampu hidup lebih baik dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui potensi sumber daya yang mereka miliki.
Selain
itu, sering dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari
dakwah bil Hal. Tokoh Amrullah Ahmad (1999), Nanih Machendrawati, dan Agus
Ahmad mendefinisikan bahwa Pengembangan Masyarakat Islam adalah suatu
sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah
dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkung-an dalam perspektif Islam. [13]Menstransformasikan
dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah)
kelompok sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah). Model empiris uypengembangan
perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik),
dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Di
samping itu, dakwah bil-hal terhadap masyarakat yang dilakukan oleh da’i atau
fasilitator dapat mencapai sasaran dengan hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan. Manusia dan lingkungan adalah dua unsur yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Karena sebuah komunitas
menggantungkan hidupnya dari lingkungan, termasuk para petani karet. Namun
sebaliknya jika lingkungan tidak dirawat oleh manusia maka lingkungan akan
rusak.
Seperti
firman Allah S.W.T di dalam Al-Qur’an surah Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
tygsß
ߊ$|¡xÿø9$# ’Îû ÎhŽy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur
$yJÎ/ ôMt6|¡x.
“ω÷ƒr& Ĩ$¨Z9$#
Nßgs)ƒÉ‹ã‹Ï9
uÙ÷èt/
“Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9
tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ
Artinya:
Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Dakwah dalam bentuk pengembangan
masyarakat yaitu proses dari serangkaian kegiatan yang mengarah pada
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta kebahagiaan
masyarakat serta upaya meningkatkan kesadaran dari prilaku tidak baik
untuk berprilaku yang lebih baik.
Idealnya
pengembangan dakwah yang efektif harus mengacu pada masyarakat untuk
meningkatkan kwalitas keislamannya, sekaligus juga kwalitas hidupnya. Dakwah
tidak saja memasyarakatkan hal-hal yang religius Islami, namun juga menumbuhkan
etos kerja. Inilah yang sebenarnya diharapkan oleh dakwah bil hal yang sering
disebutkan oleh para mubaligh. Dakwah bil hal bukan berarti tanpa maqal
melainkan lebih ditekankan pada sikap prilaku dan kegiatan-kegiatan nyata yang
secara interaktif mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi peningkatan keberagamaan.
BAB VI
PENUTUP
A. kesimpulan
Berdasarkan
hasil pendampingan terhadap komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu,
kecamata sungai kunyit, kabupaten Pontianak dalam penulisan skripsi ini,
mencoba memaparkan kesimpulan sebagai hasil dari pendmpingan yang dilksanakan
selama dua bula sebilan hari tentang permsalahan yang timbul dalam komunitas
petani karet pasca harga karet anjlok. Permasalahannya adalah menurunya
kualitas kehidupan keluarga komunitas petani karet. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kuliatas hidup petani karet di desa Sungai Kunyit Hulu, komunitas
petani karet menulainya dengan dengan cara beresan. Apabila kedepannya beresa
ini berhasil dan terus mengalami kemajuan, maka kehidupan kelurgan komunitas
petni karet menjadi sejahtera. Karena beresan ini dibentuk untuk memudahkan
antonggatanya pada saat memerlukan yang mendadak.
sedangkan
proses pendampingan sampa aksi yang dilakukan bersama komunitas petani karet,
yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya ialah.
1. Proses pendampingan terhadap komunitas petani karet di desa
sungai kunyit hulu ini dilakukan dengan cara bertahap, mulai dari tahap awal
inkulturasi sampai aksi yang dilakukan fasilitator bersama komunitas.
2. Hasil yang diperoleh dari pendampingan terhadap petani karet di
desa sungai kunyit hulu cukup baik walaupun masih belom memuaskan. Karena
perubahan yang tampak dari pendampingan hanya sebatas pola pikir para petani
karet.
3. Respon komunitas petani karet terhadap pendampingan yang
dilakukan oleh fasilitator sangat positif, hal ini dapat dilihat dari kektipan
dan partisipasi komunitas petani karet desa sungai kunyi hulu dengan cara
mengikuti program pelaksanaan pendampingan dan kerja sama yang baik antar
fasilitator dengan komunitas petani karet desa sungai kunyit hulu.
4. Realisasi kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan bersama
komunita petani karet desa sungai kunyit hulu yang selama pelaksaan pendmpingan
menjadi program-program demi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran komunitas
petani karet desa sungai sungai kunyit hulu. Agar tdak terjadi kesenjangan yang
terlalu menunjol.
B. Sara dan Rekomendasi
Pendampingan
yang dilakukan di Desa Sungai Kunyit Hulu dalam pelaksanaannya masih ada
beberapa kelemahan meliputi sosialisasi kegiatan yang dilakukanhanya pada
komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, belum ada diantara komunitas
petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu yang dilatih sebagai
kader pendamping.
Pendampingan terhadap komunitas petani karet di
Desa Sungai Kunyit Hulu yang dilaksanakan belum memuat keberlanjutan program(sutainable
development), sehingga dapat
diprediksi pendampingan terhadap komunitas
petani karet di Desa Sungai
Kunyit Hulu belum maksimal. Untuk itu
perlu adanya pendampingan selanjutnya pada pelaksanaan kegiatan dan merencanakan
kelanjutan kegiatan sehingga tujuan program dapat tercapai. Merancang
keberlanjutan program untuk mengatasi kekurangan program
sebelumnya. Melatih kader pendamping untuk penguatan kapasitas komunitas petani
karet di Desa Sungai Kunyit Hulu agar mereka merasa memiliki dan bertanggung
jawab terhadap pengetahuan yang telah diberikan. Substansi pengetahuan yang dikembangkan harus merupakan
kebutuhan yang nyata dan sebagai upaya mendahulukan kepentingan masyarakat.
Dalam operasionalnya harus menempatkan komunitas sebagai pelaku sekaligus
faktor dominan yang yang perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
program penanggulangan kemiskinan.
DAFTAR
PUSTAKA
Wawancara dengan Qadri(39
Thn), 17, Oktober, 2014
http://www.pontianakpost.com/pro-kalbar/singkawang/18579-petani-karet
mengeluh.html
Afandi, Agus, dkk. Modul
Participatory Action Research (PAR). (Surabaya: LPM IAIN Sunan Ampel, 2013)
http://id.shvoong.com/humanities/1947728-participatory-rural-appraisal-pra
Agustin, Risa,
1999, Kamus Ilmniyah Populer,
Serba Jaya Surabaya, Surabaya
Data BPS Desa Sungai
Kunyit Hulu tahun 2014
Wawancara Dengan
Sayyadi(75) Warga Desa Sungai Kunyit Hulu, Taggal 13 November 2014.
Wawancara dengan H.
Anwar(37) salah satu takoh masyarakat desa sungai kunyit hulu pada tanggal 29
oktober 2014
Wawancara denga kamsur,
salah seorang petani karet tanggal 28 oktober 2014
Hasil FGD dengan
komunitas petani karet yang dihadiri Kamsur, Elwi, Fikri, Abd Manaf dan Sarwi,
tanggal 2 november 2014.
[1]
Wawancara dengan Qadri(39
Thn), 17, Oktober, 2014
[2]
http://www.pontianakpost.com/pro-kalbar/singkawang/18579-petani-karet-mengeluh.html (diakses, 17,
oktober, 2014)
[3]
Afandi, Agus, dkk. Modul Participatory
Action Research (PAR). (Surabaya: LPM IAIN Sunan Ampel, 2013). Hal., 66-86
[4]
http://id.shvoong.com/humanities/1947728-participatory-rural-appraisal-pra/ (Akses : 8 oktober 2014
[5]
Agustin, Risa, 1999, Kamus Ilmniyah Populer, Serba Jaya
Surabaya, Surabaya.
[6]
Data BPS Desa Sungai Kunyit Hulu tahun 2014
[7]
Data BPS Desa tahun 2014
[8]
Wawancara Dengan Sayyadi(75) Warga Desa Sungai Kunyit Hulu, Taggal 13 November
2014.
[9]
Wawancara dengan H. Anwar(37) salah satu takoh masyarakat desa sungai kunyit
hulu pada tanggal 29 oktober 2014.
[10]
Data BPS Desa Tahun 2014
[11]
Wawancara denga kamsur, salah seorang petani karet tanggal 28 oktober 2014
[12]
Hasil FGD dengan komunitas petani karet yang dihadiri Kamsur, Elwi, Fikri, Abd
Manaf dan Sarwi, tanggal 2 november
2014.
[13]
http://maftuha-maf.blogspot.com/2012/04/dakwah-pengembangan-masyarakat-islam.html
(diakses taggal 7 januar 2015).
0 Comments:
Post a Comment