Thursday 20 September 2018

PEDAMPINGAN UNTUK PENGHIDUPAN KEBERLANJUTAN PETANI KARET DI DESA SUNGAI KUNYIT HULU, KECAMATAN SUNGAI KUNYIT, KABUPATEN PONTIANAK




PEDAMPINGAN UNTUK PENGHIDUPAN KEBERLANJUTAN PETANI KARET DI DESA SUNGAI KUNYIT HULU, KECAMATAN SUNGAI KUNYIT, KABUPATEN PONTIANAK










DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………    1
A.    Kontek Problematik    …………………………………….   1         
B.     Fokus Masalah Pendampingan          ……………………    4
C.    Tujuan Pendampingan            ……………………………    6
D.    Strategi Pendampingan           ……………………………    7
E.     Metode Penelitian Untuk Pendampingan      ……………    8
F.     Analisis Stakeholder    …………………………………...     16
G.    Aktivities Planing         …………………………………...     18
H.    Sistematika Penulisa    ……………………………………    20
BAB II : MENELUSURI DESA SUNGAI KUNYIT HULU     ……    22
A.    Poret Desa Sungai Kunyit Hulu         ……………………    22
B.     Desa Sungai Kunyit Hulu Sebagai Desa Perkebunan…..    32
C.    Kebun Karet Sebagai Sumber Kehidupan Masyarakat..    35
D.    Rutunitas Komunitas Petani Karet    ……………………    38
BAB III : MENGURAI DERITA MEMBANGUN HARAPAN …….  39
A.    Petani Karet Dirugikan           ……………………………    39
B.     Ekonomi Petani Karet Pasca Harga Karet Turun   ……    46
C.    Kerja Sampingan Sebagai Jalan Keluar Petani Karet …    47
D.    Kebutuhan Hidup Petani Yang Terus Meningkat ……..    49

BAB IV : DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN     ………….       51
A.    Menganalisis Masalah Melalui Participatory Rural Appraisal(PRA)         …………………………………………           51
1.      Langkah-Langkah Proses Pemecahan Masalah       ….       53
2.      Strategi Pendampingan Terhadap Komunitas         ….       63
3.      Membentuk Komunitas Yang Berdaya       ………….       64
4.      Merancang aksi        …………………………………        67
5.      Menjalin kerja sama dengan dengan stakeholder    ….       67
6.      Membangun Komunitas Melalu Melalui Gapoktan
      Darma Agung          …………………………………        68
BAB V : REFLEKSI            …………………………………………        69
A.    Sebuah Analisa Perubahan     …………………………        69
B.     Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Islam   ….       74       
C.    Implementasi Dakwah Bil Hal            …………………        78       
BAB VI : PENUTUP           …………………………………………        82
A.    Kesimpulan       …………………………………………        82
B.     Saran dan Rekomendasi         …………………………        83
DAFTAR PUSTAKA          …………………………………………        85
 






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Kontek Problematik

Saat ini kehidupan petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu masih menjerit dikarenakan harga karet menurun yang semula Rp 12.000 perkilogram menjadi Rp 4.000 perkilogram. Menurunnya harga karet membuat beberapa petani karet mencari penghasilan tambahan, bahkan ada beberapa petani karet lebih memilih mencari kerja di luar. Karena karet yang sejak dahulu merupakan mata pencarian tumpuan masyarakat, dengan kondisi seperti ini pendapatan petani karet menurun.
Banyak petani karet mengeluhkan karena harga karet menurun. Perkilogram karet hanya dihargai Rp 4 ribu. Persoalan menurunnya harga karet ini tidak sebanding dengan keperluan petani karet dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Sedangkan para penureh karet di Desa Sungai Kunyit Hulu ada yang perhari petani hanya bisa mengahasilkan karet lima sampai enam kilogram. Ini tidak cukup untuk kebutuhan hidup. Beras saja belasan ribu per kilogram, Belum untuk lauk-pauknya.

 Di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak. Saat ini petani karet ada yang berhenti menureh kebun karetnya bahkan ada yang menebang pohon karet yang dimiliki dan menggantikannya dengan tanaman merica, ditebangnya pohon-pohon karet tersebut karena para petani karet mengalami kerugian. Maka dari itu, penebangan karet ini terjadi secara berlahan-lahan.
Kebun yang pohon karetnya sudah ditebangi biasanya digantikan oleh tanaman merica. Para penureh karet tersebut bernggapan bahwa tanaman merica merawatnya. Ada penureh karet yaitu Qadri(39 th) menuturkan mungkin dengan beralih tanaman. Penghasilanku bisa meningkat. Jika dibandingkan hasil karet setahun terakhir ini yang harganya menurun. Di pasaran kami tidak tahu mengapa harga karet menurun. Padahal tahun 2013 harga karet bagus mencapai Rp12.000 perkolilogram.[1] Tapi sekarang harga karet jauh dari yang diharapkan petani hanya dihargai Rp 4 ribu perkilogram. Rata-rata para penureh karet berpindah mencari pekerjaan yang lebih baik. Seperti bekerja sebagai kuli bangunan dan menjadi buruh tani. Meskipun penghasilannya tersebut juga tidak memadai buruh tani murah hanya dibayar tiga puluh ribu rupiah perhari.
Para penureh karet mengharapkan pemerintah daerah dan provinsi Kalimantan Barat memperhatikan petani karet. Yakni harga karet murah ini dapat dicarikan solusinya Sehingga beban yang dialami petani karet di sini dapat diselesaikan. “Kami minta kepada pemerintah daerah supaya menaikan harga karet seperti biasanya. Supaya kehidupan petani karet yang ada di daerah pedalaman ini bisa terangkat. Minimal petani karet bisa memenuhi kebutuhan keluarga, anak dan istri,” pintanya.[2]
Hasil perkebunan karet karet di desa sungai kunyit hulu yang dihasikan petani menurun dikarenakan harga jual karet menurun. Dengan demikian masalah mendasar yang dihadapi para petani karet merugi dan berdampak pada keberlanjutan usahanya. Jika hal ini dibiarkan, dampak besar yang akan ditimbulkan dapat menambah angka kemiskinan di Kabupaten Pontianak dan hilangnya gairah petani karet untuk menggarap karet miliknya. 

















B.     Fokus Masalah Pendampingan
Insiden yang dialami para penureh karet saat ini di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak terdapat pada pohon masalah di bawah ini :

Began 1
Pohon Masalah






Dari pohon masalah di Atas Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak yang penduduknya bermata pencarian sebagai penureh karet untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini harga karet menurun dari semula dihargai Rp 12 ribu menjadi Rp 4 ribu. Menurunnya harga karet ini mengakibatkan para penureh karet mangalami kerugian. Kerugian inilah berdampak pada pendidikan di Desa Sungai Kunyit Hulu terbatas, pemenuhan kesehatan menuru dan para penureh karet tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurunnya dikarenakan pabrik-pabrik  menetapkan harga karet secara sepihak. Karena selama ini belom adanya advokasi terhadap para penureh karet, maka dari itu para penureh karet tidak memiliki kuasa untuk melakukan perlawanan terhadap pabrik-pabrik.
Menurunnya harga karet juga disebabkan kualitas karet yang dijual oleh para penureh rendah, karena selama ini di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak belom ada pelatihan bagaimana cara mengolah karet agar karet yang dijual oleh para penureh memiliki kualitas bagus. Maka dari itu, karet-karet yang selama ini dijual oleh para penureh dihargai rendah pula.
Rendahnya harga karet mengakibatkan para penureh serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. Karena belom ada sumber ekonomi altenatif untuk para penureh karet. Jadi para penureh karet hanya menggantukan pendapatan pada karet saja.
C.    Tujuan Pendampingan
Tujuan pendampingan yang bertempat di Desa Sungai Kunyit Hulu ini terdapat pada pohon harapan dibawah ini :
Began 2
Pohon Harapan


 



















D.    Strategi Pendampingan
Strategi pendampingan ini dilakukan melalui:
1.      Inkulturasi
inkulturasi ini merupakan proses dimana peneliti melakukan perkenalan dengan masyarakat dalam hal ini ialah masyarakat di desa sungai kunyit hulu.  Inkulturasi ini dilakukan dengan tujuan membangun kepercayaan masyarat supaya kegiatan-kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari masyarakat.
2.      Membangun Kesepatakan Dengan Komunitas
Membangun kesepakatan ini, sangat urgen dilakukan. Sedangkan membangun kesepatakan deangan masyarakat ini dilakukan dengan tujuan agar dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan lapangan masyarakat tidak merasa terganggu.
3.      Menganalisis  problem
Setelah inkulturasi dan membangun kesepatan dengan masyarakat, disinilah peneliti bersama masyarakat melakukan upaya mencari penyebab permasalahan yang terjadi di desa sungai kunyit hulu.
4.      Menyusun Rencana Pemecahan Masalah Melalui FGD
Dalam hal ini peneliti bersama masyarakat mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang terjadi, menentukan langkah-langkahnya dan stakeholder yang akan diikutsertakan dalam memecahkan permasalahan-permasalahanya.
5.      Menentukan local leader
Menentukan local leader dilakukan bersama masyarakat. Sedangkan menentukan local leader ini bertujuan agar komunitas memiliki perkumpulan, sedangkan perkumpulan inilah komunitas akan memiliki kekuatan
6.      Melaksanakan Aksi Pemecahan Problem Yang Terjadi
Melaksanakan aksi ini dilakukan peneliti bersama masyarakat dengan kegiatan-kegiatan atau program-program yang telah direncanakan dan disepakati bersama.
7.      Melakukan Evaluasi Dan Refleksi
Setelah melakukan aksi peneliti bersama masyarakat melakukan evaluasi tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dan merefleksikan perubahan yang terjadi setelah aksi dilaksanakan.
E.     Metode Penelitian Untuk Pendampingan
Pada proses pendampingan yang akan dilakukan di Sudimoro ini metodologi yang digunakan adalah teknik PAR (Participatory Action Riset). Dimana dalam teknik PAR ini merupakan aksi penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan dalam mengkaji setiap tindakan yang sedang berlangsung. Dimana dalam hal ini tindakan yang dikaji adalah setiap pengalaman masyarakat sebagai persoalan dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Topik, media, dan konten pembelajaran berasal dari segala hal yang berasal dari kehidupan masyarakat sendiri. Sedangkan untuk proses pembelajaran dengan melakukan tindakan-tindakan yang berkala melalui seringnya uji coba dan diskusi bersama hingga menemukan inovasi baru yang lebih baik. Fasilitasi yang dilakukan berupa tindakan nyata dan langsung praktek sesuai dengan topik yang dikaji. Proses pembelajaran yang dilakukan tidak memisahkan bagaimana melakukan, mempelajari, memahami hingga menemukan hasilnya dan dilakukan bersama-sama. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan berasal dari upaya menstrukturkan pengalaman yang telah dialami, bukan hanya belajar dari buku.
Dalam cara kerja PAR segala tindakan pembelajaran bersama komunitas, dengan mengagendakan program riset melalui teknik Participatory Rural Aprasial (PRA) untuk mememahami persoalan masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial.
Penerapan PRA merupakan salah satu strategi memberdayakan masyarakat perdesaan. Dalam PRA masyarakat berlaku sebagai subjek dan bukan objek, dan peneliti serta praktisi menempatkan diri sebagai ”insider”, bukan ”outsider”. Masyarakat yang membuat peta, model, diagram, mengurutkan, memberi nilai, mengkaji, memberikan contoh, mengidentifikasi dan menyeleksi prioritas masalah, menyajikan hasil, mengkaji ulang dan merencanakan kegiatan aksi.
Penjadwalan kegiatan PRA dilakukan bersama-sama masyarakat, bersamaan dengan kegiatan sosialisasi. Sesuai dengan sasaran kegiatan implementasi model, yaitu diperolehnya kesepakatan rencana aksi dengan stakeholders, kegiatan PRA ini juga dibarengi dengan kegiatan pelatihan perencanaan pembangunan desa dengan pola belajar sambil melakukan.
Sambil belajar dam melakukan serta membangun kelompok-kelompok komunitas sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada. Teknik-teknik PRA yang dilakukan adalah[3]:
1.      Mapping (pemetaan)
Mapping merupakan teknik dalam PRA untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi wilayah secara umum Desa Sungai Kunyit Hulu Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak.
2.      Transect
Transect merupakan teknik untuk menfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumberdaya-sumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak di tempat-tempat yang dianggap cukup memiliki informasi yang dibutuhkan mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati.
3.      Timeline
Timeline adalah teknik penelusuran alur sejarah suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting yang pernah dialami pada alur waktu tertentu. Dalam hal ini akan menguraikan latar belakang penureh karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak. Alasan melakukan timeline adalah:
a.       Teknik ini dapat menggali perubahan-perubahan yang terjadi, masalah-masalah dan cara menyelesaikannya, dalam masyarakat secara kronologis.
b.      Teknik ini dapat memberikan informasi awal yang bisa digunakan untuk memperdalam teknik-teknik lain.
c.       Sebagai langkah awal untuk teknik trend and change.
d.      Dapat menimbulkan kebanggaan masyarakat di masa lalu.
e.       Dengan teknik ini masyarakat merasa lebih dihargai sehingga hubungan menjadi lebih akrab.
f.       Dapat untuk menganalisa hubungan sebab akibat antara berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan masyarakat, seperti; perkembangan desa, peran wanita, kondisi lingkungan, perekonomian, kesehatan atau perkembangan penduduk.

4.      Trend and Change (Bagan Perubahan dan Kecenderungan)
Bagan perubahan dan kecenderungan merupakan teknik PRA yang menfasilitasi masyarakat dalam mengenali perubahan dan kecenderungan berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Hasilnya adalah bagan atau matriks perubahan dan kecenderungan yang umum di Desa Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak yang berkenaan dengan masalah menurunnya harga karet oleh penureh karet Sungai Kunyit Hulu.
5.      Season calendar (kalender musim).
Suatu teknik PRA yang dipergunakan untuk mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang di tuangkan dalam bentuk diagram. Hasilnya, yang digambar dalam suatu kalender dengan bentuk matriks, merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan rencana program. Kegiatan tahunan yang dialami para penureh karet Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak yang digambarkan dalam siklus kalender musiman.
6.      Daily Routin (Kalender harian)
Kalender harian ini didasarkan pada perubahan analisis dan monitoring dalam pola harian masyarakat. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam rangka memahami kunci persoalan dalam tugas harian, juga sebagai alat untuk kegiatan penureh karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak dalam kehidupan sehari–harinya.
7.      Diagram venn
Diagram venn merupakan teknik untuk melihat hubungan masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak dengan lembaga yang terdapat di Desa Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak. Dalam pembuatan diagram venn ini bertujuan untuk memfasilitasi diskusi-diskusi masyarakat untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang ada di desa, serta menganalisa dan mengkaji perannya, kepentingannya untuk masyarakat, dan manfaat untuk masyarakat.
8.      Diagram alur
Merupakan teknik untuk menggambarkan arus dan hubungan di antara semua pihak dan komoditas yang terlibat dalam suatu masyarakat, dan dapat digunakan untuk menganalisa alur penyebaran keyakinan dan tata nilai keagamaan dalam masyarakat.
9.      Wawancara Semi Terstruktur
Wawancara semi tersetruktur ini merupakan alat penggalian informasi berupa tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok tertentu. Wawancara ini bersifat semi terbuka, artinya alur pembicaraan lebih santai.
10.  Analisis Pohon Masalah dan Harapan
Teknik analisa pohon masalah merupakan teknik yang dipergunakan untuk menganalisa permasalahan yang menjadi problem yang telah diidentifikasi dengan teknik-teknik sebelumnya. Teknik analisa pohon masalah ini dipergunakan untuk menganalisa bersama-sama masyarakat tentang akar masalah, dari masalah-masalah yang ada. Dengan teknik ini juga dapat digunakan untuk menelusuri penyebab terjadinya masalah-masalah tersebut, sekaligus bagaimana disusun pohon harapan setelah analisa pohon masalah telah disusun secara baik.
Untuk mendapatkan kinerja yang baik dai dalam evaluasi pembangunan dengan menggunakan metode participatory rural appraisal(PRA) para perktisi dan fasilitator perlu mengikuti prinsip-prinsip dasar. Ada beberapa prinsip yang ditekankan dalam Participatory rural appraisal(PRA), antara lain:
1.      Saling belajar dari kesalahan dan berbagi penglaman dengan masyarakat
2.      Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal
3.      Orang luar  sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
4.      Konsep triangulasi
5.      Oktimalisasi hasil
6.      Berorientasi prakstis
7.      Berkelanjutan program
8.      Mengutamakan yang terabaikan
9.      Pemberdayaan (penguatan) masyarakat
10.  Santai dan oktimal
11.  keterbukaan
karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat, penerapannyaperlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut[4]:
a.       pengenalan masalah dan potensi, dengan maksud untuk menggali informan tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum
b.      perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat
c.       identifikasi alternative pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui musawarah masyarakat
d.      pemelihan alternative pemecahan masalah yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya
e.       perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara kongkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau
f.       penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk menyempurnakan ditingkat yang lebih besar
g.      pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat
h.      pemantauan dan pengalarahan kegiatan untuk melihat kesesuaian dengan rencana yang telah disusun
i.        evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya masalah lanjutan, dll.

F.     Analisis Stakeholder
Analisi stakeholders merupakan penyelidikan yang mendalam terhadap sesuatu peristiwa yang menyangkut pihak pihak terkait dalam suatu penelitian. Dapat juga diartikan penguraian suatu pokok atas berbagai bagian dan penelaah bagian tentang pihak terkait yang berhubungan antara satu sama lain agar memperoleh suatu kesepakatan kepemahaman dan ketepatan dalam suatu keseluruhan.[5] Secara khususnya dapat diartikan bahwasanya mengandung makna untuk menganalisis siapa saja yang terlibat dalam komunitas atau lembaga untuk menunjang penelitian atau dampingan. Secara spesifik lagi yaitu yang memegang peranan penting atau terlibat dalam komunitaas dan mempunyai posisi dominan, netral, maupun yang memiliki posisi yang lemah atau subordinat. Antara lain :
1.      Kepala Pemerintahan
Pihak terkait yang bisa di jadikan sebagai jalan dan penunjang proses pemberdayaan maupun pengembangan untuk komunitas. Seperti;
-          Dinas Pertanian Dan Perkebunan, dll.
2.      Tokoh Masyarakat
Pihak terkait bisa di jadikan sebagai jalan dan penunjang dalam proses pemberdayaan maupun pengembangan untuk komunitas. Seperti ;
-          Kepala rukun warga
-          Kepala rukun tetangga
-          Tokoh agama
-          Tokoh masyarakat
-          Dll
3.      Organisasi masyarakat (GAPOKTAN Darma Agung)
4.      Anggota Masyarakat Dampingan
-          Masyarakat secara umum
-          Pelaku atau para penureh karet dan masyarakat yang termarjinalkan.

G.    Aktivities Planing
Tabel 1
Pelaksanaan Kegiatan Pendampingan

No
Kegiatan

Bulan
Juni
Juli
Agst
Sep  
Okt  
Nop  
Des  
Jan  
1
Survey lapangan




ü



2
Mengurus perizinan




ü



3
Riset pendahuluan




ü



4
Inkulturasi




ü
ü


5
Membangun komunikasi kelompok




ü
ü


6
Pengorganisasian Masyarakat:
a)      Riset bersama komunitas
b)       
c)      Menentukan masalah bersama komunitas
d)      
e)      Merencanakan solusi tindak lanjut
f)        
g)      Melakukan aksi
h)       
i)        Merefleksikan aksi
j)         
k)      Perluasan perubahan

















ü


ü
ü







ü

ü





ü


ü








ü






ü






ü

ü












ü

ü


ü
7
Pelaporan:
a)      Bimbingan

b)      Skripsi









ü

ü

ü

ü

ü

ü

ü   

ü

ü


F.     Sistematik Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini merupakan bab yang mengawali tentang judul proposal skripsi yang diangkat oleh penulis yaitu : konteks problematik, focus masalah pendampingan, tujuan pendampingan dan  pendakatan peandampingan
BAB II : Menelusuri Desa Sungai Kunyit Hulu
Pada bab ini merupakan uraian problem-problem hasil temuan dilapangan.
BAB III : Mengurai Derita Membangun Harapan Baru
Dalam bab ini berisi narasi deskripsi hasil catatan-catatan kegiatan kegiatan perencanaan pemecahan masalah dan analisis potensi sumberdaya masyarakat
BAB IV : Dinamika Prose Pendampingan
Pada bab ini penulis implimentasi kegiatan-kegiatan bersama masyarakat.

BAB V : Refleksi
Dalam bab ini penulis menguraikan perubahan yang terjadi setelah adanya pendampingan terhadap komunitas petani karet.
BAB VI :  Penutup dan Rekomendasi




















BAB II
MENELUSURI DESA SUNGAI KUNYIT HULU
A.    Poret Desa Sungai Kunyit Hulu
Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan salah satu desa yang berada di Wilayah Administrasi Kecamatan Sungai Kunyit Hulu Kabupaten Pontianak yang letaknya 7 km meter dari kantor kecamatan sungai kunyit hulu dan untuk mencapai ke sana menempuh waktu 15 menit. Sejauh  mata memandang  desa sungai kunyit hulu merupakan desa yang penuh dengan lahan pertanian dan perkebunan.
Desa sungai kunyit hulu kecamatan sungai kunyit kabupaten Pontianak ini, memiliki luas wilayah = 29,29 km2.[6] Disa ini, di keliling oleh lahan pertanian dan lahan perkebunan.
Gambar: Peta Desa Sungai Kunyit Kulu
Gamabar I : Peta Desa Sunagi Kunyit Hulu,  Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak
Desa sungai kunyit hulu ini memili luas wilayah 29, 29 km2.[7] Desa ini di apit oleh tanamanan masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu yaitu tanaman karet dan tanaman merica. Yakni di antara dua tanaman yang menjadi mata pencaharian masyarakat sungai kunyit hulu seajak turun temurun ini. Desa Sungai Kunyit Hulu berbatasan desa-desa lain yaitu sebelah utara berbatasan dengan desa bukit batu, sebelah timur berbatasa dengan langsung dengan hutan, dan sebelah selatan berbatasan dengan desa mandalok dan sebelah barat berbatasan dengan desa sungai kunyit dalam.
Table II:
Batas Geografis Desa Sungai Kunyit Hulu
Batas desa
Batas
Wilayah
Sebelah utara
Desa bukit batu
Kecamatan sungai kunyit
Sebelah timur
Kecmatan Sadaniang
Kecamatan sungai kunyit
Sebelah selatan
Desa mandalok
Kecamatan sungai kunyit
Sebelah barat
Desa sungai kunyit dalam
Kecamatan sungai kunyit

Jumlah penduduk  di Desa  Sungai Kunyit Hulu tercatat menetap dan setengah menetap di wilayah  Desa Sungai Kunyit Hulu mencapai 2.726 orang, terdiri atas 1371 orang laki- laki dan 1355 orang perempuan. Desa Sungai Kunyit  Hulu terbagi menjadi tiga dusun yaitu desun sekip I, dusun sekip II dan dusun Semanyar.   Dengan demikian, jumlah penduduk yang menetap di desa sungai kunyit hulu tersebar dusun tersebut.
Penduduk yang telah menetap di Desa Sungai Kunyit Hulu pada umumnya membangun tempat tinggal di sebelah kanan dan k iri jalan secara tersebar. Penduduk yang hidup membangun tempat tinggal atau rumah berupa rumah panggung di yang kebanyakan belakang rumahnya lahan pertanian dan perkebunan. Kegiatan bertani dan berkebun bagi penduduk  Desa Sungai Kunyit Hulu.
DSC05394.JPG 
Gambar : Rumah Panggung Di Desa Sunga Kunyit Hulu
Sedangkan sistem mata pencaharian masyarakat Desa Sungai kunyit Hulu pada umumnya perkebunan yaitu kebun karet dan lada dan sebagian kecil mereka bersawah. Tanaman yang dihasilkan adalah padi, kacang dan jagung. Tanaman  padi dan  palawija hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, bila ada lebihnya maka tanaman itu dijual ke pasar.   Masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu juga menanam  kunyit, jahe dan cabe dan tinggal di sekitar lahan pertanian mereka.
Dalam kaitannya  dengan  mata pencaharian, penduduk di Desa Sungai Kunyit Hulu yang mayoritas bertani karet daan lada. Kegiatan ekonomi lokal di  Desa Sungai Kunyit Hulu perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah, sebagai upaya meningkatkan pendapatan keluarga dan mengurangi jumlah kelompok masyarakat miskin. Jumlah  keluarga miskin di Desa Sungai Kunyit Hulu dapat dikurangi  melalui  pendampingan terhadap masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu.
Desa Sungai Kunyi Kunyit Hulu memiliki luas lahan pertanian seluas 75 ha dan perkebunan sebesar 15,5 ha untuk lebih jelasnya lihatlah table yang telah dipaparkan di bawa ini:
Tabel III:
subsektor pertanian
No
Jenis tanaman
Luas ha
1
Padi dan palawija
20 ha
2
Jagung
20 ha
3
Kedelai
1 ha
4
Buah-buahan
20 ha
5
Sayur-sayuran
15 ha

pada awalnya pada masyarakat di desa sungai kunyit hulu di sebut sebagai masyarakat petani yaitu petanian yang mula-mula di garap adalah kebun karet. Menurut Sayyadi (75) bahwa di sepanjang Dusun Sekip II Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan sebuah karet sebagai mata penvaharian masyarakat di sini. Di dusun ini dahulunya hanya ada tiga rumah yaitu rumahnya mbah Mukram, mbah Ra’i dan mbah Jumar.[8] Dan sekarang sudah banyak menjadi perumahan warga, akan tetapi di dusun ini masih ada sisa-sisa kebun karet yang masih menjadi sumber ekonomi masyarat di Desa Sungai Kunyit Hulu.

Table IV
Subsektor perkebunan
No
Jenis perkebunan
Luas ha
1
Kelapa
4 ha
2
Karet
10 ha
3
Kopi
1,5 h

Sesuai dengan ke adaan alam Desa Sungai Kunyit Hulu, masyarakat desa mencari nafkah untuk keluarga dengan bergantung pada alam sekitarnya. Hal ini dikarenakan, bahwa masyarakat mencari nafkah untuk keberlangsungan hidup keluarganya sesuai dengan aset-aset yang dimiliki. Aset-aset yang dimiliki masyarakat yaitu lahan-lahan perkebunan, dengan demikian masyarakat desa sungai kunyit hulu bermata pencaharian sebagai petani.
Pertanian yang mayoritas dikerjakan oleh masyarakat desa sungai kunyit hulu ialah sebagai penureh karet dan menanam lada kedua tanaman ini yang menjadi mayoritas sumber kehidupan masyarakat desa sungai kunyit hulu.
DSC05395.JPG
Gambar I: tanaman lada yang selama ini menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat desa sungai kunyit hulu

Menanam tanaman lada merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak. Tanaman lada ini, ditanam oleh masyarakat sungai kunyit sebagai tabunngan, dikarenakan panenya hanya 2 kali dalam setahun. Sedangan memproduksi hasil panennya ada 2 jenis yaitu lada putih dan lada hitam. Kedua cara memproduksi lada ini tentu mempengaruhi pada harga jua dan harga jualnya tentu lebih tinggi lada putih dibandingkan lada yang diproduksi hitam.
DSC05443.JPG
Gambar II: Tanaman Karet Yang Secara Turun Temurun Menjadi Sumber Kehidupan Masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu

Perkebunan karet  sumberdaya  yang  bersifat  fisik  biasanya  lebih  dikenal  dengan sumberdaya alam. Dalam  hal ini keadaan bentang alam di Desa Sungai Kunyit Hulu itu sendiri. Sejatinya alam di desa sungai kunyit hulu sangat mendukung pengembangan usahatani perkebunan karet. Seperti yang diungkapkan  oleh H. anwar Musleh (37 tahun), [9] salah  satu  tokoh  masyarakat  setempat,  bahwa  duhulunya Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan daerah yang banyak perkebunan karet terutama di Dusun Sekip 2, Desa Sungai Kunyit Hulu.Walaupun  saat  ini  jumlah  pemilik  perkebunan karet  sudah  banyak  yang berkurang, namun masih memiliki peringkat pertama dibantingkan sumberdaya alam yang menjadi mata pencaharian masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu. Potensi ini tentu  saja  masih  bisa  dikembangkan  jika  masyarakat   secara  sadar  tahu  akan  pentingnya pengembangan wilayah mereka sebgai sentra pendampingan.
  Dalam Data BPS Desa Sungai Kunyit Hulu Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak tahun 2014, bahwa luas tanaman karet tahun ini ialah 10 ha.[10] Dengan demikian, masyarakat di desa Sungai Kunyit Hulu bekerja sebagai petani karet. Namun karet hasil produksi masyarakat dihargai rendah. Renhdahnya harga karet mengakibatkan komunitas petani karet mengalami kerugian dalam artian antara tenaga yang yang dikeluraga oleh komunitas petani karet tidak sebanding dengan hasil yang didapat oleh komunita petani. Namun, nalaupun karet dihargai rendah, masyarakat desa sungai kunyit masih bertahan memprduksi karet, karena karet tersebut merupakan salah satu komuditas yang langsung menghasilkan uang setiap hari selama musim kemarau. Maka dari itu, komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu masih tetap bertahan menggarap kebun karetnya.
Kebun karet merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang mempunyai peran penti dalam  kebiatan perekonomian di Desa Sungai Kunyit Hulu. Karet di Desa Sungai Kunyit Hulu juga salah satu komoditas yang dijual oleh komonitas petani yang cukup penting sebagai penghasilan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 
Sebelum harga karet turun dari Rp. 12.000 perkelogram komunitas petani karet merupakan salah satu komunitas yang sejahtera. Kesejahteraan hidu yang dinikmati komunitas petani karet tersebut berubah arah ketika karet yang dihasilkan komunitas petani karet dihargai Rp. 4.000 perkelogram.
Namun pasca harga karet turun Rp. 12.000 menjadi Rp. 4.000 keadaan pada komunitas petani karet berubah drastis. kini komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu hanya bisa pasrah dengan persoalan turunnya harga karet tersebut.
Table V
Data Jumlah Penduduk Tahun 2014
Jumlah
Jenis
Kelamin

Laki-laki
Perempuan
Jumlah penduduk tahun ini
1.371 orang
1.355 orang
Jumlah penduduk tahun lalu


Prentase perkembangan



Table di atas merupakan jumlah penduduk di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak tahun 2014 iala 1.371 laki-laki penduduk laki-laki dan 1.355 penduduk perempuan.  Jumlah penduduk ini tentu heterogen dalam segi pecaharian untuk memenuhi kebubutuhan hidup masing-masing, akan tetapi mayoritas masyarakat di desa sungai kunyit hulu bermata  pencaharian sebagai petani karet.
Adapun dalam mengdentifikasi penduduk di desa sungai kunyit hulu berdasarkan mata pencahariannya dapat dijelaskan dalam table berikut: 
Table VI
Data penduduk berdasarkan mata pencaharian

Jenis pekejaan
Laki-laki
Perempuan
jumlah
Petani
Pegawai negeri sipil
Pegawai swasta
Pedagang keliling
Pembantu rumah tangga
TNI
Polri
Pengusaha kecil menengah
576
8
23
11

1
1
3
576
2
17
15
1


2
 1.152
10
40
26
1
1
1
3
Jumlah
623
613
1.236

Dilihat dari tabel di atas, jumlah terbesar adalah penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian  atau  berprofesi  sebagai petani  sebanyak  1.152 orang  yang  terdiri  dari  petani  sendiri  sebanyak  903 orang  dan buruh  tani  sebanyak  159  orang,  menyusul  diurutan  kedua  adalah  bermata pencaharian  sebagai  pedagang keliling  sebanya  26  orang,  kemudian  diurutan  ketiga bermata  pencaharian  lain-lain  sebanyak  56  orang  dan  diurutan  keempat  bermata pencaharian  sebagai  buruh bangunan  sebanyak  13  orang,  sedangkan  mata pencaharian dengan jumlah penduduk paling kecil adalah TNI dengan jumlah sebanyak 1 orang dan Polri sebanyak 1 orang,  pengusaha kecil menengah  sebanyak  3 orang,  pengangkutan  sebanyak  19  orang,  pengusaha sebanyak 37 orang, pegawai negeri sipil sebanyak 10 orang dan pegawai swasta sebanyak 40 orang.
Pada awalnya masyarakat di desa sungai kunyit hulu merupakan masyarat penghasil komuditi yaitu karet, lada, kopi, pinang dan lain sebagainya. Komuditi-komuditi inilah yang dahulu menjadi sumber mata pencaharian masyarakat di desa sungai kunyi hulu. Akan tetapi di antara komuditi-komuditi tersebut masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu lebih memprioritaskan komuditi karet.

B.     Desa Sungai Kunyit Hulu Sebagai Desa Perkebunan
Di Desa Sungai Kunyit Hulu salah satu desa di kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak yang merupakan penghasil komuditas-komoditas perkebunan yaitu karet, lada, kopi, pinang dan lain sebagainya. komuditas-komuditas tersebut, cukup banyak diusahakan masyarakarat Desa Sungai Kunyit Hulu. Sedangkan di antara komuditas-komuditas yang ada, masyarakat desa Sungai Kunyit Hulu lebih cenderung pada komuditas karet dikarenakan komuditas karet tersebut dapat dipanen selama musim kemarau. dapat dimaklumi mengapa pentingnya komoditas karet ini dikembangkan sebagai salah satu komoditi unggulan di Desa Sungai Kunyit Hulu mengingat dari sekian banyak komoditi perkebunan, perkebunan karet memiliki lahan terluas dan terbesar di Desa tersebut, hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi komoditas karet untuk di kembangkan guna menopang perekonomian rakyat.
Luas areal dan hasil perkebunan menurut jenis komoditas dapat dilihat table di bawa ini :
Table VII
Data luas hasil perkebunan menurut jenis komuditas
Jenis Komuditas
Luas (ha
Hasil (kw/ha)
Kelapa
4
2500
Kopi
1.5
500
Pinang
2
1000
Lada
5
3000
Karet
10
25.000

Dari table di atas dapat dilihat jenis usaha perkebunan karet yang memiliki lahan terluas serta jumlah produksi yang paling banyak dari komoditi-komoditi perkebunan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa besarnya produksi komoditas karet untuk dikembangkan guna menopang perekonomian rakyat. Bila dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, maka usaha tani perkebunan karet ini mampu menyerap mayoritas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu. Besarnya jumlah petani yang menggantungkan hidupnya pada komoditas perkebunan karet ini, sudah barang tentu merupakan aset yang harus di manfaatkan, sebagai upaya meningkatkan hasil produksi karet dalam rangka meningkatkan kualitas komoditas karet, disamping sebagai aset juga merupakan sebagai beban tanggung jawab bagi pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan komonitas petani.
Ironisnya sektor pertanian yang merupakan menyerap tenaga kerja terbesar dan tempat menggantungkan harapan hidup sebagian besar masyarakat khususnya di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak itu justru menghadapi masalah yang cukup kompleks. Salah satu masalah  antara lain mencakup rendahnya harga jual karet. Rendahnya harga jual karet yang terjadi tentu komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu mengalami kemerosotan pendapatan. Hal ini bila dibiarkan secara terus-menerus, akan menjadi sebab semakin melebarnya persoalan  pendapatan para komunitas petani karet dengan kebutuhan sehari-hari. . Masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak mengusahakan tanaman karet sebagai tanaman utama. Desa dengan penduduk 3.068 jiwa ini, sebanyak 759 kepala kelurga di antaranya bekerja sebagai petani karet. Sebagai tanaman utama yang di usahakan, maka ketergantungan terhadap pendapatan dari hasil penjualan karet ini sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka.
Meskipun Desa Pulau Pandan merupakan salah satu desa penghasil karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak, namun kenyataan menunjukkan tidak semua masyarakat petani karet hidup dalam kondisi yang lebih baik, banyak di antara mereka tergolong miskin. 

C.    Kebun Karet Sebagai Sumber Kehidupan Masyarakat
Mayoritas masyarakat di desa sungai kunyit memiliki kecendrungan sikap yang bergantung pada perkebunan karet. Hal ini dikarenakan ketebatasan pengetahuan, masyarakat seakan-akan takluk pada dan tunduk pada alam dalam segala segi kehidupan. Bagitu pula dengan mata pencaharian yang mereka kerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-seharinya. Selain itu, semakin tahun semakin banyak bertambah penduduknya ini tentu mempengaruhi pencaharian masyarakat di sana. 
Mayoritas masyarakat di desa sungai kunyit hulu, lebih banyak memiliki lahan perkebunan. Perkebunan tersebut berfungsi sebagai sumber ekonomi mayoritas masyarakat. Dengan demikian, masyarakat di desa sungai kunyit hulu hidup bergantung pada perkebunan. Sedangkan hasil panen dari perkebuinan yang masyarakat produksi mengalami penurunan harga, baik harga pinang, lada, dan karet.
Untuk dilebih jelsanya tentang kepemilikan lahan perkebunan di desa sungai kunyit hulu, kecamatan sungai kunyit, kabupaten Pontianak. Dapat dilihat table VI di bawah ini:
Table VIII
Data penduduk memiliki lahan perkebunan
Jumlah keluarga yang memiliki lahan perkebunan
500 keluarga
Tidak memliki lahan perkebunan
25 keluarga
Memiliki kurang dari 5 ha
80 keluarga
Memiliki 10-50 ha
55 kelurga
Memiliki 50-100 ha
60 keluarga
Memiliki 100-500 ha
39 keluarga
Jumbelah total kelurga perkebunan
769 keluarga

data penduduk memiliki lahan perkebunan Di Desa Sungai Kunyit Hulu tahun 2014. Hal ini tentu menggambarkan bahwa masyarakat di desa sungai kunyit hulu, bermata pencaharian sebagai penggarap kebun. Karena desa sungai kunyit hulu merupakan desa yang kaya akan aset perkebunannya.
Adapun dalam menidentifaksi luas hasil perkebunan menurut jenis komuditas yang berdasarkan mata pencaharian masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu kecamatan sungai kunyit kabupaten Pontianak dapat di jelaskan dalam tabel berikut:
Data luas hasil perkebunan menurut jenis komuditas yang telah dipaparkan di atas menunjukan bahwa masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu lebih banyak bermata pencaharian sebagai petani karet. Hal inilah yang menimbulkan masalah terhadap masyarakat pada saat harga karet turun dari Rp 12.000 turun menjadi Rp 4.000.
Dari gambaran analisis masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu terhadap biaya usaha tani yang dikeluarkan dapat disimpulkan bahwa dari segi materi secara umum masyarakat sudah mampu membuat anggaran untuk usaha taninya. Akan tetapi dari segi pemasaran, masyarakat kurang mampu membaca memprediksikan kondisi harga pasar yang akan terima oleh petani. Hal ini seringkali membuat petani menderita kerugian.
D.    Rutunitas Komunitas Petani Karet
Petani karet di desa sungai sungai kunyit hulu ini tidak jauh berbeda dengan petani karet pada umumnya. Ketika musim kemarau, mereka menggarap kebun karet yang dimiliki, mereka bekerja dari dini hari hingga pagi bahkan sampai siang hari.

















BAB III
MENGURAI DERITA MEMBANGUN HARAPAN
A.    Petani Karet Dirugikan
Turunnya harga karet yang terjadi saat ini menimbulkan masalah-masalah terhadap para petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu. Masalah-masalah yang yang disebabkan oleh turunnya harga karet yang semula Rp. 12.000 menjadi Rp. 4.000 tersebut membuat masyarakat Sungai Kunyit Hulu mangalami penurunan pendapatan sehari-sehari sehingga masyarakat di Sungai Kunyit Hulu bagian besar mencari penghasilah sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarga bahkan ada yang bekerja sebagai buruh bangunan.
Dengan mangalami penurunan pendapatan sehari-sehari para petani karet khususnya di Desa Sungai Hulu  serba menurun dari segala aspek kebutuhan hidup, baik aspek ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Menurun segala aspek kehidupan kelurga petani Akar penyebab terjadainya masalah-masalah tersebut harus segara dianalisis dan dicari penyebab utama permasalahannya. Peneliti pada bagian ini akan mamaparkan aksi yang dilakukan oleh tim pendamping sebagai langkah awal untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan yang terjadi di Desa Sungai Kunyit Hulu.
Peneliti bersama para petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, melakukan diskusi tentang turunnya harga karet yang mengakibatkan para petani karet mangalami penurunan pendapatan sehari-sehari. Menurut salah seorang petani karet, kamsur (32 th) sebenarnya harga karet turun dari yang semula Rp 12.000 menjadi Rp 4.000 dikarenakan yang menjadi penetap harga karet yang dihasilkan petani adalah pabrik. Pabriklah yang menentukan harga karet yang dihasilkan oleh para petani.[11] Sedangkan petani tidak mempunya kekuatan atau kuasa dalam hal tawar-menawar harga karet. Ketidak berdayaan para petani karet dalam menentukan harga peneliti merasa














bagan:
POHON MASALAH
 



















Dari pohon masalah di Atas Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak yang penduduknya bermata pencarian sebagai penureh karet untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini harga karet menurun dari semula dihargai Rp 12.000 perkelogram turun menjadi Rp 4.000 perkelogram. Menurunnya harga karet ini mengakibatkan para penureh karet mangalami kerugian. Kerugian inilah berdampak pada pendidikan di Desa Sungai Kunyit Hulu terbatas, pemenuhan kesehatan menuru dan para penureh karet tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurunnya dikarenakan pabrik-pabrik  menetapkan harga karet secara sepihak. Karena selama ini belom adanya advokasi terhadap para penureh karet, maka dari itu para penureh karet tidak memiliki kuasa untuk melakukan perlawanan terhadap pabrik-pabrik. Menurunnya harga kare juga disebabkan kaulitas karet yang dijual oleh para penureh rendah, karena selama ini di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak belom ada pelatihan bagaimana cara mengolah karet agar karet yang dijual oleh para penureh memiliki kualitas bagus. Maka dari itu, karet-karet yang selama ini dijual oleh para penureh dihargai rendah pula.
Rendahnya harga karet mengakibatkan para penureh serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari. Karena belom ada sumber ekonomi altenatif untuk para penureh karet. Jadi para penureh karet hanyan menggantukan pendapatan pada karet saja.
Dari realitas penyebab dan akibat permasalahan turunnya harga karet yang terjadi saat ini membuat kualitas hidup petani karet menurun khususnya Di Desa Sungai Kunyit Hulu, maka harapan yang diinginkan oleh para petani karet agar masalah pemenuhan   kebutuhan hidup teratasi adalah seperti dalam pohon harapan berikut:

bagan :
POHON HARAPAN


 














Adanya advokasi dalam mengorganisir dilapangan
 
                                                                                                          



Dilihat dari pohon kharapan di atas bahwa naiknya harga karet seperti semula merupakan harapan semua para petani khususnya di Desa Sungai Kunyit Hulu. Harapan para petani akan terlaksana dengan syarat para petani karet meningkatkan produksi dan kuliatas karet lebih baik jika para petani karet khususnya di desa sungai kunyit hulu masih mengharapkan kebun karet sebagai mata pencaharian(penopang) ekonomi keluarga. Peningkatan produksi dan kualitas karet harus dilakukan oleh para petani karet khususnya di Desa Sungai Kunyit Hulu secara instensif dengan memperhatikan hal-hal pokok budidaya yang meliputi penggunaan bibit unggul sesual lokasi, pemupukan,  pengganggu tanaman penyadapan dan pengolaan secara baik.
Pengolahan produksi dan kualitas karet menjadi masalah utama yang terjadi di Desa Sungai Kunyit Hulu, masalah ini merupakan kendala utama, pada umumnya pera petani karet di desa sungai kunyit hulu mayoritas masih menggunakan bibit lokal dengan daya hasil rendah, kurang perawatan terutama pemupukan dan penyadapan yang kurang teratur sehingga produksi dan kualitas karet menurun.  Pananganan setelah panen biasanya hanya juga seadanya sehingga kulitas karet kurang terjaga.






DSC05460.JPG 





Foto : salah Satu Produksi Karet Yang Mempunyai Kualitas Tidak Bagus
Masalah memproduksi karet yang memiliki karet kualitas kurang baik ini sering terjadi di desa sungai kunyit hulu, masalah ini terjadi dikarenakan cara petani dalam memproduksi karet yang salah, terutama dalam penggunaan kadar air dan dan kotoran. Masalah-masalah yang terjadi terhadap para patani pada umumnya disebabkan kurangnya atau masih rendahnya pemahaman petani tentang cara-cara memproduksi karet agar karet mempunyai kualitas karet lebih baik. 
Melihat masalah-masalah yang terjadi di Desa Sungai Kunyit Halu tersebut, tampaknya akan sulit bagi petani karet untuk kehidupan di masa depan tanpa adanya penelitian dan pendampingan guna untuk melakukan cara-cara memproduksi karet yang memilimki kualitas baik supaya bersaing dengan produksi karet-karet luar desa sungai kunyit hulu. Oleh karena itu, peran fasilitator dan pihak-pihak terkait lainya sangat dibutuhkan.
Sebenarnya penelitian dan pendampingan yang dilakukan sebagai upaya yang bertujuan untuk menjadikan para penureh karet menjadi berdaya dalam artian para penureh karet mampu mempraduksi karet yang dihasilkan secara mandiri sehingga kualitas karet yang dihasilkan hasilnya memiliki daya saing dengan hasil-hasil produk karet-karet luar dan hasilnya langsung bisa dirasakan para petani dalam jangka panjang.

B.     Ekonomi Petani Karet Pasca Harga Karet Turun
Persoalan kehidupan komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit hulu pasca harga turun menjadi polemik. Pada dasarnya kehidupan ekonomi petani karet di desa sungai kunyit hulu merupakan petani yang makmur dan sejahtera akan pendapatan petani karet. Petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu juga tergolong komunitas yang hidup tergantung pada hasil karet yang diproduksi sendiri, namun petani karet di desa sungai kunyit hulu juga memiliki sikap pragmatis atau petani karet tersebut berorientasi pada hasil dengan penggarap kebun karet yang dimilikinya.
Pasca harga karet turun dari yang semula Rp 12.000 menjadi Rp 4.000, para petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu nyatanya masyarakat petani yang termasuk jauh diri kesejahteraan, sehingga mencari kerja sampingan sering kali menjadi jalan keluar bagi pendapatan sosial ekonomi petani. Maka ketika digolongkan pada kehidupan yang dikatakan sejahtera, para petani di Desa Sungai Kunyit Hulu dengan menggelengkan kepala tergolong masyarakat yang dimiskinkan atau dirugikan, para petani karet di desa sungai kunyit hulu memiliki harapan besar akan kehidupan yang sejahtera. Dengan demikian, petani karet di desa sungai kunyit hulu berharap bahwa harga karet kembali pada harga yang semula. Namun hal tersebut nyatanya malah membuat mayoritas para petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu mencari kerja sampingan guna untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, dalam artian mayoritas para petani karet menjadi buruh bangunan dan buruh serabotan yang murahan.

C.    Kerja Sampingan Sebagai Jalan Keluar Petani Karet
Merosotnya pendapatan komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, menyebabkan para komunitas petani karet mencari kerja lain sebagai pendapatan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup seahari-sehari. Hal tersebut terjadi dikarenakan harga jual produksi karet semakin menurun. Sedangkan harga kebutuhan pokok semakin mahal. 
Merosotnya pendapatan komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu yang di sebabkan turunya harga karet ternyata tidak mampu membuat taraf hidup komunitas  petani karet meningkat. Masih banyak banyak komunitas petani karet yang mengalami kesulitan dalam menjalani hidup, dalam hal ini adalah kesejahteraan ekonomi. Banyak komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu  berada dalam garis kemiskinan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya berbagai kebutuhan hidup, baik kebutuhan sekunder maupun kebutuhan primer dan juga karena terjadinya krisis ekonomi yang tidak kunjung terselesaikan. Inilah yang membuat  komunitas  petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu mersa dimiskinkan oleh permanan harga dan semakin kewalahan dalam memperbaiki perekonomian.
Kemerorosotan pendapatan komunitas para petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, juga disebabkan oleh tengkulak-tengkulak (toke-toke) yang ada di dalam desa itu sendiri mau tengkulak-tengkulak (toke-toke) yang dari luar. Hal ini terjadi dikarenakan akses transportasi antara desa sungai kunyit hulu dengan pabrik-pabrik karet  membutuhkan jarak tempuh yang terjalalu jauh, (kurang lebih 3 jam). Dengan demikian, banyak dari komunitas petani karet menjual hasil produksi karet pada toke-toke terdekat.

Gambar Diagram alur hasil FGD Bersama Komunitas Petani Karet
 Tentang Distribusi Karet Yang Dihasilkan Petani [12]

1421319758950.jpg
Dari diagram alur di atas dapat dilihat bahwa para petani karet dalam lebih memilih menjual karet hasil produksi pada tengkulak-tengkulak(toke-toke) dibangdingakan menjual langsung pabrik. Hal ini terjadi dikarenakan jarak tempuh antara lokasi (Desa Sungai Kunyit Hulu) dengan pabrik karet membutuhkan jarak tempuh kurang lebih 3(tiga).

D.    Kebutuhan Hidup Petani Yang Terus Meningkat Sedangkan
Masyarakat di desa sungai kunyit hulu yang bermata pencarian utama sebagai petani karet, memiliki pola ketergantungan terhadap satu mata pencarian saja. Pola ketergantungan tersebut tentu berdampak negatif bagi kelangsungan hidup komunitas petani karet. Hal ini disebabkan karena ketika harga karet anjlok, maka perekonomian masyarakat dasa sungai kunyit hulu pun mengalami keterpurukan yang nantinya akan diiringi oleh serangkaian masalah akan teimbul dalam masyarakat karena himpitan beban ekonomi.
Masalah-masalah yang terjadi dikarenakan  kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Sungai Kunyt Hulu belum menunjukkan kemajuan yang lebih baik. Sejauh yang peneliti temukan di lapangan kondisi ini disebakan karena adanya pola ketergantungan masyarakat terhadap satu matapencarian yaitu di sektor pertanian dengan komoditi utama karet. Sehingga apabila sektor tersebut terganggu, maka sebagian besar masyarakat desa sungai kunyit hulu pun akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena tidak adanya sumber mata pencarian alternatif.






















BAB IV
DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN
A.    Menganalisis Masalah Melalui Participatory Rural Appraisal(PRA)
Penelitian yang menggunakan pendekatan Particiatory Rural Apraisal(PRA) merupakan salah satu model penelitian yang menitikberatkan pada proses penelitian sebagai proses perubahan sosial. Perubahan sosial sama artinya dengan transformasi  sosial yang memuat tiga tolak ukur yakni adanya Local Leader sebagai motor penggerak dari perubahan yang merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri, adanya komitmen bersama dalam masyarakat dan munculnya institusi-institusi baru  berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Penelitian ini menekankan pada pendefinisian masalah, memperbaiki apa yang salah, fokus pada apa yang kurang dan pada yang timpang sehingga proses pemberdayaan dapat dilakukan secara obyektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Filosofinya, ketika seseorang lapar maka cari apa yang menyebabkannya lapar, entah  karena belum makan atau ada sistem yang menyebabkan makanan tidak sampai kepada orang yang lapar tersebut. Kemudian merangkai solusi tentang bagaimana memberi makan sesuai porsinya, lalu memberikan makanan tersebut kepada orang  yang lapar. Cara ini memang cenderung tradisional mengingat berkembangnya pendampingan berbasis aset. Namun ini mampu menjawab persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar merupakan masyarakat tradisional dan juga masyarakat yang seringkali terlibat dalam kondisi pelik seperti persoalan turun harga hasil pertanian masyarak pedesaan.
Penanganan persoalan turunnya harga hasil pertanian di pedesaan tersebut tentu saja lebih optimal jika menggunakan pendekatan ini, mengingat pendefinisian masalah sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah dipedasaan. Karena masalah-masalah yang terjadi dipedasaan selalu menyisahkan segudang persoalan yang bahkan membuat kualitas masyarakata semakin menurun karena terkena imbas dari turunnya harga harga hasil pertanian masyarakat. Sehingga untuk mengurangi resiko menurunnya kehidupan masyarakat dilakukan penetian bersama masyarakat sebagai pemberdayaan masyarakat pedesaan.
Pelaksanaan PRA di Desa Sungai Kunyit Hulu digunakan untuk mengkaji perekonomian masyarakat berupa mata pencaharian, sumber daya alam dan sumber daya manusia, mengkaji kehidupan sosial masyarakat, mengkajipendidikan dan kesehatan. Hasil dari pengkajian ditemukan dari sabagian petani karet tentang keadaan atau kondisi berbagai aspek kehidupan desa, sejumlah masalah dan kebutuhan yang diungkapkan komunitas serta sejumlah potensi lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk kegiatan pengembangan masyarakat. Setelah kegiatan di atas disusun program kerja olehmasyarakat berdasarkan identifikasi potensi, masalah dan kebutuhan.Kegiatan PRA hanya diikuti oleh fasilitator dan komunitas petani karet Desa Sungai Kunyit Hulu. Hal ini disebabkan lokasi desa jauh di pedalaman. Secara ringkas penulis menjelaskan kepada peserta  maksud dari  PRA dilakukan agar adanya pemahaman yang sama antara peneliti dan komunitas petani karet. Pada kesempatan tersebut peneliti juga memaparkan hasil penelitian dan pelaksanaan program kegiatan komunitas petani karet yang sedang berlangsung di Desa Sungai Kunyit Hulu.
Setelah pembukaan singkat disampaikan, penulis meminta peserta untuk menulis masalah dan kebutuhan yang dirasakan dan dialami masyarakat berdasarkan bahasa yang digunakan mereka sendiri, di kertas yang telah dibagikan. Akantetapi dalam pelaksanaannya warga kurang memahami dan hasil tulisan yangdisampaikan kurang jelas, sehingga kegiatan PRA diubah bentuk penyampaiannya. Berdasarkan pertimbangan efektivitas, peneliti meminta warga mengutarakan masalah dan kebutuhan yang mereka alami, selanjutnya penelitimenulis di kertas yang telah disiapkan. Hal tersebut dapat Fasilitator pahami karena sebagian komunitas petani karet Desa Sungai Kunyit Hulu kurang memahami tulis dan baca. Dari kegiatan PRA tersusun masalah yang sederhana berdasarkan pendapat peserta. Pada kegiatan tersebut fasilitator menyaring dan menggolongkan pendapat peserta dalam FGD tentang hubungan antar masalah. Penyusunan rencana program dipimpin langsung oleh fasilitator. Warga memberi masukan dalam pembuatan program yang sesuai dengan kondisi dan potensi desa serta kebutuhan masyarakat.

B.     Mencari Solusi Dalam Menangani Masalah
1.      Langkah-Langkah Proses Pemecahan Masalah
a)      Inkulturasi
Inkulturasi merupakan langkah awal dalam proses melakukan pemberdayaan terhadapap komunitas sehingga komunitas yang didampingi mengerti siapa diri kita dan tujuam kita. tahap inkulturasi dalam proses pendampingan ini, bagi fasilitator proses ini merupakan tahapan dimana fasilitator dapat membangun trust  building dan  menjalin  hubungan simbiosis mutualisme dengan masyarakat.
Pada tahap pra pendampingan, peneliti memfokuskan pada pengamatan ke lokasi pendampingan dengan menitikberatkan pada kondisi komunitas petani karet pasca turunnya harga karet dari Rp. 12.000 menjadi Rp. 4.000 dan dampak yang terjadi terhadap komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu, kecamatan sungai kunyit, kabupaten Pontianak setelah terjadi penurunan haraga karet yang sudah kurang lebi setahun. Setelah melakukan beberapa kali wawancara dengan komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu, peneliti menemukan fakta yang berupa keluhan-keluhan para komunitas petani karet bahwa penghasilan yang didapat komunitas petani karet tidak sesuai dengan harga kebutuhan hidup sehari-hari. Akan tetapi walaupun antara  penghasilan yang didapat dan pengeluaran sehari tidak sebanding, para petani karet masih bertahan menggarap kebun karet yang dimilikinya dengan alasan kami salami ini hidup dengan bekerja seperti ini.
Dalam pra pendampingan miming hal tersulit bagi fasiltator ialah dalam menciptakan trust building dalam masyarakat, maskipun fasilitator penduduk asli di lakasi dampingan tersebut yaitu penduduk asli di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak. Namun setelah pandamping atau fasilitator meyakinkan komunitas petani karet dengan memperlihatkan proposal skripsi yang berjudul : Pendampingan Untuk Keberlanjutan Penghidupan Petani Karet Di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak baru mereka percaya akan adanya pendampingan yang akan dilaksanakan di lakasi yang tepat di Desa Sungai Kunyit Hulu.
Pada tanggal 25 oktober 2014, fasilitator ke kantor Desa Sungai Kunyit Hulu untuk meminta izin pelaksanaan pendampingan terhadap komunitas petani karet pasca anjloknya harga karet dari Rp. 12000 perklogram menjadi Rp. 4.000 perklogram di desa ini. Dengan mengajukan proposal skripsi yang peneliti ajukan, bapak misnawar, Ama sebagai kepalan desa sungai kunyit hulu membri izin terhadap pendamping atau fasilitator.
DSC05501.JPG 
Gambar : Saat Fasilitator Mengajukan Permohonan Izin Pendampingan
Setelah mendapatkan izin dari kepala desa fasilitor mulai melaksanakan pendampingan dengan duduk sambil berbincang bersama komunitas petani karet dan juga ikut ke kebun-kebun karet pada saat petani menggara kebun karet. Dan fasilitator belajar cara petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak.
DSC05403.JPG      Gambar : petani karet dalam memproduksi karet
Setelah itu, pasilitor sering berkumpul bersama masyarakat desa Sungai Kunyit Hulu dan mendengar keluhan-keluhan masyarakat tentang masalah anjloknya harga karet yang terjadi. anjloknya harga karet dari Rp. 12.000 peklogram menjadi Rp. 4.000 perklogram tersebut menyebabkan para komunitas petani  mengeluh.
b)     Pengorganisasian Masyarakat Untuk Agenda Riset
Dalam melakukan proses fasilitasi dan atau kegiatan bersama masyarakat, jadwal kegiatan sehari-hari harus menjadi perhatian fasilitator, yaitu kapan adanya waktu luang di kalangan kaum bapak dan kaum ibu, sehingga program yang dilaksanakan tidak mengganggu aktifitas keseharian masyarakat.
Dalam pengorganisasian masyarakat, fokus yang diutamakan adalah gagasan-gagasan yang muncul dari masyarat itu sendiri. Gagasan dalam agenda riset meliputi problematika yang dihadapi masyarakat, potensi dan korelasi antara kemanfaatan potensi sebagai solusi dari permasalahan.
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, fasilitator bersama masyarakat melakukan agenda Focus Group Discussion (FGD) sebagai langkah utama dalam mengidentifikasi persoalan, mengidentifikasi potensi-potensi, membangun kesadaran melalui riset bersama masyarakat, juga membangun gerakan dalam menyelesaikan problematika yang dihadapi.
DSC05767.JPG
Gambar : FGD bersama Masyarakat Sungai Kunyit Hulu
FGD  yang  dilakukan  oleh  fasilitator  bersama  masyarakat  di  Desa Sungai Kunyit Hulu sangat intensif  mengingat pentingnya kesejahteraan komunitas petani karet pasca harga juga jual keret yang di hasilkan para petani anjlok dari Rp. 12.000 perklogram menjadi Rp. 4.000 perklogam.  FGD pertama dilakukan di rumah Bapak Sadiram bersama masyarakat. FGD ini dilakukan bersama masyarakat agar masyarakat mampu menganalisaan masalah-masalah yang selama ini terjadi di Desa Sungai Kunyit Hulu. Sedangkan FGD dilakukan melalui pemetaan Desa, akan tetapi yang menjadi pokok bahasan dalam FGD ini adalah kesejahteraan petani karet pasca harga karet anjlok. Setelah itu FGD selanjutnya melibatkan 8 orang yang  merupakan para petani karet dari yang ada dalam masyarakat. Yang  kemudian  FGD menjadi proses yang kerap kali dilakukan terutama melibatkan petani karet dan pemuda.
c)      Perencanaan Tindakan Untuk Perubahan
Dari Focus Group Discussion (FGD) yang kerap kali dilakukan bersama masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu, Fasilitator bersama masyarakat merencanakan tindakan-tindakan untuk perubahan. Perencanaan tindakan-tindakan untuk perubahan ini merupakan upaya-upaya bersama masyarakat dalam menghimpun gagasan-gagasan yang muncul dari masyarakat itu sendiri. perencanaan tindakan-tindakan ini dilakukan melalui focus grup discussion (FGD) yang direalisasikan pada senin malam, tanggal 22 desember 2014 yang bertempat di rumah bapak Muhajir tepatnya di Dusun Sekip II Desa Sungai Kunyit Hulu. Dalam FGD ini melibatkan 11 orang yang mewakili para petani dan tokoh masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu yang ada dalam yang ada dalam masyarakat dan merancang proses perubahan melalui pembentukan-penbentukan perkumpulan bermasis komunitas yang bertujuan meningkatkan tarap hidup masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu yaitu:
§  Pemahaman tentang manajemen paguyuban komunitas yang berupa beresan.
Bagi masyarakat Desa Sungai Kunyit Hulu, istilah beresan ini ialah suatu paguyuban dimana setiap warga masyarakat ditarif uang semampunya dan uang tersebut bisa diambil apabila ada kebutuhan mendadak.
§  Peningkatan kapasitas peguyuban beresan
§  Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
§  Peningkatan ekonomi alternative dengan mengoktimalkan pemanfaatan aset desa 

d)     Melancarkan Aksi Strategis
Aksi strategis dapat direalisasikan berdasarkan penyusunan program yang diagendakan dalam perencanaan bersama komunitas. Aksi strategis bertujuan untuk mensinergikan antara isu-isu strategis yaitu kekuatan komunitas dan kerja sama yang dibangun baik dengan masyarakat itu sendiri maupun pihak lain yang menyukong pelaksaan aksi dalam melakukan perubahan yang lebih baik.
Dalam konteks masalah-masalah yang di hadapi komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu pasca harga jual karet yang di hasilkan petani anjlok. Implementasi program dalam aksi dilakukan dengan mengoktimalkan peran serta masyarakat secara partisipatif dalam mengalisa dampak maupun solusi yang diinginkan dari sebuah kebijakan yang dikelurkan oleh pemerintah. Dengan kata lain, ada dua garis besar yang dilakukan dalam pencapaian aksi yakni menciptakan lembaga baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagaimana ide transformasi, juga melakukan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan alternative berbasis masyarakat.   

e)      Monitoring dan Evaluasi
Program pendampingan terhadap komunitas petani karet yang dilaksanakan di Desa Sungai Kunyit Hulu untuk meningkatan sumber daya manusia yang agar dapat sesuai dengan sasaran yang diharapkan maka perlu dilaksanakan monitoring dan evaluasi selama pelaksanaan dan di akhir pelaksanaan program. Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk memantau proses pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi komunitas petani karet dan sumber daya manusia bagi komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Membandingkan antara perencanaan dengan pelaksanaanya secara operasional dan mengetahui efektivitas dan ketepatan hasil perencanaan dan pelaksanaanya.
Evaluasi dimaksudkan yang dimaksud adalah untuk mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai,kendala yang dihadapi dan usaha pemecahannya. Dalam evaluasi dinilai pengaruh program terhadap kesejahteraan warga komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu.Untuk kegiatan monitoring dan evaluasi melibatkan semua pihak yang terkait. Kegiatan monitoring dan evaluasi dapat diketahui manfaat program dan bagaimana pelaksanaan yang terjadi dilapangan, apakah sesuai dengan target tujuan, kelemahan, hambatan danp ermasalahan sehingga perlu perbaikan dan solusi pemecahan masalah untuk keberhasilan program.
Jadwal monitoring dan evaluasi disesuaikan dengan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan yang telah disusun. Monitoring dilaksanakan sepanjang pelaksanaan kegiatan, sehingga bila ada hambatan dan permasalahan segera dapat dicarikan solusinya. Sedangkan evaluasi dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan tergantung lamanya waktu kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan. Untuk warga komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu monitoring dilaksanakan oleh fasilitator dan komunitas petani karet sebagai bentuk partisipasiaktif dan pengawasan internal.
Di akhir program, evaluasi secara menyeluruh dilaksanakan secara bersama-sama dalam suatu forum pertemuan dengan mengikutsertakan semua stakeholder untuk memperoleh umpan balik dan saran perbaikan dari semua pihak. Dengan demikian akan diperoleh kesadaran bahwa keberhasilan yangdicapai merupakan keberhasilan semua pihak, sedangkan apabila ada kekurangan merupakan tanggung jawab bersama untuk dapat diperbaiki pada kelanjutan program pemberdayaan yang akan datang.

Began
Analisa Pohon Harapan Pendampingan Terhadap Komunitas
Petani Karet Di Desa Sungai Kunyit Hulu
 















                                                                                                                          



2.      Strategi Pendampingan Terhadap Komunitas
Strategi pendampingan terhadap komunitas ini merupakan ciri khas yang dimiliki fasilitator. Maka fasilitator bersama komunitas mampu dan lebih kongkrit. Sebagai fasilitator dalam memfasiliatasi proses pemecahan masalah yang terjadi di komunitas
Tujuan strategi pendampingan yang digunakan ialah: 
a)      Mengoptimalka Komunitas-Komunitas Strategis Dalam Masyarakat
Dalam konsep pemberdayaan ­need-based, penyadaran merupakan elemen  penting  dalam  memahami  potensi-potensi  yang  dimiliki masyarakat. Kehidupan komunitas petani karet Desa Sungai Kunyit Hulu menurun pasca harga jual karet anjlok, hal tersebut menimbulkan masalah dalam komunitas itu sendiri.
Dengan timbulnya masalah tersebut fasilitator bersama komunitas Petani  Karet Desa Sungai Kunyit Hulu
   
b)     Terciptanya Komunitas Petani Karet Secara Turun-Temurun
Problem yang dihadapi komunitas petani karet pasca harga karet anjlok memang sangat berdampak negatif, Hal ini membuat para petani karet manjadi malas menggarap kebun karet yang dimiliki. Selain malas menggarap kebun karet yang dimiliki juga ada sebagian dari mereka yang menebang kebun karet yang dimilikinya. persoalan  ini merupakan persoalan yang rentan untuk keberlanjutan komunitas petani karet kedepannya. Maka dari itu Keberlajutan komunitas petani karet merupakan tujuan dari pendampingan ini.

3.      Membentuk Komunitas Yang Berdaya
Dari permasalahan yang sudah ada yang telh dipaparkan pada bab sebelunya, maka peneliti sebagai fasilitator memulai pendektan terhadap komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu dengan tujuan mendapatkan prtisipasi dari mereka. Dalam hal ini peneliti tidak serta merta melakukan seorang diri melainkan bekerja sama dengan merek. Peneliti mengawali proses pengorgnisasian komunitas dari bapak muhammad yasin salah satu petani karet yang juga menjadi salah satu tokoh masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu. Peneliti awalnya menjelaskan keluhan-keluhan yang didengar dari komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu dan tujuan peneliti untuk membantu komunitas dalam menyelesaikan permasalahan mereka. Setelah peneliti menjelsakan, bapak muhammad yasin tersenyum saja dan mengatakan coba kumpulkan dulu merek, ini ide bagus dari peneliti. Dengan bantun dri tokoh masyarakat ini, peneliti berharap komunitas dapat ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan.
Kemudian pada hari setelah masyarakat dikumpulkan peneliti bersama bapak Muhammad Yasin menjelaskan maksud dan tujuan kepada masyarakat yang hadir. Kemudian peneliti juga menympikan tujun linnya yaitu pembentukan komunitas petani karet yang berdaya. Pemebentukn kelompok ini memiliki tujuan untuk membngun hubungan sesama komunitas petani karet setempat. Pembentukan kelompok ini merupkan cara yng dipilih peneliti sebagai awal dari dalam komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu guna mendapatkan partisipasi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Setelah peneliti menyampaikan maksud dan tujuan kepada masyarakt yang telaah dikumpilkan peneliti juga menjelaskan kegitan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam pembentukan kelompok ini. Dalam forum tersebut, peneliti juga tidak lupa untuk menjelaskan tentang pengenalan wilayah di desa sungai kunyit hulu Sampai masalah-masalah kepada peserta. Peneliti berusaha secara gamblang dan rinci dengan menggunakan bahasa lokal dan menghindarkan bahasa akademi yang tidak dimengerti oleh merek. Penggunaan bahasa lokal yang digunakan peneliti dihrapkan dapat mempermudah mereka dalam memahmi penjelasan yang disampaikaan oleh peneliti sehingga mereka dapat berjalan dengn komunikatif.
langkah selanjutnya, peneliti mangajak komunitas petani karet berdiskusi untuk membentuk sebuh kelompok petani karet yang akan membantu peneliti selam pelaksanaan pendampingan di desa sungai kunyit hulu. Kemudin beberapa peserta diskusi menanyakan mengenai mamfaat pembentukan kelompok petani karet ini bagi masyarakat setempat. Peneliti kemudian menanggapi pertaanyan dari peserta diskusi. Peneliti menjelaskan secara singkat dengan bahasa yang sederhana bahwa kedepanya kelompok petani karet ini berperan sebagai motivator, dan penggerak masyarakat agar sellu aktif dalam setiap kegitan yang akan di selenggarakan bersama-sama denga masyarakat atau secara singkatnya, kelompok petani karet ini sngat bermanfaat baik bagi peneliti maupun bagi masyarakat. Karena melalui kelompok ini masyarakat dan peneliti akan saling belaajar dan saling bekerja sama untuk sebuh tujuan yang diingingkan.
Diakhir diskusi, peneliti menawarkan kepada pesert untuk bergabung dalam sebuah kelompok petni karet. Diantara sekian banyak peserta, tidak semaunya bergbung dengan kelompok ini. Namun peneliti juga  tidak akan memaksanakan agar semua peserta yang hadir bergabung dengan kelompok tersebut.ketikan tawaran ini dilontarkan oleh peneliti, hanya 11 orang yang mau bergbung dalam kelompok petani karet yaitu bapak Muhammad yasin, bapak fikri, bapak sarwi, bapak Mudeni, bapak Diram, bapak Mursidi, bapak Elwi, bapak Kamsur, Abd Qowi, Bapak Musta’in dan bapak Syafi’i. setelah itu, dilanjutkan dengan ketua kelompok petani karet yaitu bapak Muhammad Yasin sebagai ketua, bapak syafi’i sebagai seketaris dan bapak Diram sebagai bendahara.
Pada tanggal 21 desembar 2014 peneliti bersama kmunitas berdiskusi untuk membahas masalah yang dihdapi. Dalam diskusi ada salah satu peserta menanyakan manfaat tentang pembentukan kelompok petani karet ini, akan tetapi peneliti langsung menanggapi pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta diskusi dengan bahasa yang mudah dimengerti. Peserta lainnya juga ikut aktif dalam diskusi itu dan juga ada yangmengatakan bahwa semenjak harga karet turun dari Rp. 12.000 perklogram menjaadi harga 4.000 peklogramnya, masyaraakat mengeluhkan karena tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup kelurga sehaari-hari.

4.      Merancang aksi
Terbentuknya komunitas petani kaaret ini merupakan bukti keseriusan mereka dalam menghadapi masalah-maasalaah yng ditimbulkn pasca turunnya hrga karen dari Rp. 12.000 perklogram menjadi harga Rp. 4.000 perklogramnya. Hal pertama yang dilakukn peneliti bersama masyarakat adalah melakukan diskusi mengenai berbgai masalah yang menimpa mereka pasca harga karet turun.
    
5.      Menjalin kerja sama dengan dengan stakeholder
Dalam proses pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator bersama komunitas petani karet tentu membutuhkan pihak-pihak terkait yang bergerak sebagai motor  penggerak  dan  memonitoring  pelaksanaan kegiatan pemberdayaan terhadap komunitas, sehingga proses yang dibentuk dengan peran serta masyarakat dapat  berjalan continyu atau  terus  menerus  dan  semakin  berkembang. Selain  berperan  sebagai motor penggerak, pihak-pihak stakeholder  juga berperan dalam membentuk  jaringan-jaringan sosial yang menyokong kemandirian komunitas.
Adapun pihak-pihak yang dimaksud adalah pemerintah desa sebagai pemegang otoritas terbesar di desa Sungai Kunyit Hulu, juga  memegang  peranan penting  dalam  menangani  problematika  pasca  turunnya harga karet dari Rp. 12.000 perklogram menjadi Rp. 4.000 perklogram yang timbul. Disamping itu, peranan  local  leader  juga menjadi tonggak keberhasilan  pemberdayaan masyarakat.  Local  leader  dalam hal ini adalah Bapak  Muhammad Yasin  yang merupakan tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh pemuda yang yang termasuk petani karet di desa sungai kunyit hulu.

6.      Membangun Komunitas Melalu Melalui Gapoktan Darma Agung
Proses pengorganisasian dilakukan melalui fucus Grup Discussion (FGD) bersama komunitas petani karet dengan mengedepankan terbentuknya komunitas yang berdaya. Hal ini dilakukan  sebagai upaya fasilitaor  untuk menanamkan pengetahuan dan penydaran komunitas petani karet. Dalam pengorganisasian komunitas petani karet ini juga membahas potensi-potensi yang ada.
 Membangun komunitas melalui Gapotan Darma Agung yang dimaksud  ialah sebuah upaya yang dilakukan Gabungan Kelompok Tani(GAPOKTAN) Dama Agung Desa Sungai Kunyit Hulu dalam mengembangkan potensi anggota kelompoknya untuk bersama-sama maju dalam proses mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan berproses yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seluruh anggota dengan penuh kesadara untuk memperkuat dan mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka
Sedangkan  tujuan membangun komunitas melalui gapoktan desa sungai kunyit hulu ini adalah untuk meningkatkan kemanpuan mereka dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kebutuha. Sehingga implentasinya menuntut terus menerus.













BAB V
REFLEKSI
A.    Sebuah Analisa Perubahan
Pendampingan terhadap komunitas petani karet yang dilaksanakan di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak selama dua Bulan Sembilan Hari terlihat ada perubahan dan perkembangan pada petani petani karet. Perubahan dan perkembangan ini terlihat dari pola pikir para petani karet yang dahulunya mereka hanya terfokus pada kebun karet yang dimiliki. Namun setelah adanya pendampingan, mereka sudah ada mampu mengoktimalkan aset-aset yang dimiliki dan juga mampu merespon persoalan yang terjadi terhadap diri mereka.
Selain itu, yang dahulunya mereka menjual karet pada pada tengkulak-tengkula(toke-toke) terdekat setelah adanya pendampingan mereka  sudah ada yang menjual langsung karet yang telah dipruduksi ke pabrik. Namun, para petani karet masih ada yang memilih tetap menjual pada tengkulak-tengkulak(toke-toke) terdekat. Seperti salah satu petani karet, ia mangatakan kalau menjual karet ke pabrik langsung terlalu jauh. Namun  anjloknya harga karet yang terjadi sekerang, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin hari semakin meningkat, bahkan beberapa dari mereka sudah beralih pekerjaan lain. Hal ini dapat dilihat sebagai suatu perubahan, walaupun perubahan yang terjadi bukan perubahan yang signifikan. Perubahan yang terjadi pada sikap petani karet dikarenakan adanya dorongan dari luar dan juga dari dalam diri mereka sendiri. Mereka termotifasi untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Perubahan ini terlihat jelas dari pola pikir para petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu yang tidak menginginkan anak-anak mereka juga nantinya menjadi petani seperti orang tuanya. Tidak seperti pemikiran petani karet dahulu yang dengan tidak langsung pun sudah menurunkan ilmu dan lahan yang mereka miliki agar ke depan anaknya bisa jadi petani juga seperti mereka. Pemikiran petani sudah kearah pemikiran masa depan.
Selain dari pola pemikirannya. Perubahan juga terjadi pada cara pengolahan karet mereka walaupun masih dengan menggunakan cara yang tradisional tetapi sudah memiliki ilmu yang didapat dari saling belajar sesama petani.
Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan sebuah desa sangat potensial kekayaan alamnya untuk dikembangkan seperti karet, kunyit, jahe, lada, singkong, kelapa, ubi kayu, pinang, mangga, nanas, padi, sawit dan sayur-sayuran. Karena di desa Sungai Kunyit Hulu mempunyai tanah yang subur. Apabila kekayaan alam tersebut diolah dengan baik oleh masyarakat sungai Kunyit Hulu maka tentu masyarakat sungai kunyit akan sejahtera dan tarap hidup masyarakat akan terangkat. Namun kekayaan alam yang mereka miliki tersebut hanya mereka jual hanya dengan harga semurah mungkin dikarenakan mereka tidak bisa mengulah sendiri. hal inilah yang membutuhkan pendampingan lanlutan yang lebih mendalam, sehingga mereka lebih berdaya dan masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu sejahtera.
Masyarakat yang tinggal di Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan masyarakat yang hidup dipinggiran hutan yaitu hutan karet yang selama turun-temurun sebagai pekerjaan mayoritas masyarakat yang paling utama untuk menghidupi kebutahan hidup keluarganya sehari-hari. Sedangkan kehidupan masyarakat di Desa Sungai Kunyit Hulu sangat dipengaruhi oleh harga karet yang selama ini menjadi mata pencarian mayoritas masyarakat Sungai Kunyit Huru. Turunnya harga karet dari yang asalnya Rp 12.000 perklogram menjadi Rb 4.000 perklogramnya yang terjadi dari akhir tahun 2013 sampai saat ini, menimbulkan masalah dalam kehidupan mereka.  
Komunitas petani karet, yang semula pasrah terhadap hasil karet yang telah produksi dihargai murah, setelah adanya pendampingan mulai sadar untuk  mengetahui  lebih  dalam  tentang  karet  itu sendiri. Sebenarnya pengetahuan mengenai kualitas karet tersebut para petani lebih tahu. Namun pengetahuan yang dimiliki oleh komunitas petani karet di Desa Sungat Kunyit Hulu hanya sebatas omongan yang kadang komunitas itu sendiri kurang percaya diri akan kebenaran pengetahuannya. Karena bagi mereka rendah atau mahalnya harga karet bukan tergantung pada kualitas barangnya melainkan harga tergantung pada pabrik. Maka dari itu, karet yang dikhasilkan oleh para petani di hargai murah.
Pendamping atau fasilitator  disini memposisikan diri sebagai menunjuk jalan bagi komunitas  petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, agar komunitas petani karet lebih membuka pikiranya. upaya-upaya yang dilakukan fasilitator ialah mengajak kominitas petani karet berdiskusi bersama. Sadangkan diskusi yang dilakukan bersama masyarakat, fasilitator hanya sebagai pendamping diskusi, sedangkan komunitas yang menjadi pesertanya. Hal tersebut dilakukan agar komunitas mampu menggali potensi yang dimilikinya. dengan demikian masyarakat akan sadar dan mempu memanfaatkan aset yang dimiliki secara mandiri.
Selama melakukan pendampingan di Desa Sungai Kunyit Hulu, banyak sekali pengalaman berupa tantangan yang menadi pelajan penting selama melakukan proses mendampingi.  Sebelum melakukan proses pendampingan, terlebih dahulu harus membangun kepercayaan  (trust)  dengan komunitas petani karet di  .  Dalam membangun trust ini pendamping harus mengikuti kegiatan sehari-hari pedagang sawo,  memperkenalkan  diri  dengan  para  pedagang  satu-persatu,  kadang  juga membantu pedagang menata dan menunggu daganganya di lapak seharian
Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan sebuah desa sangat potensial kekayaan alamnya untuk dikembangkan seperti karet, kunyit, jahe, lada, singkong, kelapa, ubi kayu, pinang, mangga, nanas, padi, sawit dan sayur. Karena di desa sungai kunyit hulu mempunyai tanah yang subur. Apabila kekayaan alam tersebut dioleh dengan baik oleh masyarakat sungai kunyit hulu maka tentu masyarakat sungai kunyit akan sejahtera dan tarap hidup masyarakat akan terangkat. Namun kekayaan alam yang mereka miliki tersebut hanya mereka jual hanya dengan harga semurah mungkin dikarenakan mereka tidak bisa mengulah sendiri. hal inilah yang membutuhkan pendampingan lanlutan yang lebih mendalam, sehingga mereka lebih berdaya dan masyarakat desa sungai kunyit hulu sejahtera.
Masyarakat yang tinggal Di Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan masyarat yang hidup dipinggiran hutan yaitu hutan karet sebagi pekerjaan mayoritas masyarakat yang paling utama untuk menghidupi kebutahan sehari-hari. Sedangkan kehidupan masyarakat di desa sungai kunyit hulu sangat dipengaruhi oleh harga karet yang selama ini menjadi mata pencarian mayoritas masyarakat. Turunnya harga karet yang terjadi dari akhir 2013 sampai saat ini, dari yang asalnya Rp 12.000 peklogram menjadi harga Rb 4.000 perklogramnya.
  
B.     Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Islam
pemberdayaan tidak dapat dilepaskan dari persoalan kemiskinan sebagai objek dari pemebrdayaan itu sendiri. Pemberdayaan mempunyai filosifi dasar sebagai suatu cara mengubah masyarakat dari yang tidak mampu menajdi berdaya, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya. Sedangkan kemiskinan dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang.
Namun sikap-sikap di atas mempunyai pengaruh besar terhadap rendahnya kemampuan masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam dirinya sendiri. Dengan melihat kenyataan di atas dapat ditarik sebuah benang merah penilaian adanya kebijakan yang salah dalam pembangunan ekonomi pada tingkat makro sehingga pemerataan pembangunan dari konsepsi keadilan sosial tidak mengenai sasaran.
Kemudian penyimpangan dari pola tingkah laku dan nilai dasar norma yang berlaku dalam hal ini nilai-nilai dasar Islam. Persoalannya menjadi jelas, tinggal yang kita perlukan adalah analisis bagaimana Islam memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Ada dua hal mendasar yang diperlukan dalam mewujudkan pemberdayaan menuju keadilan sosial tersebut. Pertama adalah pemahaman kembali konsep Islam yang mengarah pada perkembangan sosial kemasyarakatan, konsep agama yang dipahami umat Islam saat ini sangat individual, statis, tidak menampilkan jiwa dan ruh Islam itu sendiri. Kedua, pemberdayaan adalah sebuah konsep transformasi sosial budaya. Oleh karenanya, yang kita butuhkan adalah strategi sosial budaya dalam rangka mewujudkan nilai-nilai masyarakat yang sesuai dengan konsep Islam.
Kemiskinan dalam pandangan Islam bukanlah sebuah azab maupun kutukan dari Tuhan. Namun disebabkan pemahaman manusia yang salah terhadap distribusi pendapatan (rezeki) yang diberikan. Al-Qur’an telah menyinggung dalam surah Az-Zukhruf ayat 32.
óOèdr& tbqßJÅ¡ø)tƒ |MuH÷qu y7În/u 4 ß`øtwU $oYôJ|¡s% NæhuZ÷t/ öNåktJt±ŠÏè¨B Îû Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# 4 $uZ÷èsùuur öNåk|Õ÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uyŠ xÏ­GuÏj9 NåkÝÕ÷èt/ $VÒ÷èt/ $wƒÌ÷ß 3 àMuH÷quur y7În/u ׎öyz $£JÏiB tbqãèyJøgs ÇÌËÈ  
Artinya :
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Perbedaan taraf hidup manusia adalah sebuah rahmat sekaligus pengingat bagi kelompok manusia yang lebih berdaya untuk saling membantu dengan kelompok yang kurang mampu. Pemahaman seperti inilah yang harus ditanamkan di kalangan umat Islam, sikap simpati dan empati terhadap sesama harus di pupuk sejak awal. Ini sejalan dengan firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat 7.
!$¨B uä!$sùr& ª!$# 4n?tã ¾Ï&Î!qßu ô`ÏB È@÷dr& 3tà)ø9$# ¬Tsù ÉAqߧ=Ï9ur Ï%Î!ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# ös1 Ÿw tbqä3tƒ P's!rߊ tû÷üt/ Ïä!$uŠÏYøîF{$# öNä3ZÏB 4 !$tBur ãNä39s?#uä ãAqߧ9$# çnräãsù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇÐÈ  


Artinya :
apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa kemiskinan lebih banyak diakibatkan sikap dan perilaku umat yang salah dalam memahami ayat-ayat Allah SWT, khususnya pemahaman terhadap kepemilikan harta kekayaan. Dengan demikian, apa yang kemudian disebut dalam teori sosiologi sebagai kemiskinan absolutâ sebenarnya tidak perlu terjadi apabila umat Islam memahami secara benar dan menyeluruh (kaffah) ayat-ayat Tuhan tadi.
Kemiskinan dalam Islam lebih banyak dilihat dari kacamata non-ekonomi seperti kemalasan, lemahnya daya juang, dan minimnya semangat kemandirian. Karena itu, dalam konsepi pemberdayaan, titik berat pemberdayaan bukan saja pada sektor ekonomi (peningkatan pendapatan, investasi, dan sebagainya), juga pada faktor nonekonomi. Rasulullah SAW telah memberikan suatu cara dalam menangani persoalan kemiskinan. Konsepsi pemberdayaan yang dicontohkan Rasulullah SAW mengandung pokok-pokok pikiran sangat maju, yang dititikberatkan pada menghapuskan penyebab kemiskinan bukan padapenghapusan kemiskinan semata seperti halnya dengan memberikan bantuan-bantuan yang sifatnya sementara (temporer). Demikian pula, di dalam mengatasi problematika tersebut, Rasulullah tidak hanya memberikan nasihat dan anjuran, tetapi beliau juga memebri tuntutan berusaha agar rakyat biasa mampu mengatasi permasalahannya sendiri dengan apa yang dimilikinya, sesuai dengan keahliannya.
Rasulullah SAW memberi tuntutan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dan menanamkan etika bahwa bekerja adalah sebuah nilai yang terpuji. Karena konsepsi pemberdayaan dalam Islam adalah bersifat menyeluruh (holistik) menyangkut berbagai aspek dan sendi-sendi dasar kehidupan. Rancangan model pemberdayaan yang harus dibangun pun harus mengacu pada hal-hal tersebut.

C.    Implementasi Dakwah Bil Hal
Melalui dakwah  bil-hal ini masyarakat akan terdorong untuk lebih arif dan bijaksana dalam menggali potensi-potensi yang mereka miliki. Disamping itu, melalui dakwal bil-hal terhadap masyarakat dapat dilakukan secara terus menerus sehingga dakwah bil-hal atau dakwah pemberdayaan masyarakat ini bisa berkesinambungan secara turun temurun. Dengan harapan, masyarakat mampu hidup lebih baik dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui potensi sumber daya yang mereka miliki.
Selain itu, sering dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari dakwah bil Hal. Tokoh Amrullah Ahmad (1999), Nanih Machendrawati, dan Agus Ahmad mendefinisikan  bahwa Pengembangan Masyarakat Islam adalah suatu sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkung-an dalam perspektif Islam. [13]Menstransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah) kelompok sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah). Model empiris uypengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Di samping itu, dakwah bil-hal terhadap masyarakat yang dilakukan oleh da’i atau fasilitator dapat mencapai sasaran dengan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Manusia dan lingkungan adalah dua unsur yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Karena sebuah komunitas menggantungkan hidupnya dari lingkungan, termasuk para petani karet. Namun sebaliknya jika lingkungan tidak dirawat oleh manusia maka lingkungan akan rusak.

Seperti firman Allah S.W.T di dalam Al-Qur’an surah Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ  
Artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
            Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat yaitu proses dari serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta kebahagiaan masyarakat serta upaya meningkatkan kesadaran dari  prilaku tidak baik untuk berprilaku yang lebih baik.
Idealnya pengembangan dakwah yang efektif harus mengacu pada masyarakat untuk meningkatkan kwalitas keislamannya, sekaligus juga kwalitas hidupnya. Dakwah tidak saja memasyarakatkan hal-hal yang religius Islami, namun juga menumbuhkan etos kerja. Inilah yang sebenarnya diharapkan oleh dakwah bil hal yang sering disebutkan oleh para mubaligh. Dakwah bil hal bukan berarti tanpa maqal melainkan lebih ditekankan pada sikap prilaku dan kegiatan-kegiatan nyata yang secara interaktif mendekatkan masyarakat pada kebutuhannya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi peningkatan keberagamaan.






















BAB VI
PENUTUP
A.    kesimpulan
Berdasarkan hasil pendampingan terhadap komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu, kecamata sungai kunyit, kabupaten Pontianak dalam penulisan skripsi ini, mencoba memaparkan kesimpulan sebagai hasil dari pendmpingan yang dilksanakan selama dua bula sebilan hari tentang permsalahan yang timbul dalam komunitas petani karet pasca harga karet anjlok. Permasalahannya adalah menurunya kualitas kehidupan keluarga komunitas petani karet. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kuliatas hidup petani karet di desa Sungai Kunyit Hulu, komunitas petani karet menulainya dengan dengan cara beresan. Apabila kedepannya beresa ini berhasil dan terus mengalami kemajuan, maka kehidupan kelurgan komunitas petni karet menjadi sejahtera. Karena beresan ini dibentuk untuk memudahkan antonggatanya pada saat memerlukan yang mendadak.

sedangkan proses pendampingan sampa aksi yang dilakukan bersama komunitas petani karet, yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya ialah.
1.      Proses pendampingan terhadap komunitas petani karet di desa sungai kunyit hulu ini dilakukan dengan cara bertahap, mulai dari tahap awal inkulturasi sampai aksi yang dilakukan fasilitator bersama komunitas.
2.      Hasil yang diperoleh dari pendampingan terhadap petani karet di desa sungai kunyit hulu cukup baik walaupun masih belom memuaskan. Karena perubahan yang tampak dari pendampingan hanya sebatas pola pikir para petani karet.
3.      Respon komunitas petani karet terhadap pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator sangat positif, hal ini dapat dilihat dari kektipan dan partisipasi komunitas petani karet desa sungai kunyi hulu dengan cara mengikuti program pelaksanaan pendampingan dan kerja sama yang baik antar fasilitator dengan komunitas petani karet desa sungai kunyit hulu.
4.      Realisasi kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan bersama komunita petani karet desa sungai kunyit hulu yang selama pelaksaan pendmpingan menjadi program-program demi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran komunitas petani karet desa sungai sungai kunyit hulu. Agar tdak terjadi kesenjangan yang terlalu menunjol.

B.     Sara dan Rekomendasi
Pendampingan yang dilakukan di Desa Sungai Kunyit Hulu dalam pelaksanaannya masih ada beberapa kelemahan meliputi sosialisasi kegiatan yang dilakukanhanya pada komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu, belum ada diantara komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu yang dilatih sebagai kader pendamping.
Pendampingan terhadap komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu yang dilaksanakan belum memuat keberlanjutan program(sutainable development), sehingga dapat diprediksi pendampingan  terhadap  komunitas  petani  karet di Desa Sungai Kunyit Hulu belum maksimal. Untuk itu perlu adanya pendampingan selanjutnya pada pelaksanaan kegiatan dan merencanakan kelanjutan kegiatan sehingga tujuan program dapat tercapai. Merancang keberlanjutan program untuk mengatasi kekurangan program sebelumnya. Melatih kader pendamping untuk penguatan kapasitas komunitas petani karet di Desa Sungai Kunyit Hulu agar mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap pengetahuan yang telah diberikan. Substansi  pengetahuan yang dikembangkan harus merupakan kebutuhan yang nyata dan sebagai upaya mendahulukan kepentingan masyarakat. Dalam operasionalnya harus menempatkan komunitas sebagai pelaku sekaligus faktor dominan yang yang perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam program penanggulangan kemiskinan.











DAFTAR PUSTAKA

Wawancara dengan Qadri(39 Thn), 17, Oktober, 2014
http://www.pontianakpost.com/pro-kalbar/singkawang/18579-petani-karet mengeluh.html
Afandi, Agus, dkk. Modul Participatory Action Research (PAR). (Surabaya: LPM IAIN Sunan Ampel, 2013)
http://id.shvoong.com/humanities/1947728-participatory-rural-appraisal-pra
Agustin, Risa, 1999,  Kamus Ilmniyah Populer, Serba Jaya Surabaya, Surabaya
Data BPS Desa Sungai Kunyit Hulu tahun 2014
Wawancara Dengan Sayyadi(75) Warga Desa Sungai Kunyit Hulu, Taggal 13 November 2014.
Wawancara dengan H. Anwar(37) salah satu takoh masyarakat desa sungai kunyit hulu pada tanggal 29 oktober 2014
Wawancara denga kamsur, salah seorang petani karet tanggal 28 oktober 2014
Hasil FGD dengan komunitas petani karet yang dihadiri Kamsur, Elwi, Fikri, Abd Manaf dan Sarwi, tanggal  2 november 2014.



[1] Wawancara dengan Qadri(39 Thn), 17, Oktober, 2014
[3] Afandi, Agus, dkk. Modul Participatory Action Research (PAR). (Surabaya: LPM IAIN Sunan Ampel, 2013). Hal., 66-86

[5] Agustin, Risa, 1999,  Kamus Ilmniyah Populer, Serba Jaya Surabaya, Surabaya.
[6] Data BPS Desa Sungai Kunyit Hulu tahun 2014
[7] Data BPS Desa tahun 2014
[8] Wawancara Dengan Sayyadi(75) Warga Desa Sungai Kunyit Hulu, Taggal 13 November 2014.
[9] Wawancara dengan H. Anwar(37) salah satu takoh masyarakat desa sungai kunyit hulu pada tanggal 29 oktober 2014.
[10] Data BPS Desa Tahun 2014
[11] Wawancara denga kamsur, salah seorang petani karet tanggal 28 oktober 2014
[12] Hasil FGD dengan komunitas petani karet yang dihadiri Kamsur, Elwi, Fikri, Abd Manaf dan Sarwi, tanggal  2 november 2014.

0 Comments:

Post a Comment