RINGKASAN
KAPITA SELEKTA DAKWA
(JURUSAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM)
OLEH:
NURUL HIDAYAH
NIM
: (B02210035)
I.
Pendidikan
Populer
Definisi
pendidikan populer
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Akan tetapi dalam ha ini, membahas pendidikan popular
atau pendidikan parsitipasi.
Fasilitator yang berpengalaman, akan tahu tidak ada proses belajar yang
tidak menyenangkan, setiap terlibat dalam proses belajar bersama adalah waktu
yang baik untuk mencoba sesuatu yang baru tentang manajemen dinamika kelompok,
tentang kepentingan anda juga.
Jika Anda baru berlatih, jangan hiraukan dan tak perlu khawatir
berlebihan tentang semua elemen utama dari rancangan buku ini sepertihalnya
tatkala memfasilitasi proses belajar bersama yang efektif pada waktu pertama,
atau kedua, atau ketiga. Mengembangkan dan mengimprovisasi kemampuan anda
sebagai fasilitator tidak akan pernah selesai. Jalan terbaik adalah segera
untuk memulai dan belajar mengerjakan secara langsung berangkat dari persoalan
yang ada. Pengalaman yang diperoleh dari kritik diri sendiri, umpamanya dengan
membuat kesalahan, selalu akan berguna bagi proses ditemukannya pengalaman dan
ide-ide baru.
Semua pengetahuan akhirnya merupakan belajar dari sendiri. Perbedaan
individu yang besar dalam hal perbedaan proses dan perbedaan standar. Satu
personil mungkin belajar lebih baik dengan membaca, belajar hal lain dan juga
ikut dalam aktivitas kelompok. Jika kita memperhatikan pelajaran kita, peran
anda sebagai fasilitator untuk membantu yang lain mengidentifikasi diri mereka
sendiri dan mengumpulkan yang diperlukan, prioritas dan potensi yang dimiliki.
Dengan media yang ada, Anda berperan membantu dan dibantu perkembangan
kemampuan warga belajar secara partisipatif.
Pendidikan partisipatif ini, menggunakan metode pendidikan yang
mengedepankan pendekatan peranserta (partisipatory) pesertanya sebagai subjek,
bukan sebagai obyek yang harus diceramahi. Peserta menjadi seorang partisipan
yang diharapkan keterlibatannya secara penuh dalam proses pendidikan. Konsep
yang dianut dalam metode seperti ini menggunakan pendekatan pendidikan untuk
orang dewasa (adult Education) yang semua materi pendidikannya berbasiskan
pengalaman dan pengetahuan partisipan itu sendiri.
II.
Kepemimpinan Dan Community Developmet
kepemimpinan
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan oleh organisasi atau kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu.
Pemberdayaan
berasal dari bahasa Inggris “empowerment”, yang berarti “berkekuatan
atau bertenaga”. K. Suhendra mengartikan pemberdayaan sebagai suatu kegitan
yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua
potensi yang ada secara evolutif (K. Suhendra:2006). Secara teknis pmberdayaan
adalah usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat mulai dari erencanaan,
manajemen, pelaksanaan sampai dengan pengawasan kegiatan(Rr. Suhartini: 2005).
Pada dasarnya pemberdayaan adalah cara untuk melaksanakan kerjasama dalam
organisasi sehingga semua orang berpartisipasi penuh.. Dalam organisasi yang
sudah diberdaya-kan para pelaksana merasa bertanggung-jawab tidak hanya tentang
pekerjaan yang dikerjakannya, tetapi juga tentang keseluruhan perguruan
tingginya agar dapat berfungsi secara lebih baik. Tim-tim yang telah
diberdayakan akan bekerjasama memperbaiki kinerja mereka secara berkelanjutan,
mencapai tingkat produktivitas dan mutu yang tinggi.
Pada dasarnya semua jenis gaya
kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan
tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya
kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam
aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk
mendapatkan manfaat.
Dengan adanya pemimpin yang dapat
memberdayakan anggota organisasinya dengan cara pembagian tanggung jawab dan
kekuasaan pada anggotanya maka hal tersebut akan terjadi sebuah kerjasama yang
baik, wewenang yang menjadi semakin luas karena anggotanya juga memiliki
wewenang dan kerja pemimpinpun semakin ringan.
III.
Komunikasi-Asserive
Komunikasi
merupakan hal yang paling utama dalam fasilitasi. Keefektifan seorang
fasilitator tergantung pada kemampuannya dalam berkomunikasi dengan baik.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik adalah keterampilan, dan
seperti keterampilan lainnya paling baik mendapatkannya melalui praktek
dan kritik pribadi.
Sesuaikan diri
dengan peserta: Sesuatu yang begitu jelas pada seseorang atau fasilitator
mungkin mempunyai arti yang sama sekali berbeda dengan peserta. Tiap orang
mempunyai pengalaman yang saling berbeda satu dengan yang lain. Sebagai akibatnya,
mungkin mereka memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap kata-kata,
tanda-tanda dan mimik dari pada yang dimaksud. Untuk mengurangi kemungkinan ini sesuaikan:
Bahasa Anda: Pastikan istilah-istilah yang sudah
yang dipergunakan adalah istilah- istilah yang sudah umum digunakan peserta.
Jangan menggunakan istilah-istilah teknik atau kata-kata yang hanya umum
digunakan oleh suatu profesi atau bidang studi tertentu. Hindari istilah asing
selama sudah ada bahasa Indonesianya.
Gaya dan penampilan fasilitator: Cara berpakaian, membawa diri, dan
melakukan interaksi dengan yang lain akan mempengaruhi sebera baik
fasilitator menyesuaikan diri dengan peserta. Pada umumnya apabila fasilitator
tampil secara informal, dan merasa senang dengan peserta, hal ini akan
membantu mereka merasa santai. Jangan berpakaian atau bertindak dengan
cara-cara yang dapat memberikan kesan yang palsu atau negatif.
Belajarlah untuk mendengar: Sebenarnya mendengar jauh lebih
sukar daripada yang disadari orang. Hampir seluruh waktu kita ketika seseorang
sedang berbicara pada kita, kita sebenarnya tidak sedang mendengarkannya dengan
sungguh-sungguh; kita hanya memikirkan tentang apa yang kita katakan dalam
memberi jawaban.
Bilamana sedang mendengarkan
seseorang usahakan agar tidak dengan segera melakukan evaluasi tentang apa yang
sedang dikatakan.
Upayakan untuk memahami apa yang
dimaksud atau arti sebenarnya menurut persfektif orang lain. Hal ini bukan
hanya memperoleh pemahamanlebih baik, tetapi lebih bermakna ditinjau dari sudut
pandang orang lain.
Sadari apa yang sedang terjadi: Berbagai isyarat baik secara verbal
maupun non verbal memberikan petunjuk pada seorang fasilitator tentang
bagaimana seseorang sedang memberikan reaksi. Fasilitator boleh mengatur dan
menyesuaikan gayanya (dengan berbicara lebih lambat, lebih cepat, pada
tingkatan yang lebih kurang cukup rumit, dengan mendorong lebih banyak orang
berpartisipasi) atau fasilitator boleh memeriksakan pemahamannya atas
isyarat-isyarat ini bersama peserta dan minta mereka memberikan saran untuk
revisi: Beberapa isyarat yang perlu diperhatikan oleh fasilitator:
Keresahan, Apakah orang sering berpindah,
berdiri atau minta permisi keluar? Apakah mereka mendehem atau sedang
bercakap-cakap tentang hal lain? Jika demikian, fasilitator mungkin kehilangan
mereka. Fasilitator mungkin membosankan bagi mereka, atau berbicara terlalu
tinggi pada mereka, atau boleh jadi hanya karena kelelahan biasa.
Bila mana terjadi keheningan, apakah mereka kelihatan senang atau
tidak senang? Dalam sebuah pertemuan yang tegang, keheningan bisa saja
menimbulkan penderitaan. Jika memang ini masalahnya, beberapa hal bisa saja
terjadi: orang mungkin saja bisa menjadi bosan karena fasilitator terlalu
lambat atau karena bahan-bahan yang dibawakan terlalu sederhana; orang-orang
mungkin saja tidak senang dengan pokok bahasan, atau mungkin juga orang merasa
malu antara satu dengan yang lainnya dan terlalu percaya diri untuk bicara
didepan kelompok
Apakah orang menatap ketika Anda
bicara? Jika
demikian, mungkin mereka merasa senang dengan Anda dan tergugah dengan apa yang
disampaikan. Jika ada upaya peserta menghindari tatapan mata, mungkin ada
sesuatu yang salah atau tidak beres.
Apakah orang saling memandang satu
sama lain bila mereka bicara?. Jika mereka tidak menghindari saling menatap satu sama lain
, itu merupakan suatu pertanda bahwa kelompok itu tidak tegang, santai dan
biasa-biasa saja. Jika dua orang atau lebih tidak mau saling memandang, atau
bicara maka mungkin ada sesuatu yang tidak beres.
Mimik dan gerak
tubuh peserta . Orang sering bersandar didepan dan bertukar posisi bila
mana mereka ingin mengatakan sesuatu. Gerak atau mimik dapat mengisyaratkan
ketegangan dan suasana santai dari peserta.
Memang tidak
satupun dari isyarat ini dapat menceritakan pada fasilitator secara absolut apa
yang sedang terjadi. Fasilitator harus cepat menyadari situasi dan mulai
menginpretasikannya. Sebaiknya fasilitator mengenal lebih dekat peserta sebelum
dapat menginpretasikan isyarat-isyarat tersebut secara meyakinkan.
Berikan Umpan
Balik: Satu cara yang baik untuk menguji asumsi ialah
memberikan dan meminta umpan balik. Fasilitator bertanya pada peserta apa yang
mereka maksudkan dengan sebuah kata tertentu, atau fasilitator menyampaikan
persaannya atas apa yang baru mereka katakan. Umpan balik paling baik apabila
diberikan dengan segera, karena melihat sesuatu kebelakang atau mengingat
kembali sesuatu yang sudah terjadi beberapa waktu yang lalu membuat orang
merasa sukar. Pernyataan-pernyataan umpan balik akan lebih membantu bila
pernyataan-pernyataan itu:
Mulailah dengan
hal yang positif. Hampir semua orang membutuhkan dukungan yang perlu
disampaikan setelah mereka mengerjakan sesuatu. Umpan balik berupa kritik dan
saran yang baik disampaikan dengan cara yang benar-benar membantu
Spesifik. Lebih baik
bersifat spesifik dari pada umum, Contoh “ Anda menabrak
dinding”.(spesifik), daripada “ Anda tidak pernah memperhatikan tujuan
Anda”(Umum).
Tentatif. Lebih baik
bersifat tentatif daripada absolut, contoh “ Anda kelihatannya tidak prihatin
atas masalah kemiskinan” daripada “Anda tidak peduli terhadap apa yang terjadi”
Imformatif. Lebih baik menyampaikan imformasi
dan mengimformasikan daripada memerintah “Saya belum selesai” dari pada “jangan
ganggu saya lagi”
Berbentuk saran & alaternatif: Lebih baik memberikan saran daripada
mengarahkan “ Apakah sudah anda pertimbangkan untuk berbicara dengan Tim
mengenai situasi ini ?” dari pada “Pergi dan temuilah serta bicarakan
dengan tim”.
Tingkah laku. Lebih baik berupa tingkah laku yang
bisa diubah dari pada bersifat abstrak “Anda sering mengeluh” dari pada “Anda
belum dewasa dan matang”
Deskriptif dari pada evaluasi. Lebih baik memberikan gambaran
tentang sesuatu yang jelas dari pada memberikan penilaian pada orang lain “Nada
suara Anda membuat saya merasa kuatir”
Perhatikan Pola & Cara bicara: Apa yang dikatakan fasilitator akan
menentukan apa yang dapat dikatakan oleh peserta. Jika fasilitator
mempertahankan sebagian pembicaraanya pada sesuatu yang dangkal, akan mendapat
jawaban yang dangkal pula dari peserta. Apabila fasilitator bersikap terbuka ,
peserta sering bersikap terbuka pula.
Pernyataan terbuka: Biarkan pernyataan-pernyataan
anda terbuka terhadap kritik dan penilaian dari peserta. Kesempatan yang paling
baik menyatakannya pada awal fasilitasi “Tolong ingatkan saya kalau saya keluar
dari pokok bahasan kita, jangan segan-segan peringatkan saya”. “Saya tentunya
tidak akan segan-segan memberitahu anda tentang apa yang saya rasakan”. Hal ini
mendorong peserta untuk memberikan umpan balik pada fasilitator dan mendorong
peserta untuk mengkritik diri sendiri
Pernyataan pribadi. Jangan membuat suatu pernyataan
tentang orang lain. Kualifikasikan pendapat dan pernyataan yang diberikan
adalah pernyataan fasilitator sendiri bukan pernyataan orang lain, Contoh
seperti “saya kira/ saya pikir …………” atau “Menurut saya ……..”
Komitmen. Fasilitator perlu menunjukkan
komitmen dan keprihatinannya terhadap apa yang sedang dikerjakan oleh peserta.
Perhatian yang sungguh-sungguh terhadap sekecil apapun yang ditugaskan
kepada peserta akan dirasakan peserta bahwa mereka tidak sedang
dipecundangi.
IV.
Kefasilitatoran
Fasilitator adalah mereka yang ditugasi untuk melakukan
fasilitasi dalam proses pembelajaran. Dengan
kata lain tugas fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran orang dewasa
hakekatnya mengantarkan peserta didik untuk menemukan sendiri isi atau materi
pelajaran yang ditawarkan atau yang disediakan melalui /oleh penemuannya
sendiri.
Fungsi
fasilitator tidak lain dan tidak bukan adalah mempermudah sesuatu yang rumit (to
make easy). Jadi, ketika ada fasilitator yang justeru mempersulit sesuatu
yang mudah, bisa dikatakan sebagai fasilitator yang gagal.
Fasilitator yang berpengalaman, akan tahu tidak ada proses belajar yang
tidak menyenangkan, setiap terlibat dalam proses belajar bersama adalah waktu
yang baik untuk mencoba sesuatu yang baru tentang manajemen dinamika
kelompok, tentang kepentingan anda juga.
V.
Pemberdayaan masyarakat (power+empowerment)
Secara
konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya,
ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
sering kali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan
apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Pemberdayaan
masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah
komunitas mengorganisirkan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan
kolektif untuk memecahkan masalah sosial
atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang
dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara
otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat
setempat dengan pihak luar atau pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan
dorongan karikatif maupun prespektif professional.
Pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memandirikan
masyarakat. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu sebagai
anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya, pembaharuan
institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan
serta peranan masyarakat di dalamnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat
amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi (Sumodiningrat,1999).
Menurut Mardiniah (2003), pemberdayaan komunitas mengacu pada peningkatan kemampuan
komunitas dalam memegang kendali atas urusan-urusannya sendiri dan peningkatan
inisiatif komunitas untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai tujuan
pemberdayaan untuk menjadikan komunitas mandiri terhadap agen-agen eksternal,
dalam menyusun agenda maupun menangani urusan-urusannya sendiri.
Tiga Pendekatan Dalam Kerangka
Pemikira Untuk Pemberdayaan Masyarakat :
1. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling),
dengan titik tolak bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang
dapat dikembangkan.
2. memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empowering).
3. memberdayakan juga berarti melindungi.
0 Comments:
Post a Comment