Saturday 28 September 2013

KAPITA SELEKTA DAKWAH JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT



RINGKASAN KAPITA SELEKTA DAKWA
(JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM)
OLEH: NURUL HIDAYAH
NIM :             (B02210035)

            I.    Pendidikan Populer
Definisi pendidikan populer
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Akan tetapi dalam ha ini, membahas pendidikan popular atau pendidikan parsitipasi. 

Fasilitator yang berpengalaman, akan tahu tidak ada proses belajar yang tidak menyenangkan, setiap terlibat dalam proses belajar bersama adalah waktu yang baik untuk mencoba sesuatu yang baru tentang manajemen dinamika kelompok, tentang kepentingan anda juga.
Jika Anda baru berlatih, jangan hiraukan dan tak perlu khawatir berlebihan tentang semua elemen utama dari rancangan buku ini sepertihalnya tatkala memfasilitasi proses belajar bersama yang efektif pada waktu pertama, atau kedua, atau ketiga. Mengembangkan dan mengimprovisasi kemampuan anda sebagai fasilitator tidak akan pernah selesai. Jalan terbaik adalah segera untuk memulai dan belajar mengerjakan secara langsung berangkat dari persoalan yang ada. Pengalaman yang diperoleh dari kritik diri sendiri, umpamanya dengan membuat kesalahan, selalu akan berguna bagi proses ditemukannya pengalaman dan ide-ide baru.
Semua pengetahuan akhirnya merupakan belajar dari sendiri. Perbedaan individu yang besar dalam hal perbedaan proses dan perbedaan standar. Satu personil mungkin belajar lebih baik dengan membaca, belajar hal lain dan juga ikut dalam aktivitas kelompok. Jika kita memperhatikan pelajaran kita, peran anda sebagai fasilitator untuk membantu yang lain mengidentifikasi diri mereka sendiri dan mengumpulkan yang diperlukan, prioritas dan potensi yang dimiliki. Dengan media yang ada, Anda berperan membantu dan dibantu perkembangan kemampuan warga belajar secara partisipatif.
Pendidikan partisipatif ini, menggunakan metode pendidikan yang mengedepankan pendekatan peranserta (partisipatory) pesertanya sebagai subjek, bukan sebagai obyek yang harus diceramahi. Peserta menjadi seorang partisipan yang diharapkan keterlibatannya secara penuh dalam proses pendidikan. Konsep yang dianut dalam metode seperti ini menggunakan pendekatan pendidikan untuk orang dewasa (adult Education) yang semua materi pendidikannya berbasiskan pengalaman dan pengetahuan partisipan itu sendiri.
               II.    Kepemimpinan Dan Community Developmet
kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi atau kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment”, yang berarti “berkekuatan atau bertenaga”. K. Suhendra mengartikan pemberdayaan sebagai suatu kegitan yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif (K. Suhendra:2006). Secara teknis pmberdayaan adalah usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat mulai dari erencanaan, manajemen, pelaksanaan sampai dengan pengawasan kegiatan(Rr. Suhartini: 2005). Pada dasarnya pemberdayaan adalah cara untuk melaksanakan kerjasama dalam organisasi sehingga semua orang berpartisipasi penuh.. Dalam organisasi yang sudah diberdaya-kan para pelaksana merasa bertanggung-jawab tidak hanya tentang pekerjaan yang dikerjakannya, tetapi juga tentang keseluruhan perguruan tingginya agar dapat berfungsi secara lebih baik. Tim-tim yang telah diberdayakan akan bekerjasama memperbaiki kinerja mereka secara berkelanjutan, mencapai tingkat produktivitas dan mutu yang tinggi.
Pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Dengan adanya pemimpin yang dapat memberdayakan anggota organisasinya dengan cara pembagian tanggung jawab dan kekuasaan pada anggotanya maka hal tersebut akan terjadi sebuah kerjasama yang baik, wewenang yang menjadi semakin luas karena anggotanya juga memiliki wewenang dan kerja pemimpinpun semakin ringan.
            III. Komunikasi-Asserive
Komunikasi merupakan hal yang paling utama dalam fasilitasi. Keefektifan seorang fasilitator tergantung pada kemampuannya dalam berkomunikasi dengan baik. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik adalah  keterampilan, dan seperti keterampilan lainnya paling baik mendapatkannya melalui praktek dan kritik pribadi.
Sesuaikan diri dengan peserta: Sesuatu yang begitu jelas pada seseorang atau fasilitator mungkin mempunyai arti yang sama sekali berbeda dengan peserta. Tiap orang mempunyai pengalaman yang saling berbeda satu dengan yang lain. Sebagai akibatnya, mungkin mereka memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap kata-kata, tanda-tanda dan mimik dari pada yang dimaksud. Untuk mengurangi kemungkinan ini sesuaikan:
Bahasa Anda: Pastikan istilah-istilah yang sudah yang dipergunakan adalah istilah- istilah yang sudah umum digunakan peserta. Jangan menggunakan istilah-istilah teknik atau kata-kata yang hanya umum digunakan oleh suatu profesi atau bidang studi tertentu. Hindari istilah asing selama  sudah ada bahasa Indonesianya.
Gaya dan penampilan fasilitator: Cara berpakaian, membawa diri, dan melakukan interaksi dengan yang lain  akan mempengaruhi sebera baik fasilitator menyesuaikan diri dengan peserta. Pada umumnya apabila fasilitator tampil secara informal, dan merasa senang dengan peserta, hal ini akan membantu mereka merasa santai. Jangan berpakaian atau bertindak dengan cara-cara yang dapat memberikan kesan yang palsu atau negatif.
Belajarlah untuk mendengar: Sebenarnya mendengar jauh lebih sukar daripada yang disadari orang. Hampir seluruh waktu kita ketika seseorang sedang berbicara pada kita, kita sebenarnya tidak sedang mendengarkannya dengan sungguh-sungguh; kita hanya memikirkan tentang apa yang kita katakan dalam memberi jawaban.
Bilamana sedang mendengarkan seseorang usahakan agar tidak dengan segera melakukan evaluasi tentang apa yang sedang dikatakan.
Upayakan untuk memahami apa yang dimaksud atau arti sebenarnya menurut persfektif orang lain. Hal ini bukan hanya memperoleh pemahamanlebih baik, tetapi lebih bermakna ditinjau dari sudut pandang orang lain.
Sadari apa yang sedang terjadi: Berbagai isyarat baik secara verbal maupun non verbal memberikan petunjuk pada seorang fasilitator tentang bagaimana seseorang sedang memberikan reaksi. Fasilitator boleh mengatur dan menyesuaikan gayanya (dengan berbicara lebih lambat, lebih cepat, pada tingkatan yang lebih kurang cukup rumit, dengan mendorong lebih banyak orang berpartisipasi) atau fasilitator boleh memeriksakan pemahamannya  atas isyarat-isyarat ini bersama peserta dan minta mereka memberikan saran untuk revisi: Beberapa isyarat yang perlu diperhatikan oleh fasilitator:
Keresahan, Apakah orang sering berpindah, berdiri atau minta permisi keluar? Apakah mereka mendehem atau sedang bercakap-cakap tentang hal lain? Jika demikian, fasilitator mungkin kehilangan mereka. Fasilitator mungkin membosankan bagi mereka, atau berbicara terlalu tinggi pada mereka, atau boleh jadi hanya karena kelelahan biasa.
Bila mana terjadi keheningan, apakah mereka kelihatan senang atau tidak senang? Dalam sebuah  pertemuan yang tegang, keheningan bisa saja menimbulkan penderitaan. Jika memang ini masalahnya, beberapa hal bisa saja terjadi: orang mungkin saja bisa menjadi bosan karena fasilitator terlalu lambat atau karena bahan-bahan yang dibawakan terlalu sederhana; orang-orang mungkin saja tidak senang dengan pokok bahasan, atau mungkin juga orang merasa malu antara satu dengan yang lainnya dan terlalu percaya diri untuk bicara didepan kelompok
Apakah orang menatap ketika Anda bicara? Jika demikian, mungkin mereka merasa senang dengan Anda dan tergugah dengan apa yang disampaikan. Jika ada upaya peserta menghindari tatapan mata, mungkin ada sesuatu yang salah atau tidak beres.
Apakah orang saling memandang satu sama lain bila mereka bicara?. Jika mereka tidak menghindari saling menatap satu sama lain , itu merupakan suatu pertanda bahwa kelompok itu tidak tegang, santai dan biasa-biasa saja. Jika dua orang atau lebih tidak mau saling memandang, atau bicara maka mungkin ada sesuatu yang tidak beres.
Mimik dan gerak tubuh peserta . Orang sering bersandar didepan dan bertukar posisi bila mana mereka ingin mengatakan sesuatu. Gerak atau mimik dapat mengisyaratkan ketegangan dan suasana santai dari peserta.
Memang tidak satupun dari isyarat ini dapat menceritakan pada fasilitator secara absolut apa yang sedang terjadi. Fasilitator harus cepat menyadari situasi dan mulai menginpretasikannya. Sebaiknya fasilitator mengenal lebih dekat peserta sebelum dapat menginpretasikan isyarat-isyarat tersebut secara meyakinkan.
Berikan Umpan Balik: Satu  cara yang baik untuk menguji asumsi ialah memberikan dan meminta umpan balik. Fasilitator bertanya pada peserta apa yang mereka maksudkan dengan sebuah kata tertentu, atau fasilitator menyampaikan persaannya atas apa yang baru mereka katakan. Umpan balik paling baik apabila diberikan dengan segera, karena melihat sesuatu kebelakang atau mengingat kembali sesuatu yang sudah terjadi beberapa waktu yang lalu membuat orang merasa sukar. Pernyataan-pernyataan umpan balik akan lebih membantu bila pernyataan-pernyataan itu:
Mulailah dengan hal yang positif. Hampir semua orang membutuhkan dukungan yang perlu disampaikan setelah mereka mengerjakan sesuatu. Umpan balik berupa kritik dan saran yang baik disampaikan dengan cara yang benar-benar membantu
Spesifik. Lebih baik bersifat spesifik dari pada umum, Contoh  “ Anda menabrak dinding”.(spesifik), daripada “ Anda tidak pernah  memperhatikan tujuan Anda”(Umum).
Tentatif. Lebih baik bersifat tentatif daripada absolut, contoh “ Anda kelihatannya tidak prihatin atas masalah kemiskinan” daripada “Anda tidak peduli terhadap apa yang terjadi”
Imformatif. Lebih baik menyampaikan imformasi dan mengimformasikan daripada memerintah “Saya belum selesai” dari pada “jangan ganggu saya lagi”
Berbentuk saran & alaternatif: Lebih baik memberikan saran daripada mengarahkan “ Apakah sudah anda pertimbangkan untuk berbicara dengan Tim mengenai situasi ini ?” dari pada  “Pergi dan temuilah serta bicarakan dengan tim”.
Tingkah laku. Lebih baik berupa tingkah laku yang bisa diubah dari pada bersifat abstrak “Anda sering mengeluh” dari pada “Anda belum dewasa dan matang”
Deskriptif dari pada evaluasi. Lebih baik memberikan gambaran tentang sesuatu yang jelas dari pada memberikan penilaian pada orang lain “Nada suara Anda membuat saya merasa kuatir”
Perhatikan Pola & Cara bicara: Apa yang dikatakan fasilitator akan menentukan apa yang dapat dikatakan oleh peserta. Jika fasilitator mempertahankan sebagian pembicaraanya pada sesuatu yang dangkal, akan mendapat jawaban yang dangkal pula dari peserta. Apabila fasilitator bersikap terbuka , peserta sering bersikap terbuka pula.
Pernyataan terbuka: Biarkan  pernyataan-pernyataan anda terbuka terhadap kritik dan penilaian dari peserta. Kesempatan yang paling baik menyatakannya pada awal fasilitasi “Tolong ingatkan saya kalau saya keluar dari pokok bahasan kita, jangan segan-segan peringatkan saya”. “Saya tentunya tidak akan segan-segan memberitahu anda tentang apa yang saya rasakan”. Hal ini mendorong peserta untuk memberikan umpan balik pada fasilitator dan mendorong peserta  untuk mengkritik diri sendiri
Pernyataan pribadi. Jangan membuat suatu pernyataan tentang orang lain. Kualifikasikan pendapat dan pernyataan yang diberikan adalah pernyataan fasilitator sendiri bukan pernyataan orang lain, Contoh seperti “saya kira/ saya pikir …………”  atau “Menurut saya ……..”
Komitmen. Fasilitator perlu menunjukkan komitmen dan keprihatinannya terhadap apa yang sedang dikerjakan oleh peserta. Perhatian yang sungguh-sungguh  terhadap sekecil apapun yang ditugaskan kepada  peserta akan dirasakan peserta bahwa mereka tidak sedang dipecundangi.
 
            IV.  Kefasilitatoran
Fasilitator adalah mereka yang ditugasi untuk melakukan fasilitasi dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain tugas fasilitator dalam sebuah proses pembelajaran orang dewasa hakekatnya mengantarkan peserta didik untuk menemukan sendiri isi atau materi pelajaran yang ditawarkan atau yang disediakan melalui /oleh penemuannya sendiri.
Fungsi fasilitator tidak lain dan tidak bukan adalah mempermudah sesuatu yang rumit (to make easy). Jadi, ketika ada fasilitator yang justeru mempersulit sesuatu yang mudah, bisa dikatakan sebagai fasilitator yang gagal.
Fasilitator yang berpengalaman, akan tahu tidak ada proses belajar yang tidak menyenangkan, setiap terlibat dalam proses belajar bersama adalah waktu yang baik untuk mencoba sesuatu yang baru tentang manajemen  dinamika kelompok, tentang kepentingan anda juga.

            V.     Pemberdayaan masyarakat (power+empowerment)
Secara konseptual pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan sering kali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.
Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisirkan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif  untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan karikatif maupun prespektif professional.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu sebagai anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya, pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi (Sumodiningrat,1999). Menurut Mardiniah (2003), pemberdayaan komunitas mengacu pada peningkatan kemampuan komunitas dalam memegang kendali atas urusan-urusannya sendiri dan peningkatan inisiatif komunitas untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai tujuan pemberdayaan untuk menjadikan komunitas mandiri terhadap agen-agen eksternal, dalam menyusun agenda maupun menangani urusan-urusannya sendiri.

Tiga Pendekatan Dalam Kerangka Pemikira Untuk Pemberdayaan Masyarakat :
1.      menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling), dengan titik tolak bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
2.      memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering).
3.      memberdayakan juga berarti melindungi.




0 Comments:

Post a Comment