ISLAM KAAFFAH
Allah memerintahkan manusia untuk mengamalkan islam dalam kehidupan sehari-hari setiap perbuatan kita harus sesuai dengan Syara' (ukum islam). sedangkan, prakteknya harus berkaca pada akhlak Rusulullah saw. karena beliaulah yg setiap perbuatannya(Rosulullah saw)lah dapat kita katakan islan secara menyeluruh(islam kaaffah).
'
Islam secara menyeluruh, yang Allah
‘Azza wa Jalla perintahkan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208. Perintah
kepada kaum mu`minin seluruhnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
[البقرة/208]
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah
(menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena
sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]
Memeluk dan mengamalkan Islam secara kaffah adalah perintah Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang harus dilaksanakan oleh setiap mukmin, siapapun dia, di manapun
dia, apapun profesinya, di mana pun dia tinggal, di zaman kapan pun dia hidup,
baik dalam sekup besar ataupun kecil, baik pribadi atau pun masyarakat, semua
masuk dalam perintah ini : “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian
kepada Islam secara kaffah (menyeluruh) Pada ayat yang sama, kita dilarang
mengikuti jejak langkah syaithan, karena sikap mengikuti jejak-jejak syaithan
bertolak belakang dengan Islam yang kaffah.
Sementara pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan
tentang kebiasaan kaum Yahudi (Ahlul Kitab). Yaitu ketika Allah turunkan kepada
mereka Kitab-Nya, Allah mengutus kepada mereka Rasul-Nya, mereka tidak mau
mengimani,menjalankan, dan mengamalkan syari’at yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
turunkan secara kaffah. Ini adalah akhlak Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyatakan tentang mereka:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ
يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلاَّ خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللهُبِغَافِلٍ عَمَّا
تَعْمَلُونَ (85) [البقرة/85]
“ Apakah kalian ini mau beriman kepada sebagian Al Kitab(Taurot) sementara
kalian tidak mau beriman, tidak mau mengamalkan dengan syari’at yang
lainnya,tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat seperti ini diantara
kalian,kecuali kehinaan di dunia. Dan pada Hari Kiamat nanti mereka akan
dikembalikan ke sekeras-keras adzab. Tidaklah Allah sekali-kali lalai dari apa
yang kalian lakukan. ” (Al-Baqarah : 85).
Ayat yang kedua ini sebagai peringatan : Bahwa kita dilarang meniru akhlak dan
cara kaum Yahudi dalam beragama. Yaitu mereka mau menerima syari’at Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang Allah turunkan dalam kitab Taurat atau disampaikan
Rasul-Nya pada waktu itu jika syari’at tersebut tidak bertentangan dengan hawa
nafsu mereka. Namun jika syari’at tersebut menurut pandangan mereka jika
diterapkan dapat menghalangi kepentingan duniawi, kepentingan hawa nafsu dan
syahwat mereka, atau tidak bisa diterima oleh akal logika mereka yang sempit,
maka mereka tidak mau beriman dan mengamalkan syari’at Allah Subhanahu wa
Ta’ala tersebut. Barangsiapa yang berbuat seperti itu, maka sungguh balasannya
adalah kehinaan didunia dan adzab di akhirat nanti lebih keras lagi.
AllahSubhanahu wa Ta’ala tidak akan lalai terhadap apa yang kita lakukan ini.
Dua ayat dalam surah Al-Baqarah,yang pertama pada ayat ke 208, dan kedua pada
ayat ke-185 merupakan dasar pembahasan kita pada topik ini.
Islam kaffah maknanya adalah Islam secara menyeluruh, dengan seluruh
aspeknya, seluruh sisinya, yang terkait urusan iman, atau terkait dangan dengan
akhlak, atau terkait dengan ibadah, atau terkait dangan mu’amalah, atau terkait
dangan urusan pribadi, rumah tangga, masyarakat, negara, dan yang lainnya yang
sudah diatur dalam Islam. Ini makna Islam yang kaffah.
Apakah sudah pernah ada penerapan Islam secara kaffah? Apakah pernah agama
Islam ini, sejak awal diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga hari
ini, pernahkah diterapkan secara kaffah ataukah belum? Islam sudah pernah
diterapkan secara kaffah. Islam secara kaffah sudah pernah dipahami dan
diamalkan oleh generasi terbaik umat ini, yaitu generasi para shahabat Nabi
ridwanallahi ‘alahi jami’an baik secara zhahir maupun secara bathin.
- Secara zhahir : tampak dalam berbagai amalan mereka, baik dalam urusan
ibadah, akhlak, maupun muamalah.
- Secara bathin : yakni dalam keikhlasan, kebenaran dan kejujuran iman, dan
takwa. Semua itu telah diterapkan para shahabat Rasulullah Shallahu ‘alaihiwa
Sallam di bawah bimbingan langsung Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam secara
berkesinambungan dari hari ke hari, dari tahun ke tahun. Ayat demi ayat turun,
surat demi surat turun untuk mereka dengan disampaikan dan diajarkan langsung
oleh Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kepada mereka. Ketika turun ayat
tentang ibadah, maka Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam langsung
mempraktekkan ayat tersebut, yakni mempraktekkan bagaimana cara beribadah yang
dimaukan dalam ayat tersebut. Ketika turun ayat tentang iman, maka Rasulullah
Shallahu ‘alaihi waSallam pun merinci makna yang terkait dengan iman tersebut.
Semua itu beliau lakukan dalam hadist- hadistnya, dalam keseharian bersama para
sahabat. Selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam
mendidik mereka di atas iman yang kaffah, Islam yangkaffah, ibadah yang kaffah,
sampai akhirnya turunlah ayat:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة/3]
“ Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah
Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama
bagi kalian ” [Al-Ma'idah : 3] Ayat ini turun menjelang wafatnya Rasulullah
Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Pada tanggal 9 Dzulhijjah ketika hajjatul wada’
(haji penghabisan/perpisahan) Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam. Ayat ini
turun di padang ‘Arafah, yang kemudian para sahabat memahami bahwa Rasulullah
Shallahu ‘alaihi wa Sallam akan berpisah dengan turunnya ayat ini. Mereka
bersedih bahwa wahyu sudah akan segera berakhir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agama
kalian dan telah Aku sempurnakan pula bagi kalian nikmat-Ku”, yakni nikmat
Islam … sempurna pada hari itu “dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagi
kalian” Islam yang mana yang Allah ridhai? Islam dengan syari’at yang mana yang
telah Allah ridhai?
Jawabannya adalah : Islam ketika Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam masih
hidup menyampaikan ayat demi ayat kepada para shahabatnya, difahamkan oleh
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kepada mereka, kemudian difahami oleh
para shahabat dan diamalkan oleh mereka, demikian terus sampai turun ayat
Al-Maidah : 3 ini. Itulah Islam kaffah, islam yang diridhai oleh Allah ‘Azzawa
Jalla. Itulah bentuk Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala rela sebagai agama.
Itulah bentuk pamahaman Islam yang telah diridhai oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Yakni bentuk iman, bentuk ibadah, bentuk mu’amalah, serta bentuk akhlak
yang ada pada hari itu.
Bisa kita simpulkan, bahwa Islam kaffah, yang telah bersifat menyeluruh dari
seluruh aspeknya, adalah Islam yang telah diterima oleh para shahabat secara
langsung dari Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan mereka amalkan di bawah
pengawasan Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, bahkan pangawasan ilahi
langsung. Kalau ada sesuatu yang tidak benar atau salah, maka turun ayat
mengingatkan tentang suatu peristiwa, atau turun ayat lagi merinci permasalahan
tersebut. Pengawasan langsung dari langit yang ke tujuh, yakni pengawasan
langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menurunkan syari’at ini.
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-
baik generasi adalah generasi di mana Aku berada di sana.” Maksudnya
sebaik-baik dalam hal apa? Dalam seluruh urusan agama, akhlaknya para shahabat
terbaik,imannya juga yang terbaik. Ibadahnya, baik tingkat kualitas maupun
tingkat kuantitas, para shahabat adalah yang terbaik. Karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihiwa sallam tegas menyatakan, bahwa sebaik- baik generasi
adalah generasi di mana Aku berada disitu.
Itulah sekelumit tentang pengertian Islam kaffah, dan dengan ini pula kita
mengetahui pula jawaban yang dikemukakan tadi (apakah pernah Islam dipahami dan
diterapkan secara kaffah?), maka jawabannya adalah pernah dan pasti pernah.
Oleh karena itu, kita diperintahkan dalam syari’at ini, baik dalam Al-Qur’an
maupun dalam sunnah Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam, untuk senantiasa
kembali kepada jejak mereka. Bagi yang ingin memahami Al-Qur’an, janganlah
memahami Al-Qur`an dengan logika kita semata. Maka kembalikanlah pemahaman
Al-Qur’an itu kepada generasi terbaik tersebut, yang lebik dari kita dari semua
sisinya. Ketika orang hendak menerapkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa
sallam, harus menengok bagaimana para shahabat menerapkannya.
Penerapan Islam secara kaffah adalah suatu kewajiban yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala perintahkan kepada hamba-hamba-Nya kaum mu’minin. Ini merupakan
keharuskan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh setiap individu mu’min,
bahwa dia harus menerapkan Islam secara kaffah, siapapun dia, apapun
profesinya. “Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing- masing kalian
akan dimintai pertanggunjawaban atas apa yang dipimpinnya.” ). Seorang kepala
rumah tangga juga berlaku atasnya perintah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
sebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 208 “Wahai orang-orang yang beriman
masuklah kalian ke dalam islam secara kaffah (menyeluruh)… .” [Al-Baqarah ayat
208] juga “Wahai orang- orang yang beriman, bentengi diri kalian dan keluarga
kalian dari adzab neraka.” [At-Tahrim : 6] Demikian juga seorang istri, ayat
tersebut berlaku juga atasnya. “Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian
ke dalam islam secara kaffah (menyeluruh)… .” [Al-Baqarah ayat 208] juga
“Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan masing- masing kalian akan dimintai
pertanggunjawaban atas apa yang dipimpinnya.” ) “… seorang wanita (istri) itu
sebagai penanggungjawab atas rumah suaminya serta putra-putrinya dan sekaligus
dia (istri) tersebut akan dimintai pertanggungjawaban.” Istri punya kewajiban
terkait dengan suami. Syari’at telah menyebutkan, baik Al-Qur’an maupun
As-Sunnah, berbagai kewajiban tersebut, maka kaum wanita wajib mengetahuinya. Terkait
urusan rumah tangga saja, masih banyak kaum wanita muslimah yang belum tahu dan
mengerti tentang Islam dengan benar. Jangankan secara menyeluruh, terkait
dengan kewajiban di rumah tangga saja, masih banyak perkara dia tidak mengerti.
hal ini perlu diperbaiki.
Keterkaitan masalah islam kaffah dengan umat dan kehidupan bernegara
Umat Islam sekarang ini sedang mengalami berbagai krisis dengan berbagai
bentuknya. Mengalami kemerosotan di berbagai bidang. Umat Islam mengalami
kemerosotan dalam bidang ibadah,sehingga setiap hari semakin banyak orang yang
dengan terang-terangan tidak mau shalat. Semakin hari akhlaq kaum muda-mudi
muslimin dan muslimat semakin jauh dari bimbingan Islam,cenderung meniru dan
mengekor kaum kuffar. Begitu pula keamanan negeri kita semakin hari semakin
tidak menentu, semakin tidak jelas arahnya. Begitu juga masyarakat mengeluh
terkait dengan perekonomian mereka. Terasa setiap hari semakin sempit rezki
atau perekonomian ummat ini tidak barakah, semakin hari kita menyaksikan hal yang
seperti ini. Dari sisi aqidah, kaum muslimin juga mengalami kemerosotan.
Semakin bermunculan berbagai aqidah yang bertentangan dengan aqidah Islam yang
haq. Ahmadiyah semakin berani, Syi’ahnya juga semakin terang-terangan
menyebarkan kebatilannya. Komunis pun berani sekarang, dan buku-buku
komunissudah ada di toko-toko buku. Paham liberalisme juga seperti itu,terus
dijejelkan di tengah-tengah ummat ini kepada putra-putri muslimin.
Sungguh hanya Allah sajalah yang dapat memberikan jalan keluar bagi kita semuanya,
bagi kaum muslimin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِخَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ
كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ(55) [النور/55]
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan
mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan mengganti (keadaan)
mereka, setelah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” [An-Nur : 55]
Sifat Allah adalah (Laa yukhliful mii ‘aad) : Allah tidak pernah menyelisihi
janji-Nya. Allah sungguh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kalian dan beramal shalih, yaitu:
· Dia (Allah) pasti akan memberikan kepada
orang-orang beriman dan beramal shalih kekuasaan di muka bumi, yakni
Kekhilafahan di muka bumi.
· Dan Aku akan kokohkan posisi dan kedudukan
agama mereka, yakni Islam ini, yang telah Aku ridhai untuk mereka sebagai
agama.
·
Dan pasti Aku akan menggantikan perasaan takut, yakni kecemasan, ketidak
tentraman yang menimpa mereka, dengan kondisi yang aman, tentram, tidak saling
mencurigai hidup dengan penuh keharmonisan.
Perhatikan ayat ini dengan baik-baik.
Janji yang akan Allah berikan adalah kekuasaan di muka bumi ini untuk kaum
mu’minin. Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-A’raf ayat ke-96:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْالَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ [الأعراف/96]
“Kalau seandainya penduduk-penduduk negeri tersebut mau beriman dan bertaqwa
kepada Allah maka pasti Kami akan bukakan untuk mereka pintu-pintu barakah dari
langit dan bumi”. Apa syarat nya yang harus kita penuhi agar kita mendapati
pemenuhan janji Allah? Tidak lain adalah dengan ber-islam secara kaffah.
Jadi, yang dikehendaki Allah dalam surat 2;208 ini adalah: kembalinya kita
dalam memahami dan menerapkan syariat islam seperti Rasulullah dan para sahabat
beliau menerapkanya Dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikianlah yang dimaksudkan masuk islam
secara keseluruhan/totalitas/kaffah.